Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lailatul Hafrukha mungkin berbeda dengan dokter kebanyakan. Selalu, setelah memeriksa dan memberikan resep kepada setiap pasiennya, dia tak lupa berpesan: jaga kebersihan lingkungan, jangan lupa sampah kering kertas dan plastik serta logam dikumpulkan.
Seperti yang terjadi Rabu pekan lalu. Ketika ditemui di klinik Griya Sehat di Jalan Kyai Parseh Jaya 18B, Bumiayu, Malang, dia baru saja memeriksa pasien bernama Munawaroh, yang demam karena kehujanan. "Sampah disetor secara rutin, ya?" kata dokter muda ini ketika melepas Munawaroh dengan sejumlah obat.
Sampah yang dimaksud Laila merupakan alat pembayaran resmi si pasien untuk bisa mendapatkan layanan kesehatan darinya. Jaminan atau asuransi kesehatan model ini digagas kelompok Indonesia Medika sejak 2011. "Melalui asuransi sampah, kami bisa membantu pelayanan kesehatan sekaligus menjaga kebersihan lingkungan," kata Laila senang.
Peserta jaminan kesehatan Indonesia Medika cukup membayar premi berupa sampah yang bisa didaur ulang senilai Rp 10 ribu setiap bulan. Itu untuk peserta perorangan. Indonesia Medika juga membuka pintu peserta berupa keluarga-keluarga dan instansi dengan premi sampah senilai Rp 30 ribu dan Rp 100 ribu per bulan.
Program Manager Indonesia Medika, Winda Angela ArmyÂtasari, mengakui layanan kesehatan yang ditawarkan saat ini memang sebatas pemeriksaan, konsultasi, dan pengobatan kasus-kasus ringan. Sebab, Indonesia Medika dengan jaringan lima kliniknya saat ini masih sangat bergantung pada donatur. Cara kerjanya juga masih mengandalkan 40-an relawan aktif, yang terdiri atas para mahasiswa untuk memilah-milah sampah yang diterima setiap Sabtu.
Toh, jumlah pesertanya cukup besar, mencapai 700 orang di Kota Malang. Mereka bergabung lewat sosialisasi yang dilakukan melalui kelompok pengajian, pertemuan warga, dan arisan. Berawal dari target kelompok masyarakat di Bumiayu yang dinilai kerap abai dan terbiasa membuang sampah ke sungai, Winda mengatakan, "Kami kini menjajaki kerja sama dengan BPJS Kesehatan. Premi dibayar dengan sampah." Kerja sama ini diharapkan membuat lebih banyak orang yang belum mendaftar BPJS bisa mendapat pelayanan kesehatan gratis dengan sampah.
Gamal Albinsaid, 24 tahun, CEO Indonesia Medika, berharap lebih banyak anak muda tertarik mengembangkan sistem asuransi kesehatan dengan premi sampah ini. Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang pada 2011 ini telah diganjar penghargaan The Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneur, yang diberikan Pangeran Charles di Inggris, atas komitmennya membantu warga miskin lewat program asuransi ini pada Januari lalu.
Gamal sendiri mengaku pertama kali digugah oleh kisah Khairunnisa, anak pemulung yang meninggal di gerobak sampah. Meski sakit, Khairunnisa tidak dibawa ke dokter atau rumah sakit oleh orang tuanya. "Pemulung hanya punya sampah untuk membayar," katanya.
Sejak itu, ia menggagas asuransi kesehatan berbayar sampah. Gayungnya langsung disambut Direktur Bank Sampah Malang Rahmat Hidayat. Dia mengaku tertarik bekerja sama dengan Indonesia Medika. "Ini adalah tahap awal mendidik masyarakat untuk peduli menjaga kebersihan lingkungan," katanya.
Yang tidak kalah girang tentu saja Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang Wasto. "Asuransi sampah membantu mengurangi volume sampah," ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Asih Tri Rachmi juga mendukung asuransi kesehatan Indonesia Medika—sekalipun Kota Malang telah menerapkan layanan kesehatan masyarakat gratis. Dia menyatakan siap bekerja sama dan membantu fasilitas agar program tersebut berkembang.
Eko Widianto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo