Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Sepucuk Pistol di Rumah Bambu

Belasan orang telah dinyatakan sebagai tersangka pelindung Noordin M. Top. Polisi semakin mendekati posisi buron.

27 Februari 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pagi selepas subuh, sejumlah polisi tiba-tiba menyelusup di Desa Bulurejo, Kecamatan Gondang-rejo, Karanganyar, Jawa Tengah. Sasarannya adalah rumah sederhana berdinding bambu yang berada di Dusun Grumbulrejo. Di sana tinggal keluarga Suparmi bersama Joko Wibowo, anak angkatnya.

Penyergapan pada pertengahan Ja-nua-ri lalu itu dilakukan oleh Detasemen 88 dari Markas Besar Kepolisian RI. Kejadiannya amat cepat dan tanpa per-lawan-an yang berarti. Joko Wibowo alias Abu Sayaf, 25 tahun, kemudian di-naikkan ke mobil Toyota Kijang dan di-bawa ke sebuah tempat di Semarang.

Ibunya, Suparmi, sempat ketakutan keti-ka rumahnya dikepung polisi. Dia tak bi-sa berbuat apa-apa ketika anaknya ditangkap. ”Saya tidak mengerti me-nga-pa anak saya ditangkap. Salah apa dia?” ka-tanya. Begitu pula Muroati, istri Jo-ko, yang waktu itu sedang menyusui anak-nya. Dia hanya bisa menangis melihat kepergian suaminya.

Tapi polisi bukan asal tangkap. Anggota Majelis Mujahidin Indonesia Cabang Surakarta itu ditangkap karena ditu-duh terlibat kegiatan terorisme di ba-wah pimpinan Noordin M. Top, yang se-karang masih buron. Polisi juga mene-mukan sepucuk pistol revolver merek Smith & Wesson beserta 30 biji peluru yang ditemukan di rumah Joko. ”Senja-ta itu pernah dipakai Wawan untuk me-rampok sebuah toko handphone di Pe-kalongan,” kata Wakil Kepala Divisi Hu-mas Kepolisian RI, Brigjen Pol. Anton Bach-rul Alam, pekan lalu.

Wawan—nama lengkapnya Wawan Su-prihatin—adalah seorang tukang kaca hias yang tinggal di Jalan Widuri III, Su-mur-adem, Bangetayu Kulon, Semarang. Ia ditangkap pada hari yang sama karena diduga terlibat terorisme. Menurut Anton Bachrul Alam, Wawan inilah yang meminjam pistol milik Joko melalui Subur Sugianto, penduduk Kompleks Perumahan Kaliwungu Blok C7, Semarang. Senjata ini juga pernah digunakan kawannya, Ardi Wibowo, untuk merampok uang di sebuah bank. Ardi sekarang juga sudah ditangkap.

Sang pemilik senjata, Subur Sugiarto alias Abu Mujahid, 32 tahun, ditangkap dua hari sebelum Joko ditangkap. Lelaki yang diduga menjadi tangan ka-nan Noordin M. Top ini diciduk di terminal Kartasura ketika akan naik bus Rosalia Indah jurusan Solo-Jakarta. Saat diperiksa, Subur mengaku berasal dari Karawang, Jawa Barat. Namun, setelah didesak, akhirnya ia mengaku sebagai warga Kaliwungu, Semarang.

Ketika ditangkap, Subur membawa dua tiket bus. Salah satu tiket itu, menurut Subur, untuk temannya bernama Kentit, yang diduga polisi sebagai nama samaran Noordin M. Top. Tapi polisi sa-at itu hanya bisa menangkap Subur karena Kentit keburu menghilang dari ter-minal Kartasura. Sumber di kepolisi-an menyebutkan, Subur, yang juga punya alamat di Kertasari, Rengasdengklok, Karawang, juga bertindak sebagai perekrut anggota teroris baru sekaligus pelindung Noordin M. Top.

Dengan tertangkapnya Joko Wibowo, Wawan Suprihatin, dan Subur Sugianto, polisi menyimpulkan jaringan Noordin M. Top di Jawa Tengah sangat luas. Setidaknya, sejak tertembaknya Dr Azahari di Batu, Jawa Timur, November lalu, dari wilayah ini polisi telah menangkap belasan tersangka yang diduga terlibat peledak-an bom Bali II dan pernah menyembunyi-kan Dr Azahari dan Noordin M. Top.

Empat tersangka telah dijaring pada November tahun lalu, yakni M. Kholili, Anif Solchanudin, Abdul Aziz, dan Dwi Widiarto. Mereka kini ditahan di Kepolisian Daerah Bali. Menurut Anton, Kholili dan Anif Solchanudin ikut berpe-ran menyembunyikan Doktor Azahari dan Noordin M. Top, sekaligus ikut merakit bom dalam persembunyiannya di Jalan Flamboyan, Batu, Jawa Timur. Ada-pun Abdul Aziz terlibat membuat web-site tentang jihad dari kelompok me-reka. Sedangkan Dwi Widiarto alias Wi-wid berperan membuat rekaman pernya-taan jihad Noordin M. Top dengan handy-cam, Oktober tahun lalu.

Para tersangka lainnya kini ditahan di Polda Jawa Tengah. Mereka adalah Jo-ko Wibowo, Wawan Suprihatin, Subur Su-gianto, Aditya Triyoga, Suryo, Ardi Wi-bowo, Ahmad Sujak, Joko Suroso, Sri Puji Mulyo Susanto, dan Hari Setya Rah-madi alias Jay. Orang-orang ini diduga ber-peran menyembunyikan Noordin M. Top, pemimpin Qudatul Jihad se-Asia Tenggara yang semula memakai nama Ja-maah Islamiyah.

Polisi memang punya alasan meng-ubek-ubek jaringan teroris di Jawa Te-ngah. Sebab, Noordin M. Top ditengarai- masih bersembunyi di wilayah ini. Pa-da November sampai Januari lalu, buron yang pernah mengawini Mun-fiatun di Pasuruan itu sempat bersembunyi di Kedu, Temanggung, Wonosobo, dan Magelang. Sebelumnya, dia kerap me-nye-li-nap di wilayah Jawa Barat dan Ja-wa Timur.

Akankah dalam waktu dekat polisi ber-hasil meringkus Noordin? Kapolda Ja-wa Tengah, Irjen Pol. Dodi Sumantyaman H.S., tak bisa memastikannya. Tapi ia mengaku polisi semakin mendekati posisi Noordin. Menurut Anton Bachrul Alam, Noordin belum tertangkap karena masih ada pengikut yang menyembu-nyikannya. ”Mudah-mudahan, dalam waktu tidak lama lagi tertangkap,” ujar Anton.

Zed Abidien, Anas Syahirul (Solo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus