SUMATERA Utara akan mengawali babak baru dalam pemilihan gubernur. Sebab, calon kuat yang bakal dipilih di DPRD bukan putra daerah. Dia adalah Mayjen H.R. Pramono, bekas Panglima Kodam Bukit Barisan yang kini menjadi Asisten Teritorial di Mabes ABRI. Yang masih seperti lima tahun lalu, para calon kuat lain yang menyainginya juga dari ABRI. Yang membayang-bayangi Pramono adalah Gubernur Mayjen Raja Inal sendiri, dan Brigjen (Pur) Mudyono, Ketua DPRD Sum-Ut. Di luar itu disebut-sebut nama calon Muchtar Tumin, Kepala Pelayanan Kantor Pajak di Jakarta, dan K.R.T. Sinambela, Rektor Universitas Mpu Tantular di Cipinang, Jakarta. Kelima nama calon itu, Senin lalu, diserahkan DPRD Sum-Ut kepada Menteri Dalam Negeri Yogie S. Memet. Dari kantor Menteri Yogie nantinya akan keluar tiga nama untuk dipilih oleh DPRD setempat. Dan tampaknya Pramono akan segera di atas angin. Sebab, Panglima ABRI Jenderal Edi Sudradjat telah menyebut-nyebut bahwa calon ABRI cuma satu, yakni Pramono. Bila masyarakat dan DPRD Sum-Ut menghendaki Pramono sebagai gubernur, kata Edi, ''Ya, akan kami beri.'' Dukungan buat Pramono tampaknya hampir bulat di DPRD Sum-Ut. Misalnya, Fraksi ABRI sendiri sengaja hanya mengumumkan calon tunggal yakni Pramono. Dalam sidang di DPRD pekan lalu, menurut sebuah sumber, Fraksi ABRI bertahan untuk mencoret nama Raja Inal dan Mudyono keduanya juga ABRI. Raja Inal tak dicalonkan fraksi itu karena masih ABRI aktif. Ia, menurut Fraksi ABRI, tak bisa disandingkan dengan Pramono yang juga ABRI aktif. Sedang Brigjen (Pur) Mudyono ditolak karena tak ada persetujuan dari Keluarga Besar ABRI. Namun, tiga fraksi lainnya kemudian menengahi. Anggota DPRD selain Fraksi ABRI mengingatkan bahwa Raja Inal mulai awal April ini sudah pensiun. Maka, dari lima nama calon yang harus disetor ke Menteri Yogie, ada tiga nama, Pramono, Raja Inal, dan Mudyono itu. Dan siapa pun yang dipilih lewat pemungutan suara di DPRD, yang akan dilantik bergantung pada keputusan Presiden. Kalau benar Pramono tampil sebagai Gubernur Sum-Ut, provinsi yang berusia 45 tahun itu baru kali ini dipimpin oleh seorang gubernur bukan asli Sum-Ut. Menurut sebuah sumber, Pramono dijagokan antara lain untuk menghindari perpecahan di kalangan masyarakat karena perbedaan calon. Semasa Pramono masih menjadi Panglima Kodam di Medan, sudah terjadi persaingan tajam antara Raja Inal dan Mudyono. Ketua DPRD Mudyono, orang Jawa kelahiran Sum-Ut, bahkan sempat melemparkan kritik bahwa Raja Inal kurang bisa diterima semua pihak. Di kalangan masyarakat yang tak setuju, Raja Inal ditiup-tiupkan primordialistis dan ''anti-Jawa''. Sebaliknya, para pendukung Raja Inal menilai bahwa ia patut menduduki jabatan gubernur untuk kedua kalinya. Konsepnya, marsipature hutana be (membangun kampung masing-masing) dianggap berhasil. Dengan dana terkumpul Rp 100 miliar, banyak desa terpencil bisa dibangun. Di tengah perpecahan masyarakat itulah muncul calon Pramono, asli dari Jawa. Ia dikenal berhasil menyelesaikan kemelut pimpinan HKBP ketika masih menjadi Panglima Kodam di sana walau ada protes dan kecaman yang dilempar kepadanya. Diah Purnomowati dan Sarluhut Napitupulu
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini