DI Kabupaten Kepulauan Riau (Riau), dollar Singapura bisa
menjadi alat pembayaran umum. Terutama di kecamatan-kecamatan
yang berbatasan dengan negeri pulau itu: Batam, Karimun, Kundur
dan ibukota Kepulauan Riau sendiri, Tanjungpinang. "Di Kecamatan
Batam orang membeli kue dengan dollar," cerita seorang anggota
DPRD Kepulauan Riau.
Di Karimun dan Tanjungpinang, orang yang membeli sebungkus rokok
dengan menyerahkan Rp 1.000, sering menerima pengembalian berupa
S$ 1 ditambah recehan rupiah. Di pasar-pasar Tanjungpinang
ibu-ibu rumahtangga yang berbelanja ke pasar sering kembali ke
rumah mengantungi uang Singapura sampai 4-5 dollar.
Di kota ini, seorang pedagang rokok mengaku sering dibayar S$ 1
plus Rp 50 untuk sebungkus Gudang Garam.
Di desa-desa nelayan yang berbatasan dengan Singapura, seperti
Pulau Buluh, Pemping, Kasu, para nelayan menjual hasil tangkapan
langsung ke pantai Singapura. Setelah berbelanja kebutuhan
sehari-hari, sisa dollar itu mereka bawa kembali dan
dibelanjakan di desa. Upah buruh atau pekerja bagan juga sering
dibayar dengan dollar.
Dua Kali Lipat
Menurut Drs. aini Ali, Sekwilda Kepulauan Riau, keadaan seperti
itu sesungguhnya bukan hal baru. Karena jarak Singapura -
Kepulauan Riau amat dekat, ditambah perdagangan yang cukup
ramai, sampai 1962, di kabupaten ini berlaku dollar Singapura
sebagai alat pembayaran resmi. Waktu meletus konfrontasi
Indonesia-Malaysia, pemakaian dollar itu dihapus, diganti dengan
KR (rupiah khusus.Kepulauan Riau). Tahun 1974 KR diganti rupiah
--tapi selanjutnya kebiasaan menggunakan dollar belum juga
terkikis.
Beredarnya dollar Singapura, menurut Ketua Kadin Kepulauan Riau,
Imam Sudrajad, karena naluri dagang saja. Dngan menenma dollar,
pedagang memperhitungkan bakal mendapat keuntungan banyak,
terutama bila kursnya naik. Sekarang kurs dollar Singapura
terhadap rupiah adalah 1 310.
Beredarnya dollar ini agaknya tidak mengganggu kehidupan
perekonomian rakyat. Apalagi yang beredar cuma dollar recehan.
Namun sejak setahun lalu, meluasnya dollar recehan itu dibarengi
dengan semakin berkurangnya recehan logam Rp 100 ke bawah.
Seorang pemilik kedai kopi di Tanungpinang mengaku, hampir
setiap bulan ia menukar rupiah recehan di BRI Cabang
Tanjungpinang sampai Rp 250. 000. Sebab, katanya, "orang yang
minum di sini selaiu menyodorkan uang besar Rp 1.000 atau Rp
5.000."
Gejala menghilangnya rupiah recehan ini rupanya mengherankan
pihak BRI setempat. Sebab setiap bulan selalu ada droping
recehan dari Bank Indonesia di Pakanbaru. Seorang petugas salah
satu bank di Tanjungpinang mengungkapkan, tiap 3 bulan bank-bank
di sana menyalurkan sekitar Rp 60 juta recehan, terutama uang
logam. "Tapi selalu saja kekurangan," katanya tak mengerti.
Semakin santernya berita langkanya rupiah recehan itu mendorong
Gubernur Imam Munandar untuk meminta bank agar menambah droping
recehan, terutama berupa uang kertas. Tapi rupanya orang lebih
senang recehan logam. Recehan jenis ini, terutama pecahan Rp
100, diangkut ke luar negeri. Pihak kepolisian dan Bea Cukai
memang memperketat pengawasan, tapi belum ada satu pun kasus
penyelundupan uang logam RI ke luar negeri terungkap.
Jual-beli recehan logam Rp 100 untuk dijual ke luar negeri
memang terjadidi Tanjungpinang. Seratus keping logam Kp 100 bisa
ditukar dengan Rp 14.000 uang pecahan lainnya. Hal ini
diperkirakan sudah berjalan sejak akhir 1978, setelah Kenop 15.
Yang dicari adalah pecahan Rp 100 emisi 1973 yang lebih berat
dan tebal ketimbang emisi 1978.
Di luar negeri kabarnya setiap dua keping pecahan logam Rp 100
bisa berharga S$ 1,50 atau bisa dilebur menjadi tiga keping
pecahan S$ 50 sen. Dengan kurs sekarang, peleburan itu berarti
membuahkan keuntungan dua kali lipat lebih.
Sementara itu ada pula dugaan, semakin langkanya recehan rupiah
logam itu karena masyarakat menyimpannya sebagai tabungan.
Mariyo, penjual mie rebus di Jalan Merdeka, Tanjungpinang
mengaku setiap hari menyisihkan uang logam Rp 100 untuk celengan
keluarganya. Ia pernah menabung sampai Rp 100.000. Ketika
terjadi kebakaran di Pelatar III Tanjungpinang beberapa bulan
lalu di puing-puing bekas kebakaran ditemukan uang logam pecahan
Rp 100 bernilai Rp 500.000--berserakan tapi semua hangus.
Imam Sudrajad, Ketua Kadin Kepulauan Riau, menyebut tabungan
masyarakat itu memang merupakan salah satu faktor semakin
langkanya uang logam. Ia menyangsikan kemungkinan recehan logam
itu diselundupkan ke luar negeri. "Kalau diselundupkan, kan
lebih untung langsung berupa perak," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini