Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Peringati Dua Dekade Tsunami Aceh, UIN Ar-Raniry dan UTU Gelar Aceh International Forum 2024

Bencana tsunami Aceh 20 tahun lalu diperingati dengan menggelar forum internasional.

24 Desember 2024 | 08.53 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bencana tsunami di Aceh 20 tahun lalu menjadi salah satu tragedi paling memilukan. Setelah bencana itu, masyarakat Aceh terus berjuang di berbagai sektor. Petaka itu menjadi titik tolak masyarakat untuk bangkit.

Untuk memperingati 20 tahun bencana tsunami Aceh 2004, Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh berkolaborasi dengan Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh menggelar Aceh International Forum 2024 (AIF 2024). Forum ini dijadwalkan berlangsung pada 23 hingga 25 Desember 2024 di Banda Aceh dan Meulaboh, Aceh Barat.

Apa itu Aceh International Forum 2024?

Mengangkat tema “Agama, Kebersamaan, dan Kemanusiaan”, Rektor UIN Ar-Raniry, Mujiburrahman, menyatakan bahwa AIF 2024 dirancang sebagai acara untuk refleksi atas perjalanan Aceh selama dua dekade pasca-tsunami. Dilansir dari laman UIN Ar-Raniry, forum ini diharapkan menjadi wadah untuk menyusun langkah strategis demi percepatan pembangunan Aceh di masa depan, dengan tetap mengedepankan karakter dan identitas kedaerahan.

“Dua dekade ini adalah waktu yang tepat untuk mengevaluasi kemajuan yang telah dicapai dan menyusun strategi ke depan. AIF 2024 akan menjadi ajang berbagi pengalaman, pemikiran, dan gagasan dari para tokoh kebencanaan dan perdamaian Aceh agar semangat kolaborasi terus diwariskan kepada generasi muda,” ujar Prof. Mujiburrahman, Jumat, 6 Desember 2024.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa forum ini akan mengundang berbagai tokoh kebencanaan dan perdamaian Aceh yang telah berkontribusi signifikan dalam pemulihan Aceh pasca-tsunami. Para tokoh tersebut diharapkan membagikan pengalaman dan gagasan mereka kepada generasi muda.

Hal senada diungkapkan oleh Rektor UTU Meulaboh, Ishak Hasan, menyebut bahwa AIF 2024 tidak hanya menjadi peringatan, tetapi juga wahana untuk memperkuat solidaritas dan membangun visi masa depan Aceh yang lebih baik. “Meulaboh adalah salah satu daerah yang paling terdampak tsunami. Melalui AIF 2024, kami ingin menekankan pentingnya kolaborasi dalam membangun Aceh dari aspek kemanusiaan, pendidikan, dan ekonomi,” jelasnya.

Rincian Kegiatan

Puncak kegiatan AIF 2024 akan berupa Internasional Forum dan Round Table Meeting dengan tema “Religious Moderation, Humanities, and Global Partnership”. Dikutip dari laman aif.ar-raniry.ac.id, acara ini akan membahas isu-isu krusial terkait moderasi beragama serta pentingnya kerja sama lintas bangsa dalam penanganan bencana. Kegiatan tersebut dijadwalkan berlangsung di Anjong Mon Mata, Pendopo Gubernur Aceh, Banda Aceh.

Koordinator Program AIF 2024, Rahmad Syah Putra, mengatakan bahwa persiapan acara sudah dimulai dengan melibatkan tim gabungan dari UIN Ar-Raniry dan UTU. “Koordinasi dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya terus dilakukan agar forum ini dapat berjalan sukses,” ujar Rahmad.

Ketua Panitia AIF 2024, Saifuddin A. Rasyid, menambahkan bahwa kerja sama antara UIN Ar-Raniry dan UTU mencerminkan semangat kebersamaan. “Banda Aceh dan Meulaboh, sebagai episentrum bencana, menjadi simbol kolaborasi untuk langkah maju ke depan,” jelasnya.

Kilas Balik Tsunami Aceh

Bencana tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 menjadi salah satu tragedi kemanusiaan terbesar dalam sejarah modern. Gempa berkekuatan 9,3 magnitudo yang mengguncang wilayah tersebut disusul oleh gelombang tsunami setinggi 30 meter dengan kecepatan mencapai 360 kilometer per jam. Dalam waktu kurang dari 30 menit, sebagian besar wilayah pesisir Aceh luluh lantak.

Data dari PBB mencatat lebih dari 230.000 jiwa meninggal dunia, 500.000 orang kehilangan tempat tinggal, dan kerugian material mencapai USD 4,5 miliar. Solidaritas global pun mengalir deras, bantuan dari berbagai negara datang, tidak memandang ras, agama, atau etnis. Proses rehabilitasi dan rekonstruksi yang berlangsung hingga 2009 berhasil memulihkan kondisi Aceh, dari pembangunan rumah hingga infrastruktur publik. “Tsunami Aceh menunjukkan betapa nilai-nilai kemanusiaan melampaui perbedaan. Hal ini menjadi pelajaran penting bahwa kita harus lebih terbuka terhadap keberagaman,” ujar Rahmad.

Pilihan Editor: Korban Tsunami Aceh Berharap Anaknya Kembali setelah 20 Tahun Hilang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus