Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Sejarah dan Legenda Kabupaten Banyuwangi yang Masuki Usia 253 Tahun

Lahirnya Kabupaten Banyuwangi tidak dapat dipisahkan dari sejarah panjang Blambangan, kerajaan terakhir di tanah Jawa.

19 Desember 2024 | 00.24 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kemarin, Rabu 18 Desember 2024 Kabupaten Banyuwangi memasuki usia yang ke 253 tahun. Lahirnya Kabupaten Banyuwangi tidak dapat dipisahkan dari sejarah panjang Blambangan, kerajaan terakhir di Jawa yang mempertahankan tradisi dan identitasnya melawan dominasi kolonial.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kota ini terletak di ujung timur Pulau Jawa memiliki luas wilayah sekitar 5.782,50 kilometer persegi. Kabupaten ini berbatasan dengan Selat Bali di timur, Kabupaten Situbondo di utara, Kabupaten Bondowoso di barat, dan Samudra Hindia di selatan. Selain keindahan alamnya, Banyuwangi juga menyimpan cerita sejarah dan legenda yang menarik untuk disimak.

Sejarah Berdirinya Banyuwangi

Berdasarkan data sejarah yang dirujuk dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, banyuwangikab.go.id, tanggal 18 Desember 1771 ditetapkan sebagai Hari Jadi Banyuwangi (Harjaba). Penetapan ini mengacu pada salah satu peristiwa paling heroik dalam sejarah Blambangan, yakni Perang Puputan Bayu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam pertempuran tersebut, pejuang Blambangan di bawah pimpinan Pangeran Puger dan Wong Agung Wilis berjuang mempertahankan wilayahnya dari serangan VOC. Walaupun Pangeran Puger gugur dan Wong Agung Wilis ditangkap serta diasingkan ke Pulau Banda, semangat patriotik rakyat Blambangan menjadi warisan sejarah penting.

Banyuwangi memiliki kaitan erat dengan masa kejayaan Kerajaan Blambangan yang dipimpin Pangeran Tawang Alun (1655-1691) dan Pangeran Danuningrat (1736-1763). Hingga pertengahan abad ke-18, VOC belum memperhatikan Blambangan meskipun wilayah Jawa Timur, termasuk Blambangan, telah diserahkan kepada mereka oleh Pakubuwono II pada tahun 1743.

Baru setelah Inggris mendirikan kantor dagangnya di Banyuwangi pada 1766, VOC bergerak merebut wilayah ini. Perang yang berlangsung hingga 1772 berakhir dengan kekalahan Blambangan dan pengangkatan R. Wiroguno I sebagai bupati pertama Banyuwangi.

Legenda Asal-Usul Nama Banyuwangi

Legenda rakyat yang populer menceritakan asal-usul nama Kabupaten Banyuwangi berasal dari kisah tragis Sri Tanjung dan Patih Sidopekso. Dikutip dari laman Good News From Indonesia, Sri Tanjung, istri Patih Sidopekso, difitnah oleh Raja Prabu Sulahkromo yang tergila-gila padanya. Karena termakan hasutan sang raja, Patih Sidopekso menuduh istrinya berselingkuh.

Sebelum dibunuh oleh suaminya, Sri Tanjung meminta agar jasadnya diceburkan ke sungai keruh. Ia berkata, jika air sungai menjadi harum, maka dirinya tak bersalah. Setelah kematiannya, air sungai yang keruh itu berubah menjadi jernih dan beraroma wangi. Dari peristiwa inilah nama “Banyuwangi” yang berarti “air wangi” muncul.

Banyuwangikab.go.id | Good News For Indonesia
Pilihan editor: Bupati Banyuwangi Raih Penghargaan Pembangunan Daerah Terbaik

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus