Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Sebaiknya Mega Tak ke Pemilu Presiden

4 April 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBAGAI suami Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, nama Taufiq Kiemas, wong kito berusia 63 tahun, tak pernah lekang dari "episentrum" partai si Moncong Putih. "Mas Taufiq salah satu tokoh kunci partai," ujar Pramono Anung, Sekjen PDI Perjuangan. Pekan lalu, misalnya, Tempo menyaksikan Taufiq keluar-masuk kamar mewah di lantai tujuh Hotel Inna Grand Bali Beach, Bali, ketika di kamar yang dijaga ketat itu Megawati sedang menyusun pengurus Dewan Pimpinan Nasional PDI Perjuangan yang baru.

Bagaimana Megawati memilih pengurus baru? Apa saja pertimbangannya? Mengapa Guruh Soekarnoputra akhirnya meninggalkan "Kelompok Pembaruan"? Untuk menjawab semua pertanyaan itu, wartawan Tempo Rofiqi Hasan mewawancarai Taufiq Kiemas.


Bagaimana pengurus PDI Perjuangan dipilih? Apakah mereka mewakili kelompok?

Persoalannya, kita harus memperjelas berapa jumlah unsur di PDI Perjuangan. Itu yang harus diperjelas.

Mengapa Sutjipto dan Pramono Anung dipertahankan? Bukankah banyak kritik kepada mereka?

Dalam pergantian pengurus pada organisasi mana pun, sebagian pengurus tetap harus dipertahankan. Nah, Sutjipto dan Pramono Anung mewakili pengurus lama yang dipertahankan. Ini menjaga konsistensi. Tapi jumlah muka lama tak banyak, cuma lima orang. Jauh lebih banyak muka baru. Tentu saja tak asal orang baru. Budiman Sudjatmiko, misalnya, tidak mungkin masuk karena belum menjadi anggota partai minimal lima tahun. Orang seperti Budiman bisa saja ditaruh di Badan Penelitian dan Pengembangan, untuk membantu Pak Kwik Kian Gie.

Bukankah Sutjipto dan Pramono Anung harus bertanggung jawab atas kekalahan PDI Perjuangan?

Kekalahan itu bukan tanggung jawab mereka saja. Kita tidak bisa menyalahkan satu per satu pengurus. Semua harus ikut bertanggung jawab, mulai yang paling bawah sampai ketua umum.

Banyak yang meragukan komposisi pengurus baru.…

Mega memilih pengurus dengan pertimbangan matang. Masuknya kembali Alex Litaay, misalnya, karena dia berasal dari Indonesia Timur. Kami berharap dia bisa mengembalikan kekuatan PDI Perjuangan di Indonesia Timur. Pertimbangan asal-usul juga penting. Kita tentu tak akan senang jika semua pengurus berasal dari Jawa. Saya ingin pengurus mencerminkan bhinneka tunggal ika, dari Sabang sampai Merauke.…

Mengapa "Kelompok Pembaruan", antara lain Laksamana Sukardi dan Sophan Sophiaan, tak diakomodasi?

Jangan tanya saya. Tanyakan ke dewan pimpinan pusat, dong. Tapi, dalam setiap kongres sebenarnya ada pembaruan. Kami selalu melakukan koreksi, evaluasi, dan introspeksi. Siapa bilang tak ada pembaruan di PDI Perjuangan? Kalau tak ada pembaruan dan harapan, buat apa repot-repot bikin kongres? Sudah menghabiskan banyak biaya, malah dikeroyok pers.

Mungkinkah Megawati menerima kembali "Kelompok Pembaruan"?

Tergantung mereka. Kalau kelompok itu mau menerima dan mengikuti hasil kongres, tentu saja bisa kembali.

Guruh Soekarnoputra sempat berada di "Kelompok Pembaruan". Mengapa dia masuk susunan pengurus?

Tanyalah langsung ke Guruh. Tapi, pers memang senang dengan yang berantem. Sepertinya kalau rujuk tidak boleh. Padahal rujuk dan silaturahmi selalu positif.

Apakah Anda ikut menyusun komposisi pengurus baru?

Ah, saya tidak ikut-ikutan. Saya tidak bisa melakukannya. Hebat benar bila saya bisa ikut menyusun nama-nama itu. Kalau memang bisa menitipkan orang, pasti semua posisi akan saya isi dengan orang-orang saya.

Apakah Megawati sempat mendiskusikan nama-nama kandidat pengurus?

Mega tak bisa diintervensi. Kalau saya mengintervensi, tanggung jawabnya akan berat. Kasihan Mega kalau orang yang saya titipkan ternyata jelek.

Bukankah Anda keluar-masuk kamar saat Megawati menyusun pengurus?

Pokoknya saya tak mau ikut campur. Aku sudah 60 tahun. Kalau aku tiba-tiba koit, siapa yang akan bertanggung jawab dengan orang titipan itu? Saya tak ingin meninggalkan beban buat partai. Kalau usia saya masih di bawah 50 tahun, mungkin masih ada harapan.

Apakah Megawati menyiapkan diri untuk pemilihan presiden 2009?

Kongres telah memutuskan bahwa soal capres diserahkan ke ketua umum. Terserah Mega apakah akan maju, atau diserahkan ke orang lain. Tapi saya berpendapat, sebaiknya Mega tak usah lagi maju ke pemilu presiden. Zamannya sudah berbeda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus