Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Para ahli di bidang teknologi informasi belakangan ini mempertanyakan lonjakan yang aneh dalam perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pada Pemilu 2024. Lonjakan tersebut teramati dari Sistem Informasi Rekapitulasi Suara (Sirekap) pada 1-2 Maret 2024 yang terlihat tidak wajar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alfons Tanujaya, seorang ahli IT dan Keamanan Siber dari Vaksincom menyatakan bahwa peningkatan suara PSI terlalu signifikan dan menyarankan penghitungan secara manual. Dia mengatakan, "Ini agak mencurigakan jika terjadi anomali dalam hasil suara," saat dihubungi pada Senin, 4 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Alfons, Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan lembaga pemantau lainnya perlu memantau dengan cermat data suara yang dikumpulkan oleh Sirekap. Pengawas harus memeriksa apakah jumlah suara yang tercatat wajar dan sesuai dengan formulir C1.
Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (STEI ITB), Agung Harsoyo juga mengungkapkan keheranannya terhadap lonjakan suara PSI yang tidak biasa. Menurutnya, pola perolehan suara PSI sudah terlihat sejak awal perhitungan, sehingga lonjakan yang tiba-tiba terjadi terlihat tidak masuk akal.
Hal senada diungkapkan Roy Suryo, seorang pakar telematika. Dia menyatakan adanya keanehan atas tambahan 98 ribu suara untuk PSI hanya dalam 24 jam. Dia menyebut, "Kemungkinan terjadi perpindahan suara partai tertentu memang sangat mungkin terjadi."
Suara yang berpindah mungkin berasal dari suara tidak sah yang kemudian diberikan kepada PSI. Roy memberikan contoh kasus di beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Jawa Tengah, seperti di Cibeber, Banten, dan Bendoharjo, di mana data Sirekap dan C-Hasil bertentangan.
Dalam contoh TPS 004 Bulakan Cibeber, Banten, data Sirekap menunjukkan PSI mendapat 69 suara sedangkan suara tidak sah hanya 1, namun foto C-Hasil menunjukkan sebaliknya. Hal serupa juga terjadi di TPS 009 Bendoharjo, Jawa Tengah, di mana PSI mendapat 50 suara dan suara tidak sah 2 suara, namun hasil penelusuran menunjukkan sebaliknya.
Sejarah PSI yang Tidak Pernah Masuk Parlemen
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) didirikan secara resmi pada 16 November 2014 berdasarkan Akta Notaris Widyatmoko, S.H. Nomor 14 Tahun 2014. Partai ini merupakan satu-satunya partai baru yang berhasil melewati seleksi badan hukum setelah Pemilihan Presiden 2014.
Pendirian PSI melibatkan Grace Natalie, Raja Juli Antoni, dan Isyana Bagoes Oka sebagai pendiri. Mereka memilih Grace Natalie sebagai Ketua Umum PSI. PSI mulai bergerak di dunia politik pada Pemilihan Umum 2019 dengan nomor urut 11.
Meskipun PSI tidak berhasil melewati ambang batas parlemen yang mengharuskan partai politik meraih suara minimal 4 persen untuk lolos, terdapat fakta menarik seputar partai ini. Anggota partai ini memiliki sebutan khusus memanggil sesama kadernya dengan sebutan"bro" dan "sis".
Saat ini, PSI dipimpin oleh salah satu anak Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Kaesang Pangarep yang sering dipanggil Brotum atau Bro Ketua Umum oleh anggota dan pengurus PSI.
Visi PSI adalah menciptakan Indonesia yang demokratis, berbudaya, beradab, berkeadilan, dan maju.
Sementara misi PSI meliputi:
- Membangun kepemimpinan politik yang ideologis, terorganisir, dan terstruktur untuk menggalang kekuatan nasional.
- Melanjutkan agenda reformasi dan demokratisasi dengan nilai solidaritas nasional dalam perjuangan politik.
- Memperkuat semangat republikanisme, menguatkan rasa kebangsaan, menanamkan idealisme, memperkuat kebhinekaan, dan memperkokoh gotong royong.
- Mendorong kehormatan Indonesia dalam hubungan internasional, sesuai dengan prinsip politik bebas aktif dengan memperhatikan kondisi geopolitik internasional yang berkembang.
ANANDA BINTANG I ALIF ILHAM FAJRIADI