Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MAKASSAR - Banjir melanda sebagian wilayah Sulawesi Selatan, kemarin. Setidaknya sembilan dari 24 kabupaten dan kota di provinsi ini terendam air dengan ketinggian 50-200 sentimeter. Akibatnya, ribuan orang terpaksa mengungsi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Daerah yang terparah terkena dampak banjir adalah Kabupaten Gowa, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Maros, dan Kota Makassar," ujar Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman, kemarin. Selain itu, banjir merendam Kabupaten Soppeng, Kabupaten Barru, Kabupaten Wajo, Kabupaten Bantaeng, dan Kabupaten Pangkep.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hingga kemarin malam, sepuluh orang dilaporkan meninggal. Mereka terdiri atas tujuh korban dari Kabupaten Gowa, dua korban dari Kabupaten Jeneponto, dan satu korban dari Kabupaten Pangkep. Terdapat juga empat orang yang dilaporkan hilang, tiga orang di Jeneponto dan satu lainnya di Pangkep. Sedangkan korban luka tercatat 45 orang.
Sedikitnya 4.521 orang terpaksa mengungsi karena rumah mereka rusak atau terendam akibat banjir. Diperkirakan jumlah pengungsi masih mungkin bertambah jika air tidak segera surut.
Andi mengatakan curah air hujan tidak bisa ditampung oleh sungai dan bendungan. Bahkan di Gowa, pintu air bendungan terpaksa dibuka. "Hujan besar di hulu yang membuat pintu air di Bendungan Bili-bili, Gowa, harus dibuka. Jadi masyarakat di hilir terkena dampak, airnya tersebar ke mana-mana," tutur Andi Sudirman.
Pintu air Bendungan Bili-bili mesti dibuka untuk menghindari risiko air bah yang lebih besar. Pihaknya saat ini masih terus berkoordinasi dengan Balai Pompengan untuk memantau elevasi air yang mulai menurun. "Menurut laporan Balai Pompengan, ini pertama kali air tinggi sejak bendungan itu dibangun," ucap dia.
Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan membentuk tiga tim untuk melakukan evakuasi terhadap warga yang terkena banjir dan tanah longsor. Tim tersebut didampingi relawan dan Basarnas. Selain itu, didirikan pos penampungan dan pengiriman bantuan kepada korban. "Kami juga kumpulkan dana partisipasi dari dinas-dinas," tutur Adnan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan pihaknya masih mendata jumlah korban dan tempat tinggal serta fasilitas yang terkena dampak banjir. Menurut dia, perlengkapan yang dibutuhkan saat ini adalah perahu karet dan makanan.
"Korban hilang masih dilakukan pencarian. Kondisi hujan yang masih berlangsung dan luasnya wilayah yang terkena banjir cukup menyulitkan dalam penanganan," ujarnya melalui pesan elektronik, kemarin. Dia juga mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi banjir dan tanah longsor. DIDIT HARIYADI | REZKI ALVIONITASARI
Merendam Sembilan Kabupaten dan Kota
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo