Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Sebuah kelas tanpa tanda pangkat

Pendidikan calon taruna akabri, dimulai sejak 1978 memberi kesempatan pada calon taruna yang gagal dalam tes akademis, tapi berhasil baik dalam tes fisik dan mental. (pdk)

19 November 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI sebuah ruang kelas di kompleks Akademi Angkatan Bersenjata RI Bagian Darat, Magelang. Beberapa pemuda berseragam hijau mengikuti pelajaran matematika. Tak ada tanda pangkat di lengan baju mereka. Tak ada tanda lain yang menunjukkan mereka taruna Akabri. Juga, ketika Akabri Bagian Darat memperingati ulang tahunnya yang ke-26, Jumat pekan lalu, mereka pun tak muncul. Siapa mereka? Sudah empat kali ini, dimulai 1978, Akabri membuka kelas Bimbingan Calon Taruna. Ini bukan semacam bimbingan tes masuk perguruan tinggi yang beberapa waktu lalu dihebohkan, tentu. Kelas ini memberikan kesempatan calon taruna yang gaal dalan tes akademis, tapi berhasil baik dalam tes fisik dan mental, untuk memperdalam beberapa mata pelajaran yang diperlukan. Untuk kemudian, bisa ikut tes masuk Akabri tahun berikutnya. "Sayang kalau mereka dikembalikan begitu saja," kata Mayor Jenderal Untung Sridadi, gubernur Akabri Bagian Darat sejak Juni lalu. Dulu, ide itu dilaksanakan karena susahnya menjaring lulusan SMA yang bermutu masuk Akabri. Calon memang banyak, tapi yang berhasil melewati segala macam tes hampir selalu tak memenuhi target Hankam. Misalnya pada tahun 1978, yang diterima sebagai taruna Akabri hanya 215 orang, sementara target Hankam 400. Tahun berikutnya, Hankam menargetkan 900 taruna, yang lulus tes hanya 457. Oleh sebab itu, pendidikan pra-Akabri dibuka. Dan semula, 1978, dibuka untuk semua bagian (Darat, Udara, Laut, dan Kepolisian). Kemudian, dua tahun berikutnya, istirahat. Baru pada 1981 dibuka kembai, tapi khusus untuk Akabri Bagian Darat. Konon, kebutuhan calon perwira di dua angkatan yang lain dan kepolisian dianggap cukup. Calon perwira angkatan darat-lah yang dianggap kurang. Memang siswa pra-Akabri 99% lulus tes Akabri. Tahun ini, misalnya, dari 34 siswa Bimbingan Calon Taruna, cuma seorang yang gagal. "Metode pengajaran di pendidikan pra-Akabri memang baik," kata seorang bekas siswa dalam kelas itu. "Seandainya diterapkan di SMA, mutu lulusan SMA pasti bagus." Tapi tentu bukan semata faktor metode bila pendidikan 10 bulan pra-Akabari dianggap sukses. Di sini diasuh tak lebih dari 40 siswa, yang merupakan ranking tertinggi dari calon taruna yang gagal tes akademis. Bahkan tahun ini, hanya ditampung 22 siswa. Mereka semua diasramakan, mendapat pakaian seragam, sepatu, dan uang saku Rp 9 ribu per bulan. "Tapi tak sepenuhnya pelajaran sama dengan Kurikulum 1978," kata Untung Sridadi. Sebagai gantinya, diajarkan pengenalan militer. Misalnya, baris-berbaris, ilmu medan, dan olah raga militer. Pelajaran SMA yang diulang cuma yang bakal menjadi dasar kuliah di Akabri Antara lain fisika, kimia, matematika, sejarah, dan bahasa Inggris. Di Akabri-nya sendiri pun yang dari pra-Akabri termasuk ranking menengah ke atas. Dari tes-tes yang dilakukan Akabri Bagian Darat, diperoleh angka-angka yang menarik. Pada mulanya, pengetahuan matematika, fisika, kimia, dan bahasa Inggris siswa pra-Akabri berindeks 30 sampai 40. Setelah pendidikan, angka minimal adalah 60. Soalnya, disiplin di sini memang sudah mendekati pendidikan Akabri benar-benar. Misalnya, "Sulit membolos. Walau sakit, asal masih bisa menulis dan mendengarkan diharuskan tetap masuk," tutur seorang lepasan pendidikan pra-Akabri tahun 1981. Sebagai imbangan, para pengajar, yang juga dosen-dosen Akabri, "siap menerima kami setiap saat, asal untuk konsultasi pelajaran." Lalu, bagaimana nanti bila kurikulum Akabri diubah? Ada gagasan untuk mengurangi mata kuliah nonmiliter. "Pelajaran sosial hanya akan diberikan yang pokok saja," tutur Untung Sridadi, gubernur Akabri Darat yang ke-12. Juga, mata kuliah hukum akan dibatasi, hanya yang berkaitan dengan disiplin militer. Untuk mengikuti perkembangan persenjataan yang baru, yang biasanya memakai komputer, mata kuliah komputer sejak beberapa waktu lalu sudah ditambahkan. "Pada dasarnya pertahanan kita bergantung pada sumber alam dan kekuatan dasar rakyat Indonesia, tapi kalau bisa juga menggunakan peralatan modern," kata jenderal berbintang dua ini. Rencana perubahan itu memang untuk meningkatkan kemampuan para perwira lulusan Akabri. "Kemampuan di bidang masing-masing akan ditingkatkan," kata Untung Sridadi pula. Dicontohkannya, yang menguasai meriam, ya, harus tahu persis seluk-beluk senjata penggempur itu. Dari soal kapan meriam efektif digunakan sampai pengetahuan meriam model zaman sekarang. Dari segi fisik dan mental, pembinaan pun akan ditingkatkan. Bagi kurikulum dan para siswa pra-Akabri, mungkin perubahan itu tak berarti banyak. Sebab, mereka sejak awal sudah mendapat pengenalan militer. Buktinya, ketika mereka sudah menjadi taruna dan mengikuti pendidikan candradimuka - latihan fisik kemiliteran yang terkenal berat itu mereka menonjol dibanding taruna yang langsung diterima dari SMA. "Kami dinilai menonjol dalam sikap kepemimpinan dan sikap kemiliteran," tutur seorang taruna yang dulu ikut kelas Bimbingan Calon Taruna Akabri Bagian Darat. Masalahnya sekarang, masih perlu dihitung klopkah biaya yang dikeluarkan untuk membuka kelas pra-Akabri dengan hasilnya. Angkatan pertama siswa pra-Akabri kini masih duduk di tingkat akhir, belum lulus, sehingga belum bisa dinilai sepak terjangnya sebagai perwira.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus