Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Setelah Jari-jemari Menghitam

27 Februari 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebulan setelah Joko Wibowo alias Abu Sayaf ditangkap, aksi protes dilancarkan oleh Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Surakarta. Organisasi ini menduga Joko diperiksa dengan menggunakan kekerasan. ”Perlakuan polisi terhadap para tersangka kurang manusiawi. Polisi- masih tidak profesional,” kata Fauzan al-Anshari dari Majelis Mujahidin, pekan lalu.

Menurut Fauzan, saat ditangkap Joko Wibowo dalam keadaan segar-bugar. Tapi, ketika ia bersama kawan-kawannya dari MMI Surakarta menjenguk tersangka dua pekan lalu, kondisi Jo-ko amat memprihatinkan. Tubuhnya kurus dan wajahnya pucat. Jari-je-mari tangan dan kakinya terlihat meng-hitam. Di bagian dalam kuku-kukunya terdapat darah yang telah me-ngering. Selain itu, di bagian kaki dan badan Joko terlihat bekas luka sa-yatan.

Kurniawan, Koordinator Bidang Ad-vo-kasi MMI Surakarta, mengung-kapkan, setelah ditangkap, Joko tidak langsung dibawa ke Polda Jawa Te-ngah. Dia dibawa dulu ke Vila Na-ta-lia di Bandungan, Ambarawa, Se-ma-rang. Di tempat ini Joko mengaku di-se-kap dan dianiaya selama tiga ha-ri oleh tiga orang dari detasemen khu-sus antiteror. Dengan mata ditutup, ka-ki dan tangannya dipukuli dengan ka-yu serta ia disundut rokok dan dise-trum.

Pertemuan rombongan MMI dengan Joko hanya berlangsung kurang-le-bih 10 menit. Dari pengakuan tersangka, organisasi ini me-nyimpulkan pemeriksaan terhadap Joko dilakukan de-ngan cara yang tidak pantas. ”Setelah tujuh hari ditangkap, dia juga baru ditetapkan sebagai tersangka,” kata Kurniawan.

Menurut informasi yang didapat Kurniawan, Joko dituduh sebagai anggota komplotan Noordin M. Top dengan peran sebagai penyandang dana kegiatan terorisme. Polisi juga menyebut Joko menyimpan senjata api yang digunakan untuk aksi kejahatan tersangka lain. Bagi Kurniawan, tuduhan ini berlebihan karena sehari-hari Joko ha-nya bekerja menjual mainan anak-anak secara berkeliling dengan sepeda. ”Masa, orang kayak gitu disebut penyandang dana. Makan saja susah,” katanya.

Sejak Agustus lalu Joko memang masuk sebagai anggota Laskar Mujahidin. Dia juga aktif mengikuti kegiatan MMI, baik pengajian maupun demonstrasi. Selama ini Joko memang punya senjata api yang diperolehnya dari Ambon setelah ia pergi ke sana selama setahun. ”Tapi polisi tidak memberikan surat penyitaan senjata milik Joko,” ujar Kurniawan.

Soal keterlibatan Joko dengan jaringan Noordin M. Top, Kurniawan mengatakan tidak tahu secara persis. Joko memang mengaku pernah bertemu dengan Noordin. Namun, sedekat apa hubungannya dengan Noordin, Joko tidak banyak menjelaskan.

Kini Joko didampingi Arif Widodo, pengacara dari Tim Pembela Muslim. Tersangka telah melaporkan tiga petugas yang menyiksa-nya ke Divisi Profesi dan Pengamanan Polda Jawa Tengah. ”Polisi sekarang- sedang menelusuri kebenaran berita tersebut,” kata Brigjen Pol. Anton Bachrul Alam, Wakil Kepala Divisi Humas Mabes Polri.

ZA, Imron Rosyid (Solo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus