Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEKA-TEKI siapa calon wakil gubernur pendamping Sandiaga Uno makin mengerucut pada Senin pekan lalu. Dari tiga nama yang diusulkan Sandiaga, kini cuma tersisa dua kandidat, yakni Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah serta Deputi Gubernur Bidang Kebudayaan dan Pariwisata Sylviana Murni. Satu kandidat lain, yaitu Bupati Batang, Jawa Tengah, Yoyok Riyo Sudibyo, memilih tak menghadiri uji kelayakan dan kepatutan. "Beliau bilang tak bisa karena masih menjabat," kata ketua tim penjaringan calon gubernur Partai Gerindra DKI Jakarta, Syarif, Kamis pekan lalu.
Uji kelayakan calon pendamping Sandi—panggilan Sandiaga—digelar di Restoran Al-Jazeera, Jalan Pramuka, Jakarta. Penyeleksi antara lain Ketua Gerindra DKI Jakarta Muhammad Taufik, Ketua Partai Demokrat DKI Jakarta Nachrowi Ramli, dan Ketua Partai Kebangkitan Bangsa DKI Jakarta Hasbiallah Ilyas. Menurut Syarif, mereka bertanya mengenai gagasan membangun Jakarta dan kesiapan mendampingi Sandiaga. "Strategi apa yang dikerjakan jika terpilih," kata Syarif. Hasil seleksi, yakni calon wakil gubernur definitif, rencananya diumumkan pekan ini.
Uji kelayakan ini merupakan lanjutan upaya Partai Gerindra menggalang koalisi melawan gubernur inkumben Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam pemilihan gubernur pada 2017. Sebelumnya, Gerindra menginisiasi pembentukan Koalisi Kekeluargaan, yang terdiri atas tujuh partai, yakni PDI Perjuangan, Gerindra, Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Persatuan Pembangunan.
Belakangan, nasib koalisi ini tak jelas karena PDI Perjuangan mengirim sinyal lebih ingin mengusung Basuki. Padahal, kata seorang politikus Gerindra, Sandiaga dipilih untuk membuka ruang koalisi dengan partai berlambang banteng tersebut. Mereka berharap bisa berkoalisi dengan PDI Perjuangan untuk melawan Ahok. Muhammad Taufik mengatakan partainya berubah sikap setelah PDI Perjuangan tak kunjung memberi kepastian. "Kami melihat tanda-tanda," ujar Taufik.
Perubahan drastis itu membuat pemilik kelompok usaha Saratoga ini bergerak cepat. Upaya pertama mencari wakil dimulai ketika menemui Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah di kantornya pada 12 Agustus lalu. Sandiaga datang sebagai Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia. Tujuan menemui Saefullah, kata dia, adalah melaporkan tingginya harga bahan pokok setelah Lebaran.
Taufik menuturkan, Sandiaga sejak awal membidik Saefullah sebagai calon wakil. Pada 25 Agustus lalu, Sandiaga secara resmi menyorongkan nama Saefullah bersama dua nama lain ke partai politik pendukungnya. Selain Saefullah, dua nama lain itu adalah Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Kebudayaan dan Pariwisata Sylviana Murni serta Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo. "Pak Saefullah masuk usulan PKB," katanya.
Saefullah memiliki rekam jejak panjang di Jakarta. Pria kelahiran Rorotan, Jakarta Utara, 11 Februari 1964, ini pernah menjadi Kepala Suku Dinas Pendidikan Dasar Jakarta Barat, Kepala Subdinas Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Wakil Kepala Dinas Pendidikan Dasar, serta Kepala Dinas Olahraga dan Pemuda DKI Jakarta. Kariernya menanjak saat menjadi Wali Kota Jakarta Pusat dan kini menjadi sekretaris daerah. Taufik mengatakan Saefullah sangat mengerti pemerintahan. "Dia birokrat tulen," kata Taufik.
Selain memegang jabatan di pemerintahan, Saefullah menjadi Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta 2016-2021. Dia mengalahkan Muhidin Ishak dalam pemilihan di Museum Kelistrikan Taman Mini Indonesia Indah pada 26 Maret lalu. Menurut Taufik, Saefullah diharapkan bisa meraup suara kaum nahdliyin di Jakarta.
Manuver Saefullah yang merapat ke Sandiaga sempat membuat suasana di Balai Kota memanas. Menurut Ahok, Saefullah memiliki peluang menggerakkan struktur birokrat untuk pemenangan pemilihan kepala daerah. Sebab, sekretaris daerah berwenang menentukan pejabat eselon III dan IV di lingkungan pemerintahan DKI Jakarta. "Justru lebih berbahaya sekretaris daerah," katanya.
Ahok juga menuding Saefullah memasang orang-orangnya di struktur pemerintahan. Pada November 2015, Ahok membatalkan pelantikan lurah dan camat di Balai Agung DKI Jakarta. Kala itu Ahok kaget melihat pejabat yang dilantik lebih banyak daripada nama yang dia pegang. Menyadari keanehan ini, Ahok pun membatalkan pelantikan. "Kamu kira dia enggak pasang orang untuk kampanye," katanya.
Saefullah membantah tudingan menempatkan orang-orang di pemerintahan. Menurut dia, penempatan pejabat selalu dibahas melalui Badan Pertimbangan Jabatan. Bahkan pelantikan pejabat pun atas izin Basuki selaku gubernur. "Saya tak pernah pasang-pasang orang," ujarnya. Saefullah telah menjalani uji kelayakan pada Kamis dua pekan lalu. Dia pun siap berhenti sebagai abdi negara. "Bukan mundur, tapi berhenti dari PNS."
Tak hanya mendekati Saefullah, Sandiaga juga mendekati Deputi Gubernur Bidang Kebudayaan dan Pariwisata Sylviana Murni. Pada 18 Agustus lalu, keduanya bertemu setelah difasilitasi ibunda Sandiaga, Mien Uno. Sandiaga, yang sedang berada di Semarang, pun terbang langsung ke Jakarta. "Kami membahas soal keluarga saja," katanya beralasan.
Sama seperti Saefullah, Sylviana birokrat tulen. Dia mengawali karier sebagai anggota staf di Badan Pembinaan Pendidikan dan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Dia pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta dari Partai Golkar. Sylviana, yang dihubungi pada Jumat pekan lalu, menolak diwawancarai.
Selain berburu wakil, Sandiaga perlu mengumpulkan dukungan partai politik. Satu-satunya partai yang sudah mendeklarasikan diri secara resmi adalah Partai Kebangkitan Bangsa. Persoalannya, jumlah suara Gerindra dan PKB sebanyak 21 kursi belum cukup untuk mendaftarkan pasangan calon kepala daerah. Padahal syarat minimal mengajukan pasangan calon adalah 22 kursi Dewan.
Seorang politikus Gerindra menuturkan, Saefullah menjadi calon terkuat mendampingi Sandiaga. Hanya, keputusan ini belum memperoleh dukungan dari mitra koalisi Gerindra. Ketua Partai Demokrat Sjarifuddin Hasan mengatakan partai masih menggodok siapa calon gubernur yang bakal diusung. Ketua PAN DKI Jakarta Eko Hendro Purnomo memastikan tak bakal mendukung Ahok. Hanya, dia juga tak memberi kepastian soal dukungan kepada Sandiaga.
Persoalan lain yang menghambat pengambilan keputusan adalah pembiayaan kampanye pemenangan. Seorang politikus menuturkan, Sandiaga dan Saefullah masih belum bersepakat soal pembagian biaya kampanye. Sandiaga membenarkan pembiayaan kampanye menjadi topik yang mereka diskusikan. Hanya, menurut dia, fokus utama saat ini adalah kesepakatan koalisi. Persoalan biaya kampanye akan dibicarakan belakangan. "Nanti kami duduk bersama. Biaya saksi, pemenangan, dan iklan pasti besar," ujar Sandiaga.
Peta politik di antara partai pendukung Sandiaga berubah pada Kamis pekan lalu. Secara tiba-tiba Partai Keadilan Sejahtera menawarkan Sandiaga berduet dengan salah satu kadernya, Mardani Ali Sera. Menurut Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman, duet ini muncul dengan mempertimbangkan hasil survei dan perolehan kursi di DKI Jakarta. "Kami akan melakukan komunikasi ke partai lain untuk memperkenalkan duet ini," kata Sohibul.
Wayan Agus Purnomo, Devy Ernis, Friski Riana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo