Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) memberikan fasilitas program Sinema Mikro Dana Indonesiana kepada 39 komunitas film pada 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid menyatakan dari puluhan komunitas film tersebut, beberapa di antaranya telah memanfaatkan bantuan dengan menggelar pemutaran film di daerah-daerah yang memiliki gedung bioskop.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ini untuk meningkatkan literasi film di Indonesia,“ katanya di Jakarta, Rabu, 22 Februari 2023.
Hilmar menjelaskan fasilitasi bidang kebudayaan sinema mikro tidak hanya digunakan sebagai ruang bioskop alternatif, namun juga menjadi dukungan kepada komunitas dalam meningkatkan jumlah ruang pertemuan kebudayaan berbasis audio-visual.
Dana Indonesiana atau dana abadi kebudayaan diberikan pemerintah untuk membantu para budayawan berkembang dan meraih prestasi serta menyalurkan ekspresi. Sejak beberapa tahun belakangan secara bertahap dana Indonesiana mulai dapat digunakan oleh para budayawan yang sangat besar manfaatnya.
Menurut Hilmar, dana Indonesiana sebagai dana abadi kebudayaan adalah bukti pemerintah hadir dan bergerak bersama masyarakat untuk menjadi wadah penyediaan ruang keragaman ekspresi. Selain itu, dana abadi itu juga upaya pemerintah dalam mendorong interaksi budaya dan inisiatif-inisiatif baru dalam upaya pemajuan kebudayaan Indonesia sesuai UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Salah satu penerima bantuan program Sinema Mikro Dana Indonesiana adalah Komunitas Kembang Gula yang memiliki program berupa layar tancap keliling di sembilan titik setiap bulan yang diberi nama Srawung Sinema. Srawung Sinema merupakan program pemutaran reguler Kembang Gula yang diharapkan dapat mempertemukan filmmaker dengan warga sekitar melalui pemutaran film atau layar tancap dan diskusi.
Srawung yang berarti berinteraksi ini merupakan upaya membuka ruang menonton dan membahas film-film alternatif dengan cara kreatif dan tidak terbatas serta menggunakan pendekatan wacana atau narasi yang dekat dengan persoalan warga sekitar Kota Solo.
“Selama pemutaran berlangsung warga selalu antusias dan memberi respons positif. Mereka menyambut baik dan merasa terhibur dengan adanya layar tancap,” kata Fanny Chotimah dari Kembang Gula.
Komunitas lainnya adalah Komunitas Gemulun Indonesia di Jambi yang telah melakukan pemutaran film sebanyak dua kali dari enam kali pemutaran yang direncanakan.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.