Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Sebuah karya lingkungan

Dep. p dan k, balai pustaka, pusat grafika & beberapa perguruan tinggi mengadakan pameran tentang lingkungan hidup untuk memperingati hari pendidikan nasional. kesadaran akan kelestarian alam, masuk kurikulum.

20 Mei 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH pameran tentang lingkungan hidup telah dipersembahkan di Gelanggang Mahasiswa Kuningan, Jakarta, memperingati Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei. Diselenggarakan bergotong-royong oleh Departemen PK, Balai Pustaka, Pusat Grafika, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Surabaya, Akademi Perindustrian Yogyakarta, Universitas Trisakti, Mapala UI, Mahasiswa Pencinta Alam Nasional. Lumayan semarak. Menteri Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup, Emil Salim datang menyampaikan sekapur sirih dan membukanya dengan resmi. Ia kelihatan senang dengan kegiatan anak-anak muda tersebut. "Kita hendak mewariskan kepada anak cucu kita suatu alam, suatu lingkungan hidup yang berada dalam keadaan yang sama baiknya, sama membantunya, seperti keadaan ketika kita menerimanya dahulu dari nenek moyang kita." Yang ini adalah kata-kata Menteri P&K Daoed Joesoef pada kesempatan lain. Dan nampaknya memang inilah yang ingin dicapai pameran tersebut. Kripik Saga Para anak cucu memang datang membanjir. Berbondong-bondong itu cucu-cucu sang menteri masuk bersama para guru mereka. Siangnya, orang tua yang berminat banyak juga yang ambil kesempatan. Anak sekolah SLI dan SLA, selain mendapat hiburan dan pendidikan ala kadarnya di ruangan berkapasitas 2000 orang itu, dari sekolah dapat tugas pula. Mereka diharuskan membuat karangan mengenai apa yang mereka lihat dan fikirkan dari pameran. Tulisan kemudian dikumpulkan dan dibicarakan di sekolah masing-masing. Kewajiban mengarang mengenai lingkungan hidup ini nampaknya akan menjadi embrio dari kurikulum lingkungan, yang sudah mulai didesakkan oleh mereka yang sadar akan kelestarian alam kita. Dalam sebuah diskusi mengenai lingkungan di Gelanggang Remaja Bulungan, seorang pembicara dari Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam Depareman Pertanian ada menyebutkan tentang "usaha untuk memasukkan masalah kelestarian lingkungan ke dalam kurikulum." Kabarnya kurikulum untuk menyadarkan murid tentang perlunya menjaga keseimbangan lingkungan itu akan diajarkan dalam sebuah proyek percobaan SLP atau SLA di Jakarta. "Usaha-usaha pendidikan lingkungan hidup saat ini merupakan satu dari sejumlah unsur penting dan mendesak, dalam rangka memerangi problema lingkungan dan lingkungan hidup sebagai bagian dalam proses pembangunan," urai Prof Santoso S. Hamijoyo, Ketua Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei yang bertepatan dengan hari lahir Ki Hajar Dewantara. Dari sekian banyak yang ditampilkan dalam pameran, yang agak menarik adalah yang ditampilkan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Ini diwakili Sekolah Menengah Teknologi Pertanian, Tangerang, dan menampilkan tanaman saga. Pohon yang berdiri di berbagai persilnpangan jalan dan tak kelihatan berguna itu, kecuali sebagai tempat berteduh, ternyata amat bermanfaat. Bijinya bisa diolah dan dimakan seperti tempe. Kandungan proteinnya cukup, 30 - 35%. "Rasanya agak langu tapi lama-lama juga itu 'kan hilang sendiri," kata seorang pelajar yang menunggu stand kebanggaannya. Jangan lupa, saga juga bisa dipakai sebagai bahan kosmetik. Yang doyan makan keripik, bisa juga membuat keripik dari saga. Yang suka mengusir ngantuk dengan kopi, juga bisa dapat kopi saga. Hankam Tahu Mapala UI tak salah lagi tentu memamerkan kebolehan mendaki gunung. Sebuah foto tentang peristiwa yang membanggakan mereka juga ikut dipamerkan. Foto itu menunjukkan bendera Mapala yang tegak di atas puncak salju abadi di jejeran Gunung Jayawijaya, Irian Jaya. Fakultas Biologi Universitas Hasanuddin menampilkan ekosistim alam. Mulai dari matahari sebagai sumber enerji yang diserap pohon. Pohon yang dimakan hewan. Hewan yang dimakan hewan buas. Hewan yang mati karena tua, dan zat-zat di tanah yang diserap kembali oleh akar tanaman. Sebuah kalimat keremajaan tertempel di bawahnya biarkan mereka lestari dengan segala keindahannya. Berbarengan dengan pameran di Gelanggang Mahasiswa Kuningan tersebut, di Gelanggang Remaja Jakarta Selatan ada pula diskusi tentang lingkungan hidup, juga dalam rangka Hari Pendidikan Nasional. Yang hadir remaja melulu tentunya. Dan pertanyaan-pertanyaan yang lahir di sana memang agak kocar-kacir, tapi tak apalah. Maklum masih muda. Di antara mereka ada yang mengajukan pertanyaan bagaimana kalau latihan militer dilokalisir saja di satu tempat yang kurang penduduknya, sehingga pengrusakan bisa terhindari. Para pembicara waktu itu sepakat menjawab: "Waduh, jangan sejauh itu dik. Kita percaya pihak Hankam sudah memperkirakan segala kemungkinan pencemaran. Jangan terlalu membuat sesuatu perkiraan yang mengerikan. Kita masih percaya pada Hankam dan kelihatannya mereka sudah tahu " ....

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus