Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Profil MKGR, Ormas yang Dikabarkan Bisa Jadi Pintu Masuk Jokowi dan Gibran Gabung Golkar

Jokowi dan Gibran dikabarkan akan bergabung dengan Partai Golkar lewat MKGR. Berikut profil organisasi ini?

18 Januari 2025 | 11.49 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Logo Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR). Dok. Partai Golkar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi diisukan akan bergabung dengan Partai Golkar lewat ormas Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong atau MKGR. Desus itu mencuat setelah Ketua Umum MKGR Adies Kadir mengatakan organisasinya terbuka kepada siapa pun yang ingin bergabung termasuk Jokowi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Ini kan dinamika politik berkembang,” kata Adies memberikan keterangan di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, pada Rabu, 15 Januari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain Jokowi, putra sulungnya yang juga Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka, turut digosipkan bergabung dengan MKGR. Kabar itu berkembang setelah ormas pendiri Partai Golkar itu mengundang Gibran menghadiri puncak HUT ke-65 yang digelar hari ini, Sabtu, 18 Januari 2025.

Terkait isu ini, Ketua Umum relawan Projo, Budi Arie Setiadi, meminta semua pihak menunggu kepastian benar tidaknya Jokowi dan Gibran bergabung dengan Golkar lewat MKGR. Pria yang menjabat sebagai Menteri Koperasi itu berujar kebenaran itu akan terungkap dalam HUT MKGR.

“Ya kita tunggu aja. Tunggu besok,” kata Budi Arie di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat 17 Januari 2025.

Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Maman Abdurrahman mengaku belum mendengar isu Jokowi dan Gibran akan bergabung dengan partainya. Ia mengatakan kehadiran Gibran di acara MKGR untuk mewakili Presiden Prabowo Subianto yang berhalangan.

“Setau saya belum ada pembahasan ke arah situ. Tapi setahu saya kehadiran Mas Gibran mewakili pemerintah untuk hadir di acara,” kata Maman di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat.

Belakangan Adies Kadir juga membantah undangan yang ditujukan kepada Gibran dalam acara HUT MKGR sebagai isyarat bergabungnya Gibran dengan organisasi pendiri partai Golkar itu. Ia juga menegaskan belum ada informasi apa pun yang memastikan soal bergabungnya putra Jokowi itu ke Partai Golkar.

“Diundang kan tidak mesti diartikan bergabung,” kata Adies di kantor DPP Partai Golkar, Jumat, 17 Januari 2025.

Sementara itu, Adies mengatakan Jokowi tidak diundang dalam agenda organisasinya itu. Namun, jika bekas kepala negara itu berkenan hadir, pihaknya sudah menyiapkan tempat untuknya. Adapun Jokowi juga telah mengaku tidak diundang MKGR. Ia hanya tersenyum saat ditanyai ihwal isu bergabung.

“Nggak ada undangan, nggak ada undangan,” ujar dia kepada wartawan saat ditemui seusai melaksanakan Salat Jumat di Masjid Siti Aisyah Manahan, Solo, Jawa Tengah, Jumat, 17 Januari 2025.

Jokowi sebenarnya telah menepis isu dirinya bergabung dengan Partai Golkar lewat MKGR pada pada Rabu, 15 Januari 2025. Kepada awak media di kediamannya di Solo, Jawa Tengah, Jokowi membantah kabar tersebut. Jokowi juga menyangkal akan bergabung parpol dalam waktu dekat.

“Ah. Isu-isu terus. Nggak nggak. Diisukan kan setiap hari,” kata Jokowi.

Profil MKGR

Dilansir dari Golkarriau.com, Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong, yang selanjutnya disebut MKGR, merupakan organisasi kemasyarakatan atau ormas yang menjadi pelopor berdirinya Partai Golkar. Ormas ini menjadi salah satu organisasi yang didirikan pihak militer untuk membendung pengaruh Partai Komunis Indonesia (PKI) di era 1960-an.

Kala itu suhu perpolitikan di tanah air memanas. Persengketaan politik dan gesekan sosial meningkat bahkan menjalar di berbagai daerah. Pengaruh PKI menginfiltrasi di hampir semua lini kemasyarakatan dan pemerintahan. PKI memotori gerakan yang agitatif dan provokatif, bahkan menyerukan dibentuknya angkatan ke-5 dengan mempersenjatai tani dan buruh pabrik.

Selain MGKR, militer juga mendirikan Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI), Koperasi Serba Guna Gotong Royong (KOSGORO), dan Gerakan Karyawan Rakyat Indonesia (GAKARI). Mereka bersama-sama dengan pimpinan Angkatan Darat, tokoh-tokoh pemuda, agamawan, guru, cendekiawan, buruh, dan petani membentuk front anti komunis.

Puncak gesekan terjadi pada penghujung September 1965 di mana PKI melakukan pengkhianatan yang kemudian dikenal sebagai Pemberontakan G30S/PKI. Meski sejumlah jenderal tewas dalam penculikan, secara garis besar pemberontakan itu gagal total. Bersama-sama dengan rakyat dan TNI, MKGR ikut terpanggil menyelamatkan bangsa dari ambang perpecahan, permusuhan dan kehancuran.

Sejak kelahirannya pada 3 Januari 1960, MGKR dipimpin oleh Mayjen TNI (Purn) R.H. Sugandhi, yang menjadi Ketua Umum hingga 1991. Sugandhi memang dikenal sebagai pendiri organisasi ini. Lahirnya MKGR disaksikan oleh Thoyib Pardjojo, seorang petani bunga dari Kampung Kebon Jeruk di pinggiran Kota Jakarta, dan Abas Tarwi seorang anggota Polisi berpangkat Bintara.

Pada Oktober 1969 diadakan restrukturisasi dan konsolidasi Sekber Golkar yang kemudian melahirkan 7 Kelompok Induk Organisasi atau Kino yaitu MKGR, KOSGORO, SOKSI, GAKARI, Profesi, Ormas Hankam, dan Karya Pembangunan. Sekber Golkar inilah yang menjadi cikal bakal golkar sebagai Partai Politik.

Eka Yudha Saputra, Daniel Ahmad Fajri, dan Andi Adam Faturahman berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus