Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Poros Lawas di Panggung Anyar

Amien Rais dan sejumlah politikus menggagas kembali koalisi poros tengah. Kikuk ketika bicara calon presiden.

16 September 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERSAMUHAN di Ruang Bima, Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu malam dua pekan lalu itu diisi pembicaraan ngalor-ngidul. Mula-mula para politikus berbicara sesuai dengan topik: pengelolaan minyak dan gas yang tidak melanggar konstitusi. Namun, setengah main, pertemuan empat jam itu melebar ke mana-mana: dari soal suap minyak hingga otonomi daerah. Dari kartel kedelai hingga Joko Widodo.

Dibuka dengan santap malam aneka menu-dendeng balado, capcai goreng, dan sup asparagus-kongko itu dihadiri sekitar 30 aktivis dan politikus. Ini diskusi rutin yang digelar para politikus lintas partai tiap Rabu malam, sekali dalam dua pekan. Didapuk menjadi moderator adalah Icuk Zulkifli, anggota tim sukses Amien Rais pada pemilihan umum presiden 2009. Motor diskusi adalah Amien Rais, Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional. Juga hadir: Nur Iskandar S.Q. (Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan), As'ad (mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara), Fuad Bawazier (salah satu Ketua Partai Hanura), Umar Abduh (aktivis Islam), dan Marwan Batubara (mantan anggota Dewan Perwakilan Daerah). Yang lain adalah sejumlah politikus dari Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional, dan Partai Persatuan Pembangunan. Pedangdut Rhoma Irama, yang biasanya hadir, malam itu tak tampak.

Digagas sejak awal tahun oleh Amien Rais dan Nur Iskandar, persamuhan Reboan di Bidakara malam itu adalah yang ke-15. Pertemuan sebelumnya diselenggarakan berpindah-pindah. Tuan rumah di pertemuan Bidakara adalah Totok Daryanto, politikus PAN yang juga anggota Komisi Pertambangan Dewan Perwakilan Rakyat.

Pertemuan pertama digelar rumah politikus PAN yang juga Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Azwar Abubakar, Januari lalu. Semula hanya beberapa politikus yang hadir. Namun, pada pertemuan berikutnya, pesertanya meluas. "Sudah banyak tokoh PKB yang bergabung," kata Nur Iskandar. Politikus partai Islam lain, seperti Partai Bulan Bintang, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Kebangkitan Nasional Ulama, mulai berdatangan. Pertemuan pernah pula diselenggarakan di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, kediaman Nur Iskandar; di rumah dinas mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md., dan di rumah Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso. "Ini forum terbuka. BIN, polisi, wartawan silakan datang," kata Amien Rais.

Nur Iskandar tak menampik jika rangkaian pertemuan ini disebut merupakan bagian dari penjajakan politikus partai Islam untuk bersiap menjelang 2014. "Ya, kalau dimiripkan dengan kaukus partai Islam tahun 1999, miriplah," ujarnya. Ketika itu, tujuh partai menyatukan diri dalam kaukus poros tengah, yang dimotori Amien Rais. Menduduki 166 kursi DPR, kaukus mengungguli koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan partai nasionalis, yang hanya meraih 154 kursi, dan Golkar (120 kursi). Poros tengah ketika itu berhasil menjadikan Abdurrahman Wahid sebagai presiden, mengalahkan Megawati meski PDIP memenangi pemilu.

Menurut Amien, peluang yang sama mungkin terjadi pada pemilu kali ini. Jika partai-partai Islam dikumpulkan lagi, mereka berpeluang berkoalisi untuk mengajukan calon presiden. Meski begitu, ia masih belum yakin perolehan suara partai Islam bisa signifikan.

Amien mengaku tak mau buru-buru menyebut ini adalah poros tengah jilid kedua. Apalagi saat ini tiap partai sudah punya kandidat sendiri-sendiri. PAN, misalnya, sudah menetapkan Ketua Umum Hatta Rajasa sebagai calon presiden. PKB mengantongi dua nama: Mahfud Md. dan Rhoma Irama. "Pak Mahfud bahkan sudah keliling Nusantara," kata Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB.

Karena itu, dalam sejumlah diskusi, Amien menghindar dari membicarakan sosok. "Orang Indonesia cepat emosional kalau bicara kekuasaan," ujarnya. Dalam persamuhan sekitar April lalu, pembicaraan tentang kandidat dan kriteria calon presiden sempat mengemuka. Nama Rhoma Irama, Mahfud Md., Suryadharma Ali, dan Hatta Rajasa disebut-sebut. Tapi segera saja pertemuan menjadi kikuk. "Semua tiba-tiba diam dan tak nyaman," kata Mahfud. Menurut Amien, masih terlalu dini berbicara soal calon. Penjajakan konkret baru bisa dilakukan pascapemilu legislatif.

Agaknya Amien menyadari tak semua partai sepakat dengan ide poros tengah. PKB, misalnya, memilih menjajaki kongsi dengan PPP untuk mengusung Mahfud. Bekas Ketua Mahkamah Konstitusi itu bahkan sudah mendeklarasikan diri di Jawa Tengah dua pekan lalu, sesaat setelah menolak ikut konvensi Partai Demokrat. Adapun PAN akan mengusung Hatta Rajasa. Wakil Ketua Umum PPP Lukman Hakim Saifuddin menilai ide poros tengah sudah tak relevan. "Persoalan bangsa yang dihadapi saat ini terlalu besar untuk dipikul oleh partai Islam saja," katanya.

Widiarsi Agustina, Sundari, Akbar Tri Kurniawan (Jakarta), Sohirin (Semarang)


Tak Seindah Masa Lalu

Pemilu 1999

  • Poros Tengah*166 kursi
  • Golkar 120 kursi
  • PDIP 154 kursi
    *) PPP, PKB, PAN, PBB, PK, PKU, PSII

    Pemilu 2004

  • Gabungan partai "Poros Tengah"* 233 kursi
  • Partai di luar Poros Tengah 317 kursi
    *) PPP, PKB, PAN, PBB, PKS, PBR
    **) PDIP, PDS, PPDK, PKPI, PPDI, PKPB, Pelopor, PNI Marhaen, Demokrat, Golkar

    Pemilu 2009

  • Gabungan Partai "Poros Tengah"* 170 kursi
  • Partai di luar Poros Tengah** 390 kursi
    *) PKS, PPP, PKB, PAN
    **) PDIP, Golkar, Demokrat, Gerindra, Hanura

    Pemilu 2014 (Prediksi)

    LEMBAGA: Saiful Mujani Research and Consulting

  • WAKTU SURVEI: 1-18 Maret 2013
  • Golkar: 14%
  • PDIP: 9%
  • Demokrat: 8%
  • NasDem: 4%
  • Gerindra: 3%
    Partai "Poros Tengah", PKS, PKB, PPP, dan PAN: 3%

    LEMBAGA: Centre for Strategic and Internasional Studies
    WAKTU SURVEI: 9-16 April 2013

  • Golkar: 13,2%
  • PDIP: 12,7%
  • Gerindra: 7,3%
  • Demokrat: 7,1%
  • Hanura: 2,2%
  • NasDem: 1,3%

    Partai "Poros Tengah"

  • PBB: 0,4%
  • PAN: 4%
  • PKB: 3,5%
  • PKS: 2,7%
  • PPP: 2,2%

    Sumber: Evan | PDAT | Data KPU

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    Ā© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus