Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RANO Karno terlihat gelisah selama memantau hitung cepat hasil pemilihan Gubernur Banten di rumahnya di kompleks Modernland, Kota Tangerang, Banten, pada Rabu pekan lalu. Setidaknya ia terlihat lima kali bolak-balik dari ruang rapat ke kamar mandi dalam satu jam. "Ketat sekali, ya, persaingannya," katanya berulang-ulang tanpa jelas ke arah siapa pertanyaan itu ia lemparkan.
Hari itu Rano menjadikan rumahnya posko pemantauan. Ada sekitar 50 anggota tim suksesnya yang memantengi tiga televisi 32 inci yang menampilkan hasil hitung cepat lembaga-lembaga survei di ruang tamu. Di ruang rapat, ia ditemani lima orang. Ketegangan terasa di rumah dua lantai dengan halaman setengah lapangan sepak bola itu.
Rano gelisah karena angka perolehan suara semua lembaga survei saling susul. Ia dan pasangannya, Embay Mulya Syarief, kadang memimpin, tapi semenit kemudian tersusul oleh perolehan suara Wahidin Halim-Andika Hazrumy. Bahkan setelah dua jam, ketika jam menunjuk pukul 15.00, jumlah suara kedua pasangan ini sama: 50 persen.
Keceriaan mampir sesaat ke ruang tamu Rano. Setelah imbang, nama Rano sempat bertahan selama setengah jam di posisi pertama, tapi kembali disalip Wahidin. "Halah, nanti juga kembali ke posisi pertama," ujar salah satu anggota tim sukses Rano. Nyatanya, sampai pukul 18.00, perolehan suara Wahidin ajek di atas Rano. Ditunggu setengah jam, posisinya tak bergeser.
Berdasarkan hitung cepat Indo Barometer, Wahidin-Andika unggul 50,55 persen dan Rano-Embay 49,47 persen. Angka Indikator Politik Indonesia juga tak jauh beda: Wahidin-Andika 50,53 persen, Rano-Embay 49,68 persen.
n n n
WAHIDIN Halim tersenyum puas setelah sejam lamanya mengungguli Rano Karno. Pendukungnya, yang sejak pagi memadati halaman belakang rumahnya di Jalan Haji Djiran Nomor 1, Pinang, Tangerang, tak henti-hentinya bersorak.
Sekitar pukul 18.30, Wahidin menemui pendukungnya sekaligus menggelar jumpa pers. "Kami memang menunggu hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum," kata Wahidin. "Tapi, dengan hasil hitung cepat, saya mengatakan pasangan Wahidin-Andika memenangi pilkada Banten." Sorak-sorai semakin menggema.
Klaim kemenangan Wahidin menyengat kubu Rano. Ahmad Basarah, Ketua Tim Pemenangan dari PDI Perjuangan, mengatakan hitung cepat beberapa lembaga survei di Banten tidak bisa dijadikan acuan. "Selisihnya sangat tipis, jangan mengklaim dulu" ucapnya. "Berdasarkan real count, sementara kami unggul di tiga kota."
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan pemenang pemilihan Gubernur Banten memang belum bisa diukur karena selisih hitung cepat sangat tipis. Selisih angka Indikator hanya 0,85 persen, padahal margin of error sebesar 1,61 persen.
Muhammad Qodari, Direktur Eksekutif Indo Barometer, menambahkan, hasil hitung cepat bisa sangat berbeda dengan KPU Banten.
Sebenarnya, berdasarkan hitung cepat Indo Barometer ataupun Indikator Politik, Wahidin-Andika hanya unggul di dua wilayah. Pasangan yang disokong Partai Golkar, Demokrat, Hanura, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, dan Partai Kebangkitan Bangsa ini menang telak di Kabupaten Serang dan Kota Tangerang.
Sedangkan Rano-Embay, yang diusung PDI Perjuangan, NasDem, dan Partai Persatuan Pembangunan, unggul di enam wilayah, yakni Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang, Kota Cilegon, Kota Serang, dan Tangerang Selatan. "Tapi jantung pemilihan ada di Tangerang," kata Bonnie Triana, juru bicara tim Rano-Embay.
Dalam pemilihan Gubernur Banten, Wahidin-Andika dan Rano-Embay mesti bersaing memperebutkan suara 7,7 juta pemilih. Sekitar 4 juta tersebar di Tangerang Raya, yang meliputi Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Dari angka tersebut, sekitar 1,1 juta ada di Kota Tangerang.
Bonnie mengatakan sejak awal sudah memprediksi Rano-Embay bakal kepayahan di Kota Tangerang. Alasannya, menurut Bonnie, Wahidin memiliki basis massa yang kuat di kota itu. "Dia wali kota dua periode di sana. Akarnya sudah kuat," ujarnya. "Tapi kami tidak menyangka bakal kalah telak."
Wahidin Halim adalah mantan Wali Kota Tangerang dua periode, 2003-2013, kemudian menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Demokrat. Adapun Andika Hazrumy adalah anak sulung mantan Gubernur Banten Atut Chosiyah. Sebelum menjadi calon Wakil Gubernur Banten, ia anggota Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dari Fraksi Golkar.
Sedangkan Rano Karno adalah calon inkumben. Sebagai wakil gubernur, ia otomatis menjadi gubernur karena Atut masuk penjara selama tujuh tahun karena menyuap Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar pada September 2013. Rano menggandeng Embay Mulya Syarief, salah satu pendiri Provinsi Banten.
Bonnie menuturkan, isu kebangkitan komunisme juga menjadi batu sandungan Rano. Salah satu kabar yang beredar bahkan menyebutkan bahwa ayah Rano, sutradara Soekarno M. Noer, adalah anggota Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), organisasi kesenian yang kerap dikaitkan dengan Partai Komunis Indonesia.
Isu komunisme diembuskan Wahidin Halim saat berkampanye di Lapangan Sunburst Bumi Serpong Damai, Tangerang, pada medio Januari lalu. Saat itu Wahidin mengatakan ada potensi komunisme bangkit di Banten. Meski tak terang menyebut Rano, Bonnie yakin pernyataan itu ditujukan kepada kubunya.
Ahmad Jazuli, juru bicara Wahidin-Andika, mengatakan kabar komunisme itu hanya imbauan Wahidin. "Kalau merasa tersinggung, jangan salahkan kami," kata politikus Partai Keadilan Sejahtera ini. "Orang juga tahu siapa yang banyak merahnya."
Untuk mengantisipasi kampanye buruk itu, Rano menemui Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Ma'ruf Amin di Pesantren An Nawawi Tanara, Serang, Banten, Selasa dua pekan lalu. Seusai pertemuan, Ma'ruf mengklarifikasi kabar yang mengaitkan Rano dengan PKI. Menurut dia, ayah Rano adalah anggota Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia, yang terafiliasi dengan Nahdlatul Ulama, lawan Lekra di zaman Orde Lama.
Kabar Rano terkait dengan komunis kadung bergulir. Bonnie, yang juga sejarawan dari Universitas Diponegoro, Semarang, mengatakan survei internal menunjukkan isu komunisme menurunkan elektabilitas Rano-Embay di Kota Tangerang. "Ternyata banyak yang termakan isu itu," ucapnya.
Burhanuddin Muhtadi mengatakan, berdasarkan exit poll Indikator Politik dengan 495 responden sebagai sampel, pemilih Banten tidak terlalu terpengaruh oleh isu agama ataupun dinasti politik. "Kecenderungan memilih di Banten berdasarkan performa calon gubernur," katanya.
Ada tiga prioritas utama masyarakat Banten memilih: kampanye yang meyakinkan, program mudah diingat, dan memperjuangkan rakyat miskin. Tiga kali debat oleh Komisi Pemilihan Umum, menurut Burhanuddin, juga menentukan pilihan masyarakat. Wahidin Halim dianggap lebih baik.
Rano Karno masih menaruh harapan besar menang berdasarkan hitungan KPU. Setelah menggelar jumpa pers terkait dengan hasil hitung cepat, dia menyembelih seekor sapi di halaman rumahnya. "Menang-kalah yang penting bersyukur. Anak-anak sudah lama enggak makan daging," ujar Rano, merujuk pada tim suksesnya.
Berdasarkan penghitungan KPU Banten sampai Jumat pekan lalu dengan data masuk 96,16 persen, Wahidin-Andika unggul 50,99 persen, sedangkan Rano-Embay 49,01 persen. Data itu kian menguatkan Rano kalah telak di lumbung suara, Kota Tangerang.
SYAILENDRA PERSADA (JAKARTA), AYU CIPTA, JONIANSYAH (TANGERANG)
Perbandingan Hitung Cepat % |   | Wahidin - Andika | Rano - Embay |
Kabupaten Lebak | |||
Indo Barometer | 45,30 | 54,7 | |
Indikator Politik Indonesia | 41,92 | 58,08 | |
KPU Banten | 42,9 | 57,1 | |
Kabupaten Pandeglang | |||
Indo Barometer | 45,82 | 54,18 | |
Indikator Politik Indonesia | 45,29 | 54,71 | |
KPU Banten | 46,3 | 53,3 | |
Kabupaten Serang | |||
Indo Barometer | 55,24 | 44,76 | |
Indikator Politik Indonesia | 53,22 | 46,78 | |
KPU Banten | 44,7 | 55,3 | |
Kabupaten Tangerang | |||
Indo Barometer | 44,79 | 55,21 | |
Indikator Politik Indonesia | 47,56 | 52,44 | |
KPU Banten | 48,9 | 51,1 | |
Kota Cilegon | |||
Indo Barometer | 43,95 | 56.05 | |
Indikator Politik Indonesia | 53,09 | 46,91 | |
KPU Banten | 42,4 | 57,6 | |
Kota Serang | |||
Indo Barometer | 44,96 | 55.04 | |
Indikator Politik Indonesia | 45,66 | 54,34 | |
KPU Banten | 44,5 | 55,5 | |
Kota Tangerang | |||
Indo Barometer | 69,56 | 30,44 | |
Indikator Politik Indonesia | 64,66 | 35,34 | |
KPU Banten | 66,7 | 33,3 | |
Kota Tangerang Selatan | |||
Indo Barometer | 48,31 | 51,69 | |
Indikator Politik Indonesia | 46,68 | 51,32 | |
KPU Banten | 47,7 | 52,3 | |
Total | |||
Indo Barometer | 50,53 | 49,47 | |
Indikator Politik Indonesia | 50,32 | 49,68 | |
KPU Banten | 50,99 | 49,01 |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo