Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAUH sebelum Andi Alifian Mallarangeng mengundurkan diri, 7 Desember lalu, kursi Menteri Pemuda dan Olahraga sudah mulai panas. Partai-partai saling melobi sejak nama Andi muncul dalam audit Badan Pemeriksa Keuangan dan isu penetapan dirinya sebagai tersangka korupsi pembangunan pusat olahraga Hambalang kian gencar.
Ketika Komisi Pemberantasan Korupsi akhirnya menetapkan Andi sebagai tersangka, dan ia menyatakan mundur dari kursi menteri sehari kemudian, Partai Golkar kasak-kusuk mengajukan dua nama: Sekretaris Jenderal Idrus Marham dan pengusaha Erwin Aksa Mahmud. "Kami tolak karena secara etika ini tidak benar," kata Max Sopacua, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, pekan lalu.
Menurut Max, Kementerian Pemuda dan Olahraga sepeninggal Andi bagaikan rumah yang ditinggal wafat kepala rumah tangga. Jika akan mencari penggantinya, mesti menunggu hari yang pas—setelah rasa duka berlalu. "Jadi, biarkan prosesnya berjalan," ujarnya. "Lagi pula, pemilihan menteri merupakan hak prerogatif presiden."
Ini cara halus Demokrat untuk menyatakan tak ingin jatah kursi di kabinet berkurang. Dari 35 kursi di kabinet, pemenang Pemilihan Umum 2009 ini punya lima menteri, yang juga memegang jabatan di partai. Selain Kementerian Olahraga, ada Kementerian Energi, Hukum, Perhubungan, dan Koperasi. "Bagaimanapun caranya, lima menteri akan dipertahankan," kata Evert Ernest Mangindaan, Menteri Perhubungan dan anggota Dewan Pembina Demokrat.
Golkar pun mundur teratur. Max dan politikus senior di Demokrat tak lagi mendengar dan tak terlibat pembicaraan siapa yang akan diajukan mengisi kursi kosong itu. Kemudian menyusul pernyataan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie bahwa partainya tak tertarik pada kursi Menteri Olahraga karena waktu yang terlalu mepet—menjelang 2014. Segendang sepenarian dengan Aburizal, Idrus belakangan menyatakan tak berminat jadi Menteri Olahraga. "Kalau nama saya disebut-sebut, alhamdulillah," ujarnya. "Tapi saya lebih senang di Golkar saja."
Toh, satu sumber di partai itu menyatakan lobi Golkar mereda setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memastikan tak akan menggeser Agung Laksono dari kursi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Tadinya, kata politikus itu, Agung masuk daftar reshuffle dan akan digantikan Sharif Cicip Sutardjo, Menteri Kelautan dan Perikanan. Agung dianggap bukan "klik" Aburizal di Golkar.
Tadinya, partai ini memang memburu jabatan Menteri Pemuda dan Olahraga, yang strategis menjelang Pemilu 2014. Jabatan kosong yang ditinggalkan Sharif menjadi daya tawar Golkar dengan Demokrat untuk merebut kursi Menteri Olahraga. Erwin Aksa yang disorongkan mengisinya.
Erwin, pengusaha muda asal Sulawesi Selatan dan putra bekas Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Aksa Mahmud, dinilai pas menggantikan Andi Mallarangeng untuk menggaet suara di timur Indonesia. Tapi Erwin menyangkal. "Soal lobi-lobi Menteri Olahraga saya tidak tahu," katanya kepada Amandra Megarani dari Tempo. "Belum ada instruksi dari ketua partai."
Beberapa politikus Demokrat dan kalangan di Istana Presiden membenarkan gencarnya lobi Golkar. "Lobi ini sempat mencuat, tapi padam lagi," ujar Khatibul Umam Wiranu, anggota Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat dari Demokrat. Patahnya lobi Golkar juga karena Demokrat tak ingin partai lain merecoki jatah kursinya.
Seorang politikus Demokrat menyatakan sikap itu ada hubungannya dengan upaya menyelamatkan citra partai yang babak-belur akibat kasus korupsi Hambalang. Penyelewengan proyek senilai Rp 2,5 triliun ini menyeret begitu banyak kader Demokrat, hingga dalam sigi Lembaga Survei Indonesia partai itu dinilai paling korup.
Menempatkan orang partai lain di Kementerian Olahraga, kata politikus ini, seperti menyiramkan bensin ke atas api yang sedang menyala. "Karenanya, yang cocok itu orang yang seperti air, meredakan bara." Air itu adalah kader Demokrat sendiri.
Masalahnya, kalangan internal Demokrat juga tak kompak. Sejumlah nama masuk list, seperti Wakil Sekretaris Jenderal Ramadhan Pohan, Saan Mustopa, Max Sopacua, bekas Gubernur Jakarta Fauzi Bowo, dan Khatibul Umam Wiranu. Nama-nama ini muncul mewakili pelbagai kubu lewat pintu berbeda-beda. Ramadhan Pohan direkomendasikan Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum, sedangkan Khatibul disorongkan dua ipar Yudhoyono.
Ramadhan mengatakan tak tahu namanya masuk bursa. Khatibul tak menyangkal info itu. Adapun Max mengakui ada beberapa orang yang menyorongkan namanya. "Tapi bagaimana memastikannya?" ujarnya. "Di Demokrat, rapat soal itu belum ada."
Partai Kebangkitan Bangsa tak ketinggalan berburu kursi. Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Helmy Faisal Zaini disebut-sebut bakal bergeser ke Senayan. Skenario ini untuk meredakan keterbelahan di Demokrat, sekaligus menghadang minat partai lain. Caranya memasukkan anggota staf khusus presiden ke kabinet.
Velix Wanggai, Staf Khusus Presiden Bidang Otonomi Daerah, akan mengisi pos yang ditinggalkan Helmy. Nama Andi Arief, Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial, juga masuk bursa. Dengan jaringan aktivisnya, Andi dinilai bisa meluaskan pemilih Demokrat dari kalangan anak muda pada 2014. Tapi Andi dianggap terlalu muda dan belum berpengalaman.
Karena itu, Helmy dan PKB rajin mendekati Demokrat agar bisa digeser ke kursi Menteri Olahraga. "Erwin dan Helmy balapan," kata sumber Tempo. Sekretaris Jenderal PKB Imam Nahrawi tak menyangkal ada lobi mengegolkan Helmy jadi Menteri Olahraga. "Amiiin," ujarnya. Ia berharap Presiden segera menunjuk pengganti Andi Mallarangeng sehingga ada yang mengurus olahraga. "Paling tidak sepak bola yang berkonflik terus."
Masuknya anggota staf khusus Presiden ke kabinet juga tak dianggap masalah oleh Demokrat. "Kalau Presiden memilih kalangan profesional, tak ada alasan kami tak mendukung," kata Max. Seorang politikus Demokrat mengatakan Presiden lama memilih pengganti Andi Mallarangeng karena ada rencana menyatukannya dengan reshuffle kabinet.
Segala kegaduhan itu dijawab Yudhoyono dengan konferensi pers dadakan di sela kunjungan kerja ke Teluk Naga, Tangerang, Jumat pekan lalu. Ia tiba-tiba mengomentari nama-nama yang beredar di media massa sebagai calon Menteri Olahraga. "Nama-nama itu bukan dari saya," ujarnya.
Ia memastikan Menteri Olahraga yang baru tetap dari Demokrat. Alasannya adalah mempertahankan komposisi koalisi, dan jatah Demokrat sudah berkurang ketika ia memecat Freddy Numberi dari kursi Menteri Perhubungan. "Demi keadilan, saya akan memilih calon dari dalam Demokrat," kata Yudhoyono tanpa menyebut nama.
Pengumuman ini melegakan politikus Demokrat. Wakil Sekretaris Jenderal Saan Mustopa mengatakan partainya akan segera menyusun nama-nama yang cocok menjadi Menteri Olahraga. Usia tak akan dipersoalkan meski kementerian ini membawahkan urusan pemuda. Nama-nama itu akan digodok oleh majelis tinggi, yang ketuanya Yudhoyono juga. Pada akhirnya, Presiden memilih air untuk meredakan kegaduhan reshuffle.
Bagja Hidayat, Jobpie Sugiharto, Wayan Agus
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo