Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Peringati 26 Tahun Reformasi, Aktivis Singgung Kemunduran Demokrasi

Aktivis menyebut situasi demokrasi pasca reformasi Indonesia semakin memburuk, bahkan berada dalam posisi yang disebut sebagai demokrasi yang cacat.

21 Mei 2024 | 16.18 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Aktivis pro demokrasi Usman Hamid saat berorasi dalam Aksi Sejagad yang diikuti elemen gerakan Gejayan Memanggil hingga Forum Cik Ditiro di halaman Kantor KPU DIY Rabu, 24 April 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah aktivis dan pegiat hak asasi manusia atau HAM berkumpul di Sekretariat Front Penyelamat Reformasi Indonesia di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat. Mereka menggelar pameran ratusan makam dan karya fotografi sejarah peristiwa 1998, untuk memperingati 26 tahun reformasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mantan aktivis 98, Ubeidillah Badrun, bercerita ihwal pengalamannya 26 tahun silam. Saat itu, ia dan sejumlah mahasiswa lainnya turun ke jalan melawan pemerintahan Orde Baru, Soeharto. Pengajar di Universitas Negeri Jakarta itu mengatakan, situasi hari ini tidak jauh berbeda dengan situasi 26 tahun silam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan laporan Economic Intelligence Unit (EIU) psda 2022, indeks demokrasi Indonesia berada pada skor 6.2 atau stagnan sejak 2020. Pun, dengan skor indeks persepsi korupsi yang hanya mencatatkan skor 34 sejak 2022. Artinya, stagnasi tersebut menandakan lambatnya upaya pemberantasan korupsi dan perbaikan demokrasi yang dilakukan oleh penguasa.

Menurut Ubeidillah, stagnasi tersebut membuat masyarakat akan semakin sulit memerangi praktik lancung korupsi, kolusi dan nepotisme atau KKN yang kental terasa di era Orde Baru. Belum lagi ihwal tingkat kemiskinan yang disebutnya meningkat dan praktik komersialisasi pendidikan yang merajalela. Hal ini jelas menandakn bahwa Indonesia sedang tidak baik-baik saja. "Jika ini raport, nilai kita tentu merah semua," ujar Ubeidillah di Jakarta, Selasa, 31 Mei 2024.

Saat ini, kata Ubeidillah, situasi demokrasi Indonesia semakin memburuk, bahkan berada dalam posisi yang disebut sebagai demokrasi yang cacat atau A Flawed Democracy karena kekuasaan dengan seluruh instrumennya mengabaikan etika maupun memanipulasi undang-undang. "Kami juga melihat korupsi yang merajalela," katanya.

Aktivis 98 lainnya, Fauzan Luthsa, mengatakan peringatan 26 tahun reformasi digelar bukan hanya sebagai seremonial saja, tetapi mengingatkan bahwa para aktivisi dan korban pelanggaran HAM masih ada dan terus melawan. Apalagi kondisi demokrasi saat ini sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. 

Peringatan 26 tahun reformasi ini akan dihelat selama dua hari, mulai dari 22-23 Mei 2024. "Ini harus terus dirawat agar pemerintah tidak mencoba memutar balikan sejarah," ucap Fauzan.

 

Selain akan menyajikan pameran ratusan makam dan foto sejarah. Kegiatan peringatan 26 tahun reformasi ini juga akan diisi dengan diskusi yang melibatkan para tokoh mulai dari akademisi, pehiat dan korban pelanggaran HAM berat masa lalu.

 

Andi Adam Faturahman

Andi Adam Faturahman

Berkarier di Tempo sejak 2022. Alumnus Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mpu Tantular, Jakarta, ini menulis laporan-laporan isu hukum, politik dan kesejahteraan rakyat. Aktif menjadi anggota Aliansi Jurnalis Independen

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus