Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Serba lontar

Pulau rote (ntt) menghasilkan banyak lontar, hingga pohon itu dianggap pohon kehidupan. komoditi gula dan alkohol dari nira dikirim ke kupang. bertani beternak, berdagang, berpangkal dari lontar.

24 Juli 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBAGAI pulau yang kaya protein, Rote (TT) tak perlu malu punya rumah sakit pembantu yang jarang dikunjungi pasen. Hingga RS Pembantu di Ba-a itu setahun rata-rata cuma melayani 100 orang.pasen (yang diopname). Seorang dokter (satu-satunya dokter untuk 76.000 orang) yang ditempatkan di sana sejak 1972, tak perlu kewalahan merawat orang-orang yang mengisi lowongan ranjangnya. Meski ia cukup repot melayani rata-rata 900 warga Rote setahun yang mendatangi polikliniknya karena mengidap malaria, cacat atau frambusia. Namun tak jelas, apakah warga Rote yang nyaris jarang berobat ke rumah sakit itu, karena tak berpenyakitan atau belum keranjingan berobat ke dokter. Boleh jadi memang orang Rote bukan warga yang berpenyakitan. lni agaknya ada hubungannya dengan kebiasaan mereka (terutama para petani) meneguk nira setelah mengunyah beberapa kerat daging, ikan, kerang dan sepiring sayur. Hingga nasi, jagung, ubi, roti, sukun, merupakan makanan nomor dua. Dan pohon lontar (Borassus flabellifer L.) benar-benar pohon kehidupan orang rote. Sedang padi cuma disimpan di lumbung buat sewaktu-waktu bila ada pesta adat atau dijual ke kota Kupang. 6 Bulan Kering Sebagai pohon yang memberi kehidupan, lontar tampak menonjol di segala aspek kehidupan orang Rote. Mulai dari membuat atap rumah, tikar, lumbung, alat penyimpan air, topi dan lainnya: semua dari daun lontar. Sedang pelepahnya dipakai buat pagar kebun dan batangnya untuk tiang dan kerangka rumah. Hingga tak aneh ada yang menilai orang Rote hidup dalam kebudayaan lontar. Bertani, beternak dan berdagang berpangkal tolak dari lontar. Berton-ton gula lontar dan berdrum-drum alkohol hasil sulingan dari nira lontar merupakan komoditi Rote utama yang dibawa ke Kupang. Dengan begitu orang Rote yang biasa hidup di alam sabana dengan musim kering selama 6 bulan dan curah hujan amat sedilt, tampak lebih unggul ketimbang suku-suku lain di Nusatenggara yang cuma hidup dari padi atau jagung. Lantas berapa banyak pohon lontar di sana? Tak ada yang tahu. Sebab pohon jenis ini tumbuh di mana saja. Tak memerlukan pemeliharaan dan sistim menanam tertentu. Tak berarti tak ada fikiran Departemen Pertanian merobah kebiasaan seperti itu. Tanah sawah seluas 7 Ha dan 250 Ha tanah gogorancah dijadikan pilot proyek peningkatan bersawah di sana. Siapa tahu pulau yang sudah 2 bandar udara (Lekunik dan Penao'en) yang selalu ramai tiap hari oleh penerbangan tetap atau carteran ke Kupang dengan pesawat Twin Otter itu, makin bertambah lengkap ragam kehidupannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus