SUASANA Natal masih menyelimuti Desa Seruawan, Kecamatan Kairatu, Maluku Tengah. Seperti halnya Lebaran di Jawa, hari itu penduduk pun tengah sibuk menerima tamu yang datang berkunjung. Tapi, di siang bolong itu, tiba-tiba muncul 700 tamu dari desa tetangga, Kamariang. Mereka memang bukan tamu yang datang untuk silaturahmi. Mereka datang dengan parang, tombak, dan panah ikan. Serbuan tamu itu kontan mendapat perlawanan sengit dari tuan rumah. Akibatnya, seorang penduduk Seruawan tewas dalam perkelahian dua desa itu, dan sembilan orang lagi luka berat. Serangan dari Kamariang juga menyebabkan rusaknya 47 rumah penduduk Seruawan, dan 35 rumah lainnya dibakar habis. Sebuah gereja dan dua buah rumah dinas guru pun tak luput dari sasaran. Rupanya, penyerang juga tak puas hanya membakar dan merusak. Mereka juga mengambil barang-barang berharga milik penduduk Seruawan yang kabur begitu saja ketika diserang. Menurut Kepala Desa Seruawan, Samuel Pentury, ketika peristiwa itu terjadi, ia melihat masyarakat berlarian menuju kota kecamatan untuk menyelamatkan diri. Wanita dan pria berusia lanjut bersembunyi di dalam gereja. Upaya pendeta untuk meredakan amarah dan melindungi jemaatnya tidak digubris. Malah seorang pendeta wanita sempat mendapat ancaman. "Seseorang meletakkan parang di leher saya sambil memerintahkan warga yang bersembunyi di gereja agar keluar," kata Pendeta Ny. H. Suratratan kepada Mochtar Touwe dari TEMPO. Pemicu perang antarkampung itu boleh dibilang sepele. Dua pelajar SMA dan SMP dari Seruawan terlibat perkelahian dengan sekelompok pemuda Kamariang yang sedang mabuk. Perkelahian yang terjadi di Desa Seruawan itu mendorong Yonias Pentury, 50 tahun, turun tangan untuk melerainya. Sial, "juru lerai" justru kena jotos. Ini yang kemudian membangkitkan amarah tiga anak Yonias untuk turun ke gelanggang, menghajar balik pihak pemuda mabuk dari Kamariang tadi. "Juru lerai" berikutnya adalah Kepala Desa Seruawan, Samuel Pentury, yang juga tak luput dari jotosan. Kemudian turun lagi Daud Putirulan, penduduk Kamariang. Yang terakhir ini pun tak luput dari amukan pihak yang berkelahi. Rupanya, perkelahian tak berhenti di gelanggang antara anak sekolah dan pemuda mabuk. Suasana mendidih ketika seorang pemuda lari ke Kamariang dan mengabarkan bahwa Daud Putirulan tewas dikeroyok orang Seruawan. Ini yang membangkitkan amarah ratusan penduduk Kamariang untuk menyerbu Desa Seruawan. Mereka mengobrak-abrik isi desa, membakar, dan merusak rumah. Kerugian ditaksir Rp 200 juta. Gara-gara perkelahian dua desa itu, kini 28 orang tersangka perusuh ditahan. Sayang, mereka tak boleh ditemui. Pelaku utama kerusuhan belum semua ditangkap. Baik penduduk Kamariang maupun Seruawan pada kabur ke hutan, menyeberang ke pulau lain, atau bersembunyi. Sekarang tinggal aparat kecamatan sibuk membenahi dan mendamaikan. "Kini kami telah mengambil langkah-langkah pembinaan untuk mencegah terulangnya peristiwa itu, " kata Camat Kairatu, U. Rada. Upaya mendamaikan tampaknya cukup sulit. Apalagi mereka sering berselisih karena soal perbatasan desa. "Mestinya, di perbatasan yang kosong itu dibangun saja kantor keamanan," usul seorang penduduk. G. Sugrahetty Dyan K. (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini