SEBUAH pameran tentang lingkungan hidup telah dipersembahkan di
Gelanggang Mahasiswa Kuningan, Jakarta, memperingati Hari
Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei. Diselenggarakan
bergotong-royong oleh Departemen PK, Balai Pustaka, Pusat
Grafika, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Surabaya,
Akademi Perindustrian Yogyakarta, Universitas Trisakti, Mapala
UI, Mahasiswa Pencinta Alam Nasional. Lumayan semarak.
Menteri Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup, Emil Salim
datang menyampaikan sekapur sirih dan membukanya dengan resmi.
Ia kelihatan senang dengan kegiatan anak-anak muda tersebut.
"Kita hendak mewariskan kepada anak cucu kita suatu alam, suatu
lingkungan hidup yang berada dalam keadaan yang sama baiknya,
sama membantunya, seperti keadaan ketika kita menerimanya dahulu
dari nenek moyang kita." Yang ini adalah kata-kata Menteri P&K
Daoed Joesoef pada kesempatan lain. Dan nampaknya memang inilah
yang ingin dicapai pameran tersebut.
Kripik Saga
Para anak cucu memang datang membanjir. Berbondong-bondong itu
cucu-cucu sang menteri masuk bersama para guru mereka. Siangnya,
orang tua yang berminat banyak juga yang ambil kesempatan. Anak
sekolah SLI dan SLA, selain mendapat hiburan dan pendidikan ala
kadarnya di ruangan berkapasitas 2000 orang itu, dari sekolah
dapat tugas pula. Mereka diharuskan membuat karangan mengenai
apa yang mereka lihat dan fikirkan dari pameran. Tulisan
kemudian dikumpulkan dan dibicarakan di sekolah masing-masing.
Kewajiban mengarang mengenai lingkungan hidup ini nampaknya akan
menjadi embrio dari kurikulum lingkungan, yang sudah mulai
didesakkan oleh mereka yang sadar akan kelestarian alam kita.
Dalam sebuah diskusi mengenai lingkungan di Gelanggang Remaja
Bulungan, seorang pembicara dari Direktorat Perlindungan dan
Pengawetan Alam Depareman Pertanian ada menyebutkan tentang
"usaha untuk memasukkan masalah kelestarian lingkungan ke dalam
kurikulum."
Kabarnya kurikulum untuk menyadarkan murid tentang perlunya
menjaga keseimbangan lingkungan itu akan diajarkan dalam sebuah
proyek percobaan SLP atau SLA di Jakarta. "Usaha-usaha
pendidikan lingkungan hidup saat ini merupakan satu dari
sejumlah unsur penting dan mendesak, dalam rangka memerangi
problema lingkungan dan lingkungan hidup sebagai bagian dalam
proses pembangunan," urai Prof Santoso S. Hamijoyo, Ketua
Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei yang bertepatan
dengan hari lahir Ki Hajar Dewantara.
Dari sekian banyak yang ditampilkan dalam pameran, yang agak
menarik adalah yang ditampilkan Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan. Ini diwakili Sekolah Menengah Teknologi Pertanian,
Tangerang, dan menampilkan tanaman saga. Pohon yang berdiri di
berbagai persilnpangan jalan dan tak kelihatan berguna itu,
kecuali sebagai tempat berteduh, ternyata amat bermanfaat.
Bijinya bisa diolah dan dimakan seperti tempe. Kandungan
proteinnya cukup, 30 - 35%. "Rasanya agak langu tapi lama-lama
juga itu 'kan hilang sendiri," kata seorang pelajar yang
menunggu stand kebanggaannya.
Jangan lupa, saga juga bisa dipakai sebagai bahan kosmetik.
Yang doyan makan keripik, bisa juga membuat keripik dari saga.
Yang suka mengusir ngantuk dengan kopi, juga bisa dapat kopi
saga.
Hankam Tahu
Mapala UI tak salah lagi tentu memamerkan kebolehan mendaki
gunung. Sebuah foto tentang peristiwa yang membanggakan mereka
juga ikut dipamerkan. Foto itu menunjukkan bendera Mapala yang
tegak di atas puncak salju abadi di jejeran Gunung Jayawijaya,
Irian Jaya.
Fakultas Biologi Universitas Hasanuddin menampilkan ekosistim
alam. Mulai dari matahari sebagai sumber enerji yang diserap
pohon. Pohon yang dimakan hewan. Hewan yang dimakan hewan buas.
Hewan yang mati karena tua, dan zat-zat di tanah yang diserap
kembali oleh akar tanaman. Sebuah kalimat keremajaan tertempel
di bawahnya biarkan mereka lestari dengan segala keindahannya.
Berbarengan dengan pameran di Gelanggang Mahasiswa Kuningan
tersebut, di Gelanggang Remaja Jakarta Selatan ada pula diskusi
tentang lingkungan hidup, juga dalam rangka Hari Pendidikan
Nasional. Yang hadir remaja melulu tentunya. Dan
pertanyaan-pertanyaan yang lahir di sana memang agak
kocar-kacir, tapi tak apalah. Maklum masih muda.
Di antara mereka ada yang mengajukan pertanyaan bagaimana kalau
latihan militer dilokalisir saja di satu tempat yang kurang
penduduknya, sehingga pengrusakan bisa terhindari. Para
pembicara waktu itu sepakat menjawab: "Waduh, jangan sejauh itu
dik. Kita percaya pihak Hankam sudah memperkirakan segala
kemungkinan pencemaran. Jangan terlalu membuat sesuatu perkiraan
yang mengerikan. Kita masih percaya pada Hankam dan kelihatannya
mereka sudah tahu " ....
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini