Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Roh para pahlawan akan menangis ?

Raja inal siregar dilantik sebagai gubernur sumatera utara menggantikan kaharuddin nasution. inal akan memprioritaskan pengawasan dan menaikkan pendapatan per kapita masyarakat pedesaan.

18 Juni 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DEMOKRASI Pancasila agaknya mulai berjalan cepat. Tengok saja, masyarakat kini sudah semakin berani menyuarakan aspirasi mereka. Contohnya: setelah 50 pemuda, 23 Mei lalu, unjuk rasa di gedung DPRD di Kupang, menolak bakal calon Gubernur N~usa Tenggara Timur Hendrikus Fernandez (TEMPO, 28 Mei), seminggu kemudian, 1 Juni lalu, 10 pemuda dan mahasiswa Bali berbondong ke Jakarta menyampaikan surat kepada pimpinan DPR-RI dan Menteri Dalam Negeri. Secara tidak langsung, isinya )uga menolak ba kal calon Gubernur Bali, Prof. dr. Ida Bagus Oka. Cuma mereka tidak langsung tunjuk hidung. Surat bertanggal 30 Mei itu hanya menyampaikan pendapat, agar gubernur Ball yang akan datang memenuhi kriteria yang mereka ajukan. Antara lain bebas G-30-S/PKI, bersih lingkungan, bukan keturunan langsung dari seorang yang pcrnah berkhianat kepada bangsa, tidak pernah terkena isu korupsi, bukan penjudi. Yang jadi sasaran memang Bagus Oka. Menanggapi "protes" itu, juru bicara Depdagri Feisal Tamin melihatnya sebagai gcjala kcterbukaan. "Itu tandanya daya kritik masyarakat makin meningkat. Dan itu hak mereka," katanya. "Tapi ingat, ada mekanisme yang harus kita patuhi bersama," tambah Staf Ahli Mendagri itu. Dirjen PUOD Atar Sibero juga melihat hal itu positif. "Berarti masyarakat merasa perlu menyatakan pendapat mengenai calon pimpinan mereka yang bakal jadi tumpuan harapan," katanya. Benarkah Bagus Oka terlibat G-30-S/ PKI, keturunan pengkhianat, korup, dan penjudi? Isu seperti itu belakangan ini memang santer menyambar bakal calon Gubernur Pulau Dewata itu. Tak kurang dari Ngurah Mangku, 60 tahun, menolak kepemimpinan Bagus Oka yang dituduhnya keturunan NICA. "Roh-roh pahlawan akan bangkit dan menangis kalau anak pengkhianat bangsa jadi pemimpin," kata penasihat DPD Golkar Rabupaten Badung itu dengan nada tinggi. Bagus Oka, 52 tahun, kini Direktur SEAMEO (Southeast Asian Ministers of Education Organization) yang berkedudukan di Bangkok, kaget mendengar isu itu. "Baru sekarang ini saya mendengar isu seperti itu. Sebelumnya saya tidak mendengarnya," katanya kepada koresponden TEMPO di Bangkok, Yuli Ismartono. "Tidak apa, malah kritik seperti itu akan saya jadikan bahan," tambahnya. Sebuah sumber di Bali menegaskan, ayah Oka memang pernah jadi polisi di zaman penjajahan Belanda, tapi bukan polisi NlCA. Tuduhan bahwa Oka terlibat G-30-S/ PKI juga dibantah. "Kalau memang dia terlibat, tidak mungkin Oka sempat naik jadi ketua harian KONI pada 1984-86, lalu Rektor Unud pada 1978-85 - merangkap Koordinator Kopertis Bali, NTB, NTT, Tim-Tim, dan sekarang Direktur SEAMEO," kata sumber tadi. Mengenai tuduhan korupsi - dalam hal pembebasan tanah Universitas Udayana? Sumber itu menyatakan, keputusan penggantian tanah milik penduduk itu dirumuskan sebuah tim dari Unud, Pemda, dan pemuka masyarakat. Manipulasi di KONI? "Itu bisa dicek ke Kejaksaan Agung, apakah Oka terlibat atau tidak," tambah sumber itu. Mengenai isu sebagai penjudi, Oka memang pernah "bermain judi" ketika - bersama pejabat lain - bergadang dan perintang waktu di masa-masa gawat meletusnya G30-S/PKI pada akhir 1965. Oka merupakan seorang di antara lima bakal calon yang diajukan DPRD Bali. Yaitu: Ida Bagus Oka (Direktur SEAMEO), Ida Gusti Ngurah Ketu (Kakanwil Deparpostel Bali/NTB), Ida Kade Surya (Asisten III Sekwilda Bali), Ktut Gde Saka (Kadispcnda Bali), dan Soedarto Soetirto (anggota F-KP yang dicalonkan FPP). Tapi dalam suratnya tanggal 4 Juni - yang baru dibacakan pada sidang pleno DPRD) Bali seminggu kemudian--Mendagri hanya menyetujui tiga bakal calon yang pertama. Oka memang direstui. Buktinya? Sud~ah lama Ida Bagus Mantra, pendahulun~ya, mencalonkannya. Dan belum lama ini, s~orang utusan DPP Golkar dikirim ke Bangkok menemuinya. Pesannya antara lain "Semuanya sudah dicek ke Bakin. Beres, dan harap tenang." Maksudn~ya, isu itu tidak benar. Oka memang sudah tenang. Suara te~banyak dalam pemilihan di DPRD Bali, Senin pekan depan ini, pasti diraih dokter luhlsan Unair yang beranak tujuh itu. Di Sumatera Selatan, suasana demokrasi malah dicoba dibangkitkan. Selama seminggu, sejak Jumat 3 Juni lalu, mas~yarakat diundang mengusulkan nama-nama bakal calon pengganti Gubernur Sainan Sagiman, yang masa jabatannya akan berakhir 12 September nanti. Boleh melalui surat, secara perorangan atau lewat fraksi. Tapi sampai Jumat 10 Juni pukul 11.00 WIB ketika p~ngajuan ~~nama calon ditutup, baru satu nama yang masuk. Yaitu Saropi Ganap, bekas Sekwilda Sumatera Selatan yang kini jadi pengusaha di Jakarta. Dan saat itu baru dua fraksi yang siap dengan bakal calon mereka. F-KP mengajukan lima bakal calon: Brigjen ~Ramli Hasan Basri, 51 tahun (bekas Kasdan Hasannuddin, kini Insp~ktur Pendidikan dan Latih pada Ditjen Angkatan Darat), Nung Rozali (Asi~ten Sekwild Sum-Sel~). Idrus Ahmad (Kepala Diklat ~Pemda SumSel), Saleh Hasan (Bupati ogan Komering Ulu), Sohar ~bekas Bupati Muaraenim). Tampaknya, keempat bakal calon terakhir itu hanyalah pendamping, mengingat ABRI cuma mengajukan calon tun~ggal: Ramli Hasan Basri. Adakah Saropi Ganap akan muncul ~ebagai bakal calon? Sulit diramalkan. Apalagi menurut Sekretaris DPRD Sum-Sel, ~Wibowo Widyosusanto, "Semua itu tergantung kesepakan fraksi-fraksi." Sementara s~umber di Depdagri memastikan, Ramli ~Hasanlah yang ketiban pulung restu. Yang sudah beres adalah Sumatera Utara. Pengganti Gubernur Kaharuddin Nasution~ adalah Mayjen Raja Inal Siregar, 50 tahun, ayah empat anak, yang sebelumnya Pangdam III/Siliwangi. Dalam sura~tnya tertanggal 1 Juni lalu, Mendagri men~~yetujui tiga bakal calon: Raja Inal Siregar, ~Pangdam III/Siliwangi, dan dua pendamping. Dalam pemilihan di DPRD Sum-Ut, Siregar berhasil mengantungi 36 dari 46 suara. Senin pagi pekan ini, Siregar dilantik sebagai Gubernur Sumatera Utara. Upacara itu, untuk pertama kalinya, diliput TVRI Stasiun Medan dan disiarkan sore harinya. Apa gebrakan pertama Siregar yang lebih suka dipanggil "Abang" ini? "Saya akan memprioritaskan pengawasan dan menaikkan pendapatan per kapita masyarakat pedesaan. Selain itu penyegaran di kalangan staf Gubernuran," katanya. Cukup lama jadi orang Siliwangi, si Abang berkata pula, "Pantai selatan Jawa itu 'kan gersang, tapi rakyatnya bisa hidup layak. Sedang Sumatera Utara lebih potensial, tapi kenapa rakyatnya.melarat? Di Jawa Barat tidak sejengkal tanah dibiarkan kosong. Parit di depan rumah pun untuk memelihara ikan. Rakyat Sumatera Utara sudah mengantungi roti, cuma mereka harus diajar bagaimana mengambilnya dari kantung." Jawa Tengah juga tenang-tenang saia. Gubernur Ismail, 61 tahun, sudah bisa dipastikan bakal jadi calon definitif. Artinya ia direstui lagi memimpin daerahnya untuk masa jabatan kedua. Dan itu klop dengan kesepakatan empat fraksi pada 14 Mei lalu untuk mencalonkan kembali Ismail. Pokoknya, keempat fraksi menilai, Ismail berprestasi dan berhasil memimpin Jawa Tengah. Meski begitu - dan memang sesuai den~an aturan main--F-KP juga mengajukan dua orang bakal calon sebagai pendamping. ~Mereka adalah Abdoessaleh Ronowidjojo kepala BP7 Jawa Tengah, dan Walujo Tjokrodarmanto, Pembantu Gubernur un~tuk Karesidenan Semarang. Bahwa 13 Juni kemarin, Sumatera Utara sudah punya gubernur baru, pada hari itu DPRD Jawa ~Tengah baru membicarakan nama-nama bakal ~calon, untuk dimintakan persetujuannya kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri. Siapa di antara ketiga bakal calon itu kelak U~I bakal tampil definitif sebagai gubernur? Tentu Ismail. Sebab, keempat fraksi dan sepakat mencalonkannya kembali, semen~tara dua bakal calon lainnya hanyalah sekedar pendamping. Seorang tokoh pim~pinan FKP di DPRD Jawa Tengah berkata - sembari tersenyum lebar, "Kelak bila persetujuan Mendagri sudah turun, F-KP tentu memilih Pak Ismail...." gdam IV/Diponegoro, Mayjen. Se, juga menilai keberhasilan Ismail gubernur Jawa Tengah. Kepemimpinan Ismail selama ini, dinilainya baik. "Dia adalah bapak yang baik bagi rakyatn~ya," katanya. Saat ini, menurut Panglima, yang perlu dipersiapkan di Jawa Tengah ialah kondisi manusia, wilayah, dan sosial. Kualitas rakyat harus ditingkatkan, agar mampu melaksanakan pembaruan dan dapat menerima konse~kuensinya. Karena itu, sektor pendidikan nncndapat prioritas utama. Adapun ~kondisi sosial, iklim sejuk yang selalu diku~mandangkan Ismail harus dipelihara. "Dan setiap pembaruan dan perubahan, hendak~nya tidak lepas dari jati diri sebagai masyarakat Jawa Tengah," tambahnya. B.S.H. dan biro-biro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus