Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, YOGYAKARTA - Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta memberlakukan status Siaga 1 menyusul teror bom Surabaya Ahad 13 Mei 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Status Siaga 1 ini untuk meningkatkan pengamanan di tempat ibadah juga untuk mengefektifkan patroli gabungan antisipasi teror," ujar juru bicara Kepolisian DIY Ajun Komisaris Besar Polisi Yulianto Minggu 13 Mei 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Yuli menuturkan pasca bom Surabaya, jajaran Polda DIY akan menjaga ketat area area perbatasan khususnya Jawa Tengah. Pengetatan itu dilakukan dalam bentuk patroli gabungan bersama jajaran TNI.
"Seluruh jajaran turun baik Polda maupun Polres di kabupaten kota DIY melakukan pengamanan," ujar Yuli.
Pasca bom di tiga gereja Surabaya pagi ini, Polda DIY telah bergerak memperkuat lapisan personil di sejumlah gereja Yogya.
Sejak peristiwa penyerangan Gereja Santa Lidwina Sleman pada Februari 2018 lalu, para personil kepolisian DIY sendiri sudah mulai intens menjaga ibadah umat di sejumlah gereja Yogya. Namun dengam status Siaga 1 pasca bom Surabaya ini, personil yang sudah ada ditambah jumlahnya.
"Untuk penambahan jumlah personil yang menjaga tempat ibadah evaluatif, melihat kondisi di lapangan," ujarnya.
Selain perbatasan dan rumah ibadah, dalam status Siaga 1 ini pengamanan lebih ketat juga diberlakukan untuk sejumlah obyek vital dan tempat keramaian.
Sementara itu menyikapi aksi teror bom di Surabaya, sejumlah elemen masyarakat sipil DIY pada Minggu petang menggelar aksi solidaritas, doa bersama, dan orasi perdamaian di Tugu Yogya.
Aksi itu untuk mengucapkan bela sungkawa pada korban teror dan menyerukan bersama sikap melawan terorisme.
Adapun elemen yang turun dalam aksi ini seperti Forum Jogja Damai, Gusdurian Jogja, Srikandi Lintas Iman, Young Interfaith Peacemake Community (YIPC), Angkatan Muda Ahmadiyah Indonesia, Sekber Keistimewaan DIY, Komunitas Sant'Egidio Yogyakarta, HEREPeace Yogyakarta, dan Solidaritas perempuan Kinasih.
PRIBADI WICAKSONO