Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Peringatan buat musik keras

Izin semua jenis pertunjukan yang menimbulkan keberingasan dan keributan diperketat. pertunjukan konser rock surabaya 1993, minggu kemarin, dibatalkan.

24 April 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KELOMPOK pemusik Metallica ternyata meninggalkan ''pekerjaan rumah'' untuk sejumlah pejabat Indonesia. Buktinya: rapat koordinasi menteri-menteri di bawah bidang Polkam di Jakarta, Kamis pekan lalu, membahas khusus kasus pertunjukan Metallica yang berbuntut dengan kerusuhan itu. Perhatian diberikan karena kebrutalan yang dilakukan massa penggemar Metallica menimbulkan banyak korban: sejumlah mobil dibakar, toko-toko hancur, sejumlah rumah dilempari dengan batu, dan ada pula korban yang hingga kini masih koma. Berdasarkan fakta-fakta itu, rapat koordinasi bidang Polkam lalu memutuskan izin semua jenis pertunjukan yang menimbulkan keberingasan dan keributan diperketat. ''Pangab harus membuat ketentuan yang tepat untuk menghadapi masalah kumpulan massa yang menimbulkan keributan,'' kata Menko Polkam Soesilo Soedarman. Seusai rapat koordinasi itu, Pangab Jenderal Edi Sudradjat langsung mengumumkan ketetentuan yang akan diambilnya. ''Pertunjukan-pertunjukan yang mengundang kerawanan dibatasi izinnya,'' katanya. Jenderal Edi menambahkan, kerusuhan Metallica bukan disulut oleh masalah kesenjangan sosial, tapi karena harga tiket terlalu mahal. Harga karcis paling murah untuk menonton konser rock metal ini adalah Rp 30.000 (termahal Rp 150.000). Akibatnya, sejumlah anak muda yang tak mampu membeli karcis, tapi tetap ingin melihat pemusik-pemusik pujaan mereka, lalu membuat keributan. Siapa tahu gara-gara itu pertunjukan Metallica dinyatakan gratis. Nyatanya, panitia tidak mau ambil risiko itu. Takut keonaran yang ditimbulkan penggemar musik keras bakal menguncang pula di Surabaya, Kapolda Jawa Timur Mayjen (Pol) Emon Rivai Arganata melarang pertunjukan konser rock Surabaya 1993, yang sedianya digelar di Stadion Tambak Sari, Minggu kemarin. ''Kalau pergelaran musik rock saja sudah dibicarakan di tingkat Menko Polkam, dapat diartikan permasalahan ini cukup penting untuk ditindaklanjuti,'' ujarnya. Emon Rivai lalu memerintahkan Kapolwiltabes Surabaya Kolonel Polisi S. Bimantoro untuk membatalkan izin konser Rock Surabaya 93, yang menggelar 14 grup musik rock, seperti Kamikaze, Brigade Metal, Boe Boe Brown, dan Slank. Kapolda Emon Rivai menambahkan, pelarangan itu bersifat sementara. Suatu saat nanti, entah kapan, kalau kondisinya sudah memungkinkan, pergelaran musik rock bisa diadakan lagi. Apakah pengetatan yang itu identik dengan pelarangan? Seno Adjie, direktur AIRO, yang jadi penyelenggara pertunjukan Metallica, melihatnya demikian. Maka ia prihatin kalau pertunjukan musik keras benar-benar dilarang. ''Itu akan berarti perkembangan musik di Indonesia akan terhambat,'' katanya. Seno sebelumnya pernah menyelenggarakan pertunjukan musik Kantata Taqwa dan Stevie Wonder sampai Tabligh Akbar Rhoma Irama dan Zainuddin Mz. di Senayan, yang dikunjungi sekitar 500.000 pengunjung, dan sukses. Sofyan Ali dari Jakarta Entertainment Production melihat pengetatan izin pertunjukan musik keras sebagai hal yang wajar. Ia bahkan mendukung adanya pengetatan izin pertunjukan itu. ''Saya mendukung pengetatan itu karena melihat sarana yang ada belum memadai untuk sebuah pergelaran besar,'' kata Sofyan, yang pernah menggelar musik Europe dan Gitaris Yngwie Malmsteen, serta Penyanyi Tina Turner. Sofyan Ali menambahkan, di Indonesia orang banyak menanam modal untuk lapangan golf, tapi tidak satu pun untuk sarana pertunjukan di alam terbuka. Stadion Lebakbulus, terletak di kawasan Jakarta Selatan, yang dipakai untuk menyelenggarakan pertunjukan Metallica kemarin, menurut bos Jakarta Entertainment Production itu tidak memenuhi persyaratan buat menggelar pertunjukan besar. Alasannya, di sekitar stadion terdapat sejumlah rumah tinggal. ''Lokasi yang strategis itu Senayan,'' kata Rini Noor Fatah, yang menjadi promotor pertunjukan Mick Jagger di Jakarta, 1988. Selain luas, lanjutnya, Senayan jauh dari perumahan, sehingga petugas keamanan mudah mengamankan lokasi bila ada keributan. Kasus keributan yang ditimbulkan penggemar Metallica, menurut Rini, sebenarnya bukan kasus yang pertama. Pertunjukan grup musik Deep Purple juga sempat dibumbui keributan, begitu pula pertunjukan Mick Jagger pada 1988 lalu. Artinya, aparat keamanan kita sudah pernah menghadapi kerusuhan-kerusuhan semacam itu. Apa kiat yang dulu dipakai Rini mengatasi keributan yang ditimbulkan massa yang tak kebagian karcis? Untuk mengatasi keributan massa dalam sebuah musik keras, katanya, biasanya setelah sampai pada setengah pertunjukan, panitia akan membuka pintu masuk bagi penggemar yang masih berdesakan di luar. Sikap ini, lanjut Rini, juga ada jeleknya. Penonton akan berupaya untuk mendesak terus supaya pintu tempat pertunjukan dibukakan. ''Sekali pintu dibukakan, akan menjadi kebiasaan mereka untuk mendobrak,'' katanya. Siapa tahu resep yang keluar dari rapat koordinasi bidang Polkam merupakan pilihan yang membantu promotor. Agus Basri, Siti Nurbaiti, Bina Bektiati, dan Sri Indrayati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus