SEBAGAI pulau yang kaya protein, Rote (TT) tak perlu malu punya
rumah sakit pembantu yang jarang dikunjungi pasen. Hingga RS
Pembantu di Ba-a itu setahun rata-rata cuma melayani 100
orang.pasen (yang diopname). Seorang dokter (satu-satunya dokter
untuk 76.000 orang) yang ditempatkan di sana sejak 1972, tak
perlu kewalahan merawat orang-orang yang mengisi lowongan
ranjangnya. Meski ia cukup repot melayani rata-rata 900 warga
Rote setahun yang mendatangi polikliniknya karena mengidap
malaria, cacat atau frambusia.
Namun tak jelas, apakah warga Rote yang nyaris jarang berobat ke
rumah sakit itu, karena tak berpenyakitan atau belum keranjingan
berobat ke dokter. Boleh jadi memang orang Rote bukan warga yang
berpenyakitan. lni agaknya ada hubungannya dengan kebiasaan
mereka (terutama para petani) meneguk nira setelah mengunyah
beberapa kerat daging, ikan, kerang dan sepiring sayur. Hingga
nasi, jagung, ubi, roti, sukun, merupakan makanan nomor dua. Dan
pohon lontar (Borassus flabellifer L.) benar-benar pohon
kehidupan orang rote. Sedang padi cuma disimpan di lumbung buat
sewaktu-waktu bila ada pesta adat atau dijual ke kota Kupang.
6 Bulan Kering
Sebagai pohon yang memberi kehidupan, lontar tampak menonjol di
segala aspek kehidupan orang Rote. Mulai dari membuat atap
rumah, tikar, lumbung, alat penyimpan air, topi dan lainnya:
semua dari daun lontar. Sedang pelepahnya dipakai buat pagar
kebun dan batangnya untuk tiang dan kerangka rumah. Hingga tak
aneh ada yang menilai orang Rote hidup dalam kebudayaan lontar.
Bertani, beternak dan berdagang berpangkal tolak dari lontar.
Berton-ton gula lontar dan berdrum-drum alkohol hasil sulingan
dari nira lontar merupakan komoditi Rote utama yang dibawa ke
Kupang. Dengan begitu orang Rote yang biasa hidup di alam sabana
dengan musim kering selama 6 bulan dan curah hujan amat sedilt,
tampak lebih unggul ketimbang suku-suku lain di Nusatenggara
yang cuma hidup dari padi atau jagung. Lantas berapa banyak
pohon lontar di sana? Tak ada yang tahu. Sebab pohon jenis ini
tumbuh di mana saja. Tak memerlukan pemeliharaan dan sistim
menanam tertentu.
Tak berarti tak ada fikiran Departemen Pertanian merobah
kebiasaan seperti itu. Tanah sawah seluas 7 Ha dan 250 Ha tanah
gogorancah dijadikan pilot proyek peningkatan bersawah di sana.
Siapa tahu pulau yang sudah 2 bandar udara (Lekunik dan
Penao'en) yang selalu ramai tiap hari oleh penerbangan tetap
atau carteran ke Kupang dengan pesawat Twin Otter itu, makin
bertambah lengkap ragam kehidupannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini