Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Masih kritis

Penduduk wilayah lombok selatan yang sering kelaparan karena panen yang gagal, berurbanisasi kewilayah lombok barat. depsos mengupayakan transmigrasi ke sulawesi selatan, tengah dan maluku.

8 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PULAU Lombok yang berareal 5179 km2 menampung jumlah penduduk sebanyak (sensus tahun 1971 ) 1.703.931 jiwa. Ia termasuk daerah terpadat setelah Jawa & Bali. Mayoritas pendudukya memeluk agama Islam.Sebagian besar bermata pencaharian pokok sebagai petani. Di pulau Lombok ini terdapat sebanyak 35.059 hektar tanah kering (sawah tadah hujan), yang berlokasi di 9 kecamatan dalam wilayah kabupaten Lombok Tengah & Timur bagian selatan. Daerah kritis ini dikenal dengan sebutan Lombok Selatan. Di bilangan wilayah Lombok Selatan ini sangat jarang turun hujan. Sehingga panen sering gagal. Dan akibatnya timbullah kelaparan. Akibat dari kelaparan ini. banyak penduduk yang berbondong-bondong turun ke Lombok Barat mencari makan. Urbanisasi pun terjadilah. Di Lombok Barat ini mereka numplek di kota-kota seperti Cakranegara - Mataram Ampenan--kota-kota ini jaraknya sangat berdekatan satu dengan lainnya. Itu terjadi sejak lama. Dan buat mereka yang gagal mengadu nasib di kota (dan mungkin malu mudik ke desa), terpaksa jadi gelandangan atau WTS. Di kantor Departemen Sosial Kabupaten-Lombok Barat, saat ini tercatat sebanyak 193 orang Tuna Wisma yang tersebar seputar Cakranegara - Mataram - Ampenan. Para petugas di sana (tri tunggal, dinas kesehatan dan kantor Sosial) sudah terlalu sering melakukan semacam razia. Mereka dijaring di malam hari, untuk kemudian dipulangkan ke desa asal mereka. Transmigrasi Tapi hasilnya, sia-sia saja. Mereka tampaknya seperti lalat-lalat. Beberapa hari setelah dipulangkan, mereka kembali lagi ke kota, bahkan dalam jumlah yang lebih besar. Ini tentu saja membuat paa petugas di sana jadi seperti menemui jalan buntu. Sehingga M. Husni SH kepala Depsos kabupaten Lombok Barat itu mencari jalan keluarnya lewat transmigrasi. Transmigrasi di NTB sudah dilaksanakan. Baik transmigrasi umum, lokal maupun spontan. Transmigrasi umum sejak tahun 1973: ke Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Maluku (pulau Seram) Sampai saat ini, tercatat sebanyak 876 Kepala Keluarga yang ditransmigrasikan: 700 KK ke Sulawesi Selatan, 76 KK ke Sulawesi Tengah, dan 100 KK ke Maluku (pulau Seram). Menurut Soeyatno Tirtowiyoto B.Sc, Kepala Bidang Pembinaan Program Kantor Wilayah Ditjen Transmigrasi NTB, yang gagal ada berjumlab lebih kurang 30 KK. Mereka ini, di samping terpaksa balik kembali ke Lombok, banyak juga yang lari ke kota-kota sekitarnya, mencari lapangan kerja lain seperti jadi tukang beca dan lain sebagainya. "Yang gagal itu jelas adalah mereka yang tak punya ketrampilan di bidang pertanian" kata Soeyatno Tirtowiyoto kepada TEMPO.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus