Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dikutip Antara, Presiden Indonesia ke-5 Megawati Soekarnoputri menyampaikan sambutan dalam peluncuran dan diskusi buku Pilpres 2024: Antara Hukum, Etika, dan Pertimbangan Psikologis. Peluncuran buku karya Todung Mulya Lubis ini dilakukan di Jakarta, pada Kamis 12 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Buku karya pengacara Todung ini berisi tentang peristiwa Pilpres 2024 dan fenomena-fenomena hukum yang ada di dalamnya. Peristiwa dan fenomena tersebut akan dipaparkan dari sudut pandang Todung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Megawati menghadiri acara peluncuran buku tersebut didampingi mantan Menko Polhukam, Mahfud MD, dan politisi PDIP, Ganjar Pranowo. Tak hanya menyaksikan peluncuran buku, Megawati bahkan turut memberikan sambutan. Adapun, poin-poin sambutan yang disampaikan Ketua Umum PDIP sebagai berikut.
Etika, Moral, dan Hati Nurani Orang Indonesia Sudah Tumpul
Sejak menulis tentang amicus curiae, Megawati menilai, orang Indonesia sudah memiliki etika, moral, dan hati yang tumpul. Saat ini, beberapa warga berkeinginan untuk mengejar kekuasaan.
“Dengan menyambut antusias buku Pilpres 2024: Antara Hukum, Etika, dan Pertimbangan Psikologis, saya sudah dari jauh hari ketika menulis tentang amicus curiae, saya bilang seorang warga negara juga memberikan pernyataan yang hilang dari manusia Indonesia saat ini, yaitu etika, moral, dan hati sanubari yang sudah tumpul, hanya ingin kuasa, ingin punya duit,” kata Megawati, pada 12 Desember 2024, seperti dikutip kanal YouTube PDI Perjuangan.
Pemimpin Tidak Perlu Banyak Berbicara, Jalankan Saja
Megawati menyampaikan, ketika mengurus persoalan di Indonesia, seperti kemiskinan, seseorang tidak perlu banyak berbicara. Ia menegaskan bahwa harus menjalankan saja semuanya dengan benar dan berhasil.
“Lalu, bagaimana yang bilang kemiskinan atau yang bilang semua anak bisa sekolah? Sekarang saya hanya bilang, ‘jalankan dengan benar dan berhasil’. Enggak usah iming-iming atau apalah, sudah jalankan saja,” tegas ibu Puan Maharani ini.
Kinerja Megawati selama Menjadi Wapres, tetapi Akting sebagai Presiden
Megawati sempat menjabat sebagai Wapres dari Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada 1999-2001. Saat menjadi Wapres, ia mengaku berperan bagaikan presiden karena banyak mendapatkan tugas dari Gus Dur.
“Saya 2 tahun Wapres, tetapi kalau saya bisa ngomong akting presiden. Karena apa? Disuruh Gus Dur ke sano, ke sono, ke sono. Saya jalankan, beres, supaya tahu ini Bu Mega karena banyak orang tidak tahu. Terus mau meremehkan saya? Jangan deh kali ini karena 5 provinsi konflik, saya selesaikan dengan baik. Saya mendapatkan penghargaan dari luar,” ucapnya.
Megawati juga mengaku berhasil menyelesaiakn BLBI sebanyak 300 ribuan kredit macet. Bahkan, ia sampai ditanya oleh pemerintah dari luar negeri, “Kok bisa menyelesaikan utang IMF?”. Namun, ia mengaku tidak pernah membicarakan penyelesaian utang tersebut.
Megawati menjadi Presiden hanya Menjalankan Tugas sesuai Kekuasaan
Megawati juga mengungkapkan, melalui buku karya Todung ini akan menjadi saksi keadilan yang dikalahkan oleh kekuasaan. Buku ini juga menjadi bukti bekerjanya pemilu elektoral dan demokrasi prosedural. Ia juga menyatakan bahwa menjadi pemimpin tidak perlu hanya berbicara saja.
“Tadi saya mikir ‘apa ya yang kurang?’ Saya presiden yang menjalankan loh Pemilu langsung. Bukannya dari kita yang ngomong, tetapi orang luar menyatakan sebagai Pemilu yang demokratis. Saya bukannya saya mau pakai pujian-pujian, enggak. Saya jalankan sesuai kekuasaan saya sebagai Presiden Republik Indonesia. Enggak kayak sekarang,” ujar Megawati.