PULAU Lombok yang berareal 5179 km2 menampung jumlah penduduk
sebanyak (sensus tahun 1971 ) 1.703.931 jiwa. Ia termasuk daerah
terpadat setelah Jawa & Bali. Mayoritas pendudukya memeluk
agama Islam.Sebagian besar bermata pencaharian pokok sebagai
petani. Di pulau Lombok ini terdapat sebanyak 35.059 hektar
tanah kering (sawah tadah hujan), yang berlokasi di 9 kecamatan
dalam wilayah kabupaten Lombok Tengah & Timur bagian selatan.
Daerah kritis ini dikenal dengan sebutan Lombok Selatan. Di
bilangan wilayah Lombok Selatan ini sangat jarang turun hujan.
Sehingga panen sering gagal. Dan akibatnya timbullah kelaparan.
Akibat dari kelaparan ini. banyak penduduk yang
berbondong-bondong turun ke Lombok Barat mencari makan.
Urbanisasi pun terjadilah. Di Lombok Barat ini mereka numplek di
kota-kota seperti Cakranegara - Mataram Ampenan--kota-kota ini
jaraknya sangat berdekatan satu dengan lainnya. Itu terjadi
sejak lama. Dan buat mereka yang gagal mengadu nasib di kota
(dan mungkin malu mudik ke desa), terpaksa jadi gelandangan atau
WTS. Di kantor Departemen Sosial Kabupaten-Lombok Barat, saat
ini tercatat sebanyak 193 orang Tuna Wisma yang tersebar seputar
Cakranegara - Mataram - Ampenan. Para petugas di sana (tri
tunggal, dinas kesehatan dan kantor Sosial) sudah terlalu
sering melakukan semacam razia. Mereka dijaring di malam hari,
untuk kemudian dipulangkan ke desa asal mereka.
Transmigrasi
Tapi hasilnya, sia-sia saja. Mereka tampaknya seperti
lalat-lalat. Beberapa hari setelah dipulangkan, mereka kembali
lagi ke kota, bahkan dalam jumlah yang lebih besar. Ini tentu
saja membuat paa petugas di sana jadi seperti menemui jalan
buntu. Sehingga M. Husni SH kepala Depsos kabupaten Lombok Barat
itu mencari jalan keluarnya lewat transmigrasi.
Transmigrasi di NTB sudah dilaksanakan. Baik transmigrasi umum,
lokal maupun spontan. Transmigrasi umum sejak tahun 1973: ke
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Maluku (pulau Seram)
Sampai saat ini, tercatat sebanyak 876 Kepala Keluarga yang
ditransmigrasikan: 700 KK ke Sulawesi Selatan, 76 KK ke Sulawesi
Tengah, dan 100 KK ke Maluku (pulau Seram). Menurut Soeyatno
Tirtowiyoto B.Sc, Kepala Bidang Pembinaan Program Kantor Wilayah
Ditjen Transmigrasi NTB, yang gagal ada berjumlab lebih kurang
30 KK. Mereka ini, di samping terpaksa balik kembali ke Lombok,
banyak juga yang lari ke kota-kota sekitarnya, mencari lapangan
kerja lain seperti jadi tukang beca dan lain sebagainya. "Yang
gagal itu jelas adalah mereka yang tak punya ketrampilan di
bidang pertanian" kata Soeyatno Tirtowiyoto kepada TEMPO.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini