BULAN ini hampir semua menteri menyebar ke daerah menyampaikan
Parasamya Purrlakarya Nugraha atas nama Presiden. "Pokoknya
habislah semua menteri dibagi untuk tugas itu," kata Mendagri
Amirmachmud bulan lalu.
Menteri Nakertrans Harun Zain paling beruntung. Pekan lalu ia
menyampaikan Parasamya untuk Kotamadya Padang. Begitu pula
Menteri Agama Alamsyah untuk Lampung Utara. Ini sekaligus
berarti pulang kampung.
Amiruddin Lubis, 36 tahun, menjadi Walikota Tebing Tinggi sejak
awal Pelita II. Sejak itu pembangunan fisik yang menonjol mulai
tampak hotel, pusat perbelanjaan, tempat-tempat hiburan.
Pokoknya Amiruddin sudah membenahi kotanya. Tapi yang menaiik
dan mungkin satu-satunya di Indonesia, ialah cara mengatasi
kebersihan lingkungan.
Tebing Tinggi pernah dijuluki kota terkotor di Sumatera Utara.
Setiap hari tak kurang 15 ton sampah harus diangkut dari 33.583
jiwa penduduknya. Di musim buah-buahan, bahkan sampai 20 ton
lebih. Sampah itu juga bertumpuk di pinggir jalanjalan utama.
Celakanya, kotamadya cuma memiliki 3 truk, 3 truk gandengan, 10
kereta dorong. "Dan semuanya sudah tua," kata Walikota
Amiruddin kepada Nian Poloan dari TEMPO. Petugas kebersihan
yang berstatus honorair pun cuma 20 orang. Amiruddin lalu
menyediakan tong sampah di depan tiap rumah. "Tapi penduduk
masih membuang sampah seenaknya sendiri," tambah walikota.
Perda 9/71 tentang wajib bersih lingkungan yang memuat denda dan
kemungkinan diajukan ke Pengadilan bagi para pelanggarnya,
ternyata juga tidak berhasil. Maka Waliota Amiruddin pun pasang
akal baru. Sejak 9 Juli lalu pengangkutan sampah di setiap
tempat ditentukan waktunya. Misalnya di Jalan Sudirman, Ahmad
Yani Tendean, Suprapto dan Sutomo setiap jam 07.30-10.00.
Caranya pun unik.
Pada jam tersebut, armada sampah mengumandangkan kaset lagu
tertentu: barat, pop, dangdut. Khusus hari Jum'at lagu
kasidahan. Begitu terdengar lagu, penduduk beramai-ramai
mencampakkan sampah ke atas truk, sementara petugas kebersihan
tinggal nangkring. Berhasilkah cara ini?
Menurut M. Gulo, Kepala Penertiban Kotamadya Tebing Tinggi,
memang ada perubahan meskipun masih ada penduduk yang tak ambil
pusing. Maka hingga akhir Agustus lalu 49 orang divonis
Pengadilan Negeri setempat karena melanggar Perda 9/71 dengan
denda Rp 2 sampai Rp 3.000. Dan setiap hari rata-rata 20 orang
diperingatkan.
Tapi ternyata ada pula penduduk yang mengeluh. "Apa gunanya kita
membayar retribusi sampah Rp 250 setiap bulan kalau kita sendiri
pula yang harus melakukan kebersihan?" ujar seorang penduduk di
Jalan Sudirman.
Kabupaten Klaten
Kebersihan Klaten itu, menurut Ketua DPRD Jawa Tengah Widarto,
antara lain industri yang berkembang dan pertanian yang maju.
Tapi menurut Ketua DPRD Klaten, Ramelan Jitnowardojo, yang
menonjol adalah sarana perhubungan. "Tahun ini semua desa sudah
bisa dicapai dengan kend.lraan roda empat," katanya kepada Putu
Setia dari TEMPO.
Paling padat di antara semua daera di Jawa Tengah (1.628
jiwa/km), rata-rata tiap orang di Klaten hanya memiliki 0,54 ha
sawah. Karena itu Bupati Soemanto mengembangkan sektor industri.
Toh hal itu tak berarti sektor pertanian mandeg. Catatan di
kantor bupati menunjukkan kenaikan produksi 14,84% dalam satu
Pelita.
Tapi yang paling menonjol yaitu pengembangan industri rumah
tangga yang merata di segenap penjuru: 811 industri tenun, 60
kerajinan batik, 70 konveksi pakaian, 140 kerajinan tanduk.
Ditambah pula pabrik karung goni Delanggu. Sayang pabrik ini
seret mendapat bahan baku. Kalau tidak, bisa menghasilkan 10
juta karung setahun.
Kerajinan ukir kayu di Serenan Juwiring dengan 40 pengrajin,
mampu menghasilkan 250 potong perabot rumahtangga. Ukiran kayu
di sini, juga payung dari Juwiring, sangat terkenal sejak dulu.
Tapi yang paling top tampaknya industri pengecoran logam di
Ceper. Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Ceper saja setahun mampu
menghasilkan 24.000 ton logam cor untuk memenuhi konsumsi dalam
negeri.
Belum lagi 130 industri pengecoran logam lainnya di daerah ini
dengan ratusan tenaga yang ditampungnya. Sayang, industri ini
masih mengalami kesulitan bahan baku karena masih harus
didatangkan dari Taiwan, Jepang dan Australia. Yang jelas,
pengecoran logam di Ceper terlanjur terkenal melebihi
popularitas Klaten sendiri, hingga bahkan menjadi kebanggaan
Jawa Tengah.
Seperti halnya daerah lain, Klaten juga menghadapi tantangan.
Antara lain menurut Bupti Soemanto, 30% lulusan SD yang tak
tertampung. Juga ledakan lulusan SLP banyak tak mendapat tempat.
Begitu pula usaha mendapatkan air minum sehat terutama di lereng
Gunung Merapi.
Kabupaten Sleman dan Badung
Pendapatan dua kabupaten ini sebagian besar dari pajak sektor
pariwisata. Sleman di Daerah Istimewa Yogyakarta misalnya,
separoh dari APBD sekitar Rp 450 juta didapat dari sektor ini.
Di sana bercokol banyak hotel bertaraf internasional, juga
tempat-tempat peristirahatan di Kaliurang.
Mengalahkan Bantul yang pernah juara I dalam Pelita 1, Sleman
bahkan juga unggul melawan Kotamadya Yogyakarta yang tampil
sebagai runner up. Apalagi melawan 2 kabupaten lainnya, Gunung
Kidul dan Kulon Progo, yang tandus. Tapi itu tak berarti Sleman
boleh disebut "kaya". Sebab seperti kata Bupati Sleman Sujoto
Prodjodujoto, "25% penduduk masih di bawah garis kemiskinan."
Lalu apa keberhasilan Sleman sampai mampu meraih Parasamya?
Menurut Bupati Sujoto antara lain karena perkembangan kota pusat
pemerintahan di Beran. Di sana tumbuh beberapa fasilitas
sebagaimana layaknya sebuah kota pasar, terminal, lapangan,
listrik, gedung-gedung pemerintahan.
Beran telah berujud sebuah kota. Padahal 5 tahun lalu yang
bernama Sleman sama sekali tak mencerminkan sebagai kota
kabupaten. Sebagai kecamatan pun tidak.
Akan halnya Kabupaten Badung, yang untuk kedua kalinya jadi
juara mengalahkan 7 kabupaten lainnya di Bali, merupakan pusat
berbagai kegiatan: politik, ekonomi, perdagangan dan tentu
pariwisata. Di Badung pulalah terletak Denpasar yang selain
sebagai kotamadya, juga ibukota Kabupaten Badung ekaligus
ibukota Propinsi Bali.
Menurut Bupati Badung, Dewa Gde Oka, keberhasilan daerahnya kali
ini antara lain karena ada upaya memancing keikut-sertaan
masyarakat. Misalny? dengan mengadakan perlombaan subak
(organisasi pengairan), terutama untuk menggalakkan pemasukan
Ipeda. Yang berhasil memasukkan Ipeda tertinggi dirangsang lagi
separohnya dikembalikan dalam bentuk proyek yang diarahkan.
Misalnya SD Inpres atau Puskesmas.
Tapi ada yang bikin pusing Bupati Gde Oka. Hampir semua
bawahannya mulai dari kelihan desa sampai staf kabupaten, "kalau
tidak diketok, diam, diketok baru jalan."
Kotamadya Padang dan Kabupaten Malang
Tampaknya Kota Padang mendapat penghargaan karena pengembangan
kota dengan berbagai bangunan fisik. Di bawah Walikota Hasan
Basri Durin, 46 tahun, Padang merupakan satu-satunya daerah
tingkat II di Sumatera Barat yang memiliki Pelita II sendiri.
Pelita itu setiap tahun dievaluasi, sementara disiplin anggaran
berjalan lancar. Sasaran Pelita II Padang luas 33 kmÿFD, penduduk
250.000 jiwa) hampir semuanya tercapai. Laju pertumbuhan
pembangunan tiap tahun 22,5%.
Kabupaten Malang, selain menonjol dalam meningkatkan produksi
pangan (padi dan palawija), juga berhasil melaksanakan
pendidikan non-formil, khususnya dalam pemberantasan butahuruf.
Hingga Menteri P dan K Daoed Joesoef pada Hari Pendidikan 2 Mei
lalu menyampaikan penghargaan kepada Bupati R. Soewignjo. Sistim
pemberantasan butahuruf di Malang ini oleh Gubernur Jawa Timur
Sunandar Prijosudarmo akan diterapkan di seluruh wilayahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini