Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Mengepung Si Burung Biru

Di tengah hujan kritik untuk Twitter dan Elon Musk, Mark Zuckerberg menawarkan Threads. Bermodalkan 2 miliar pengguna Instagram.

 

10 Juli 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Meta, perusahaan Mark Zuckerberg, meluncurkan Threads pada pekan lalu dan menarik 30 juta pengguna dalam 24 jam pertama.

  • Media sosial berbasis teks ini merupakan pesaing Twitter, yang sedang dihujani kritik akibat perubahan oleh Elon Musk.

  • Modal terbesar Threads adalah terkoneksi dengan Instagram yang memiliki 2 miliar pengguna.

Ardimo Harsa membuka ponsel pribadinya pada Kamis pagi, 6 Juli 2023. Pada saat itu, di Menlo Park, California, Amerika Serikat, Meta meluncurkan Threads. Ardimo mendengar kabar bahwa perusahaan milik Mark Zuckerberg itu membuat situs microblogging pesaing Twitter sejak bulan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Ternyata sudah ada. Langsung saya download dan coba,” ujar Ardimo pada Jumat, 7 Juli 2023. Kreator konten dengan 21 ribu pengikut di Twitter ini bergabung dengan 30 juta pengguna lain pada hari pertama peluncuran Threads.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Threads merupakan media sosial berbasis teks yang dirancang untuk percakapan publik. Ruby Alamsyah, pengamat teknologi, mengatakan peluncuran Threads merupakan peluang bisnis yang diambil di tengah kontroversi Twitter. “Yaitu kekurangan-kekurangan Twitter setelah dibeli Elon Musk,” kata Ruby.

Sebelumnya, Twitter menjadi pemain tunggal situs microblogging. Sejak Elon Musk mengakuisisi Twitter pada tahun lalu, pemilik Tesla itu membuat beberapa kebijakan yang dihujat banyak pemakai Twitter. Terbaru, pemberlakuan pembatasan atau rate limit.

Meski dibenci, Twitter tetap dicintai. Banyak pesaing datang, tapi tak ada yang bisa menyaingi sang burung biru yang terus terbang tinggi dengan lebih dari 500 juta pengguna. Contohnya, Clubhouse dan Mastodon.

Menurut Ruby, angin perubahan bisa terjadi lewat kehadiran Threads. Pendiri lembaga konsultan Digital Forensic Indonesia itu mengatakan platform milik Meta ini muncul dengan konsep dan teknik berbeda. “Mereka menggunakan timing yang tepat, saat masalah Twitter muncul setahun belakangan,” kata dia. Sebaliknya, Twitter sedang berada pada masa keemasan saat Clubhouse atau Mastodon muncul.

Executive Chairman, Chief Technology Officer (CTO) Twitter, Elon Musk. REUTERS/Hannibal Hanschke

Perbedaan lain, Threads hadir dengan menggandeng induk semangnya, Instagram. Pemilik akun Instagram bisa langsung membuat akun di platform baru ini dengan nama yang sama, tanpa perlu mendaftar ulang. “Otomatis, dia mempunyai potential user sekitar 2 miliar,” ujar Ruby. Angka itu jauh melebihi jumlah pengguna Twitter, 500 juta.

Pada Jumat lalu, sehari setelah peluncuran Threads, Mark Zuckerberg mengklaim aplikasi tersebut digunakan oleh 30 juta orang. Kim Kardashian dan YouTuber MrBeast menjadi pengguna personal dengan pengikut terbanyak, masing-masing sekitar 4 juta.

Dalam wawancara dengan The Verge, Adam Mosseri, pentolan Instagram, mengatakan Threads merupakan kesempatan membangun komunitas yang terbuka. Menurut dia, berkat hubungan yang erat antara Threads dan Instagram, pengguna dapat dengan cepat membagikan unggahan dari Threads ke cerita Instagram, begitu pula sebaliknya.

Meski demikian, Mosseri mengakui bahwa Twitter sudah lama ada dan telah membangun jaringan yang unik, rumit, juga sulit ditiru. Meta menyadari bahwa tidak akan mudah menggeser posisi Twitter. “Efek jaringannya sangat kuat,” kata dia.

Sulit, tapi bukan tak mungkin. Menurut Ruby, dengan konsep, rencana, dan kekuatan keuangan Meta, Threads bisa menjadi pembunuh Twitter. Untuk langkah awal, mereka perlu memperbaiki user experience, terutama sejak pengguna Twitter merasakan ketidakpuasan atas platform milik Elon Musk tersebut.

Ricky Adiyudha, pengguna Twitter yang juga ikut menjajal Threads, mengatakan ia mulai gerah ber-Twitter ria sejak kehadiran Elon Musk. Dia menyebutkan soal penghapusan layanan live video Periscope dan pesan 24 jam lewat Fleets. “Threads sudah bagus, meski belum lengkap,” kata dia. Ricky juga pernah mencoba Mastodon, tapi ia meninggalkannya dengan alasan membosankan.

Komentator sepak bola Firzie Idris juga dongkol melihat perubahan Twitter. Sejak awal Elon Musk masuk Twitter, dia merasa sang taipan tidak akan membawa perbaikan. “Tapi tidak menyangka perubahannya sedrastis ini,” ujar pria yang menjadi warga Twitter sejak 2009 itu.

Perubahan yang ia anggap paling fatal adalah sistem verifikasi. Sebagai jurnalis, Firzie kerap memanfaatkan Twitter sebagai sumber informasi. Dulu, kesahihan informasi di Twitter di antaranya bisa terlihat dari lambang centang biru pada akun. Cap tersebut diberikan pengelola Twitter kepada akun-akun yang terverifikasi. Oleh Elon Musk, lambang itu dijual. Siapa pun bisa punya centang biru selama membayar setara dengan Rp 112 ribu sebulan. “Jadi kacau,” kata Firzie.

Akun Firzie, yang diikuti 8.500 pengguna, dulu bercentang biru. “Saya diberi notifikasi harus berhati-hati saat nge-tweet, tidak boleh melakukan keonaran, menyinggung SARA, dan lainnya,” ujarnya. “Sekarang, akun open BO (booking order prostitusi) dan judi online pun terverifikasi.”

Ilustrasi aplikasi Threads. TEMPO/Nita Dian

Dia menganggap Threads punya beberapa kelebihan. “Aplikasinya enteng banget, responsif, enak dilihat, dan tidak ribet,” kata Firzie. Dia membandingkan Threads dengan Twitter yang kian “berat” dalam beberapa bulan terakhir. “Mau muter video kadang enggak bisa. Banyak permasalahan teknis dan fitur.”

Meski demikian, Firzie belum yakin untuk hijrah total ke Threads. Dia masih belum sreg atas algoritmanya. “Juga masih butuh waktu untuk melihat fitur-fitur lain di Threads,” kata dia.

Ruby Alamsyah mengatakan algoritma Threads memang masih berantakan. “Tapi, dengan kemampuan SDM dan finansial Meta, itu tidak akan lama,” kata dia.

Menurut Ruby, Threads tak perlu menunggu sempurna untuk diluncurkan. Dengan pasar yang besar dari 2 miliar pengguna Instagram, dia melanjutkan, Meta dapat mengembangkannya sesuai dengan masukan dan kritik pengguna. Dengan kata lain, mereka mengikuti kebutuhan pasar.

ILONA ESTERINA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus