Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Setelah Foxtrot, Gugurlan Echo

Daerah konsesi kayu hitam di utara palu milik PT Sakura Abadi Timber Corporation, non aktif. Dua heli carteran dari PT NUH jatuh ketika mengangkut kayu gelondongan menuju logpond di pantai. (dh)

28 Oktober 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENGANGKUTAN kayu tebangan dengan memakai helikopter di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, untuk sementara telah dihentikan. Bukan karena keputusan Dirjen Kehutanan Soedjarwo, yang menetapkan batas waktu ekspor gelondongan kayu hitam (ebony) hanya sampai akhir Januari 1979. Tapi karena dalam waktu setengah bulan saja, sudah dua heli gugur ke bumi. Kedua pesawat tersebut dicarter PT Sakura Abadi Timber Corporation yang memiliki konsesi kayu hitam luas 150.000 Ha di utara Palu. Kecelakaan pertama terjadi 29 Sepmber lalu. Dalam insiden itu kapten Pilot Stephen Hutton (34 tahun, gugur bersama heli jenis Bell-205 di hutan Bondoyong, 180 km sebelah utara Kota Palu. Heli itu jatuh terbakar. Sedang mayat Stephen yang sudah beranak-bini untung saja dapat cepat-cepat diselamatkan oleh rekannya, kapten pilot Heru Mariyunani yang terbang beriringan dengan helikopter sejenis. "Kalau tidak, mungkin mayat Stehen sudah habis dimakan biawak-biawak yang sudah mulai berdatangan lantaran mencium bau mayat," tutur Kapt. Wibisono Rusmiputro, Wakil Direkr PT National Utility Helicopters (NUH) yang menyewakan dua helinya kepada Sakura. Setelah kecelakaan itu, hampir dua Minggu tak ada pengangkutan kayu him lewat udara. Soalnya NUH masih harus mendatangkan heli pengganti Foxot dari pangkalan helikopternya di Song, Irian Jaya. Sedang heli Juliet yang waktu itu diterbangkan oleh Kapten Hel, mesinnya agak rewel hingga harus diservis dulu di Palu. Baru 10 Oktober lalu, datanglah sebuah helikopter Bell-205 bernomor registrasi PK-UHE ("Echo") dari Sorong ke Palu, untuk menggantikan mendiang Foxtrot. Echo, praktis baru mulai beroperasi dua minggu lalu. Dan sendirian, sebab baru ada seorang penerbang heli yang didatangkan ke Palu, yakni kapten-pilot Oemang Sumarsono 'Samson'. Sedang Juliet hanya standby saja ditongkang PT Sakura di pantai barat, sebelah utara Palu. Hanya Seminggu Celakanya Echo hanya sempat mengangkut batang-batang pohon kayu hitam yang beratnya sampai 2 ton lebih itu selama seminggu. Sebab, Sabtu 14 Oktober lalu, jam 4 sore Echo-pun gugur ke bumi dekat Desa Tompe, sekitar 60 km sebelah utara Palu. Kali ini, selain kapten-pilot Samson masih ada dua penumpang di heli itu, yakni dua orang Jepang yang merupakan ahli kayu Sakura. Untungnya, kerewelan mesin terjadi setelah heli itu sudah mau mendarat di helipad di atap tongkang, sehingga terbangnya tak begitu cepat dan sudah merendah. Mungkin karena kontrol atas pesawat hilang, baling-baling Echo sempat menghantam sebatang pohon kelapa. Heli itu pun jatuh miring di kebun kelapa penduduk. Menurut laporan Sinar Harapan, baling-balingnya copot dan masih terlempar sejauh 300 meter dan merusak kubah mesjid. Ketiga penumpangnya hanya cedera ringan dan berhasil menyelamatkan diri. Mula-mula dirawat di RS Undata, Palu, tapi kapten Samson yang berasal dari Yogya minggu lalu minta kepada majikannya agar diterbangkan kemudian dirawat di Jakarta. "Akibat kedua peristiwa ini, dari Singapura ada instruksi atasan kami untuk menghentikan helicopter logging ini untuk sementara," begitu tutur seorang pegawai NUH di gedung Bina Manajemen kepada TEMPO di Jakarta. Perusahaan penyewa helikopter itu sementara ini belum ada persediaan heli yang menganggur. Beberapa helinya sedang beroperasi dalam pencaharian minyak di daerah Kepala Burung, Irian Jaya. Sedang satu helinya yang bernomor registrasi PK (Indonesia) malah sedang beroperasi di Sudan. Dan kalau Echo mau diterbangkan lagi, harus turun mesin dulu di Brisbane, Australia. Apakah semua ini tanda-tanda pudarnya NUH? Balok Itu Jatuh Boleh jadi heli-heli maupun para penerbang NUH itu terlalu diforsir mengangkut kayu gelondongan -- yang masih merupakan barang baru bagi NUH yang selama ini hanya beroperasi di sektor minyak. Semenjak dicarter oleh Sakura lewat PT Dirgantara Air Service bulan Juni lalu, setiap hari kedua heli itu menerbangkan sekitar 120 ton kayu hitam (TEMPO, 21 Oktober). Itu dicapai dengan bergantian menyelesaikan 60 penerbangan sehari. Atau rata-rata 8 sampai 10 trip sejam. Setiap trip, heli itu digantungi gelondongan kayu hitam yang beratnya antara 1« sampai 2« ton sebatang. Kecepatan pengeluaran kayu hitam setinggi itu dapat dicapai, karena jarak penerbangan dari tempat pengumpulan kayu sampai ke logpond di pantai hanya 5 sampai 10 km. Pernah sekali waktu, kawat baja pengikat kayu balok yang digantung di bawah pesawat itu putus. Maka runtuhlah balok seberat dua ton itu ke bumi. Untung tak menimpa manusia. Tapi seperti diakui wakil direktur NUH, Wibisono Rusmiputro "Kayu gelondongan itu menimpa kebun penduduk, hingga ada tanaman rakyat yang rusak." Meski ganti rugi sudah dilakukan, tapi insiden itu sempat menambah perasaan anti Sakura yang sudah ada pada sementara orang sana yang hutannya dijadikan areal konsesi perusahaan kayu itu. Pimpinan Sakura sendiri jadi risau juga dengan adanya kecelakaan pesawat dua minggu berturut-turut itu. Seperti dijelaskan Trenggono, Komisaris Sakura kepada TEMPO "Untuk bisa memenuhi kontrak penjualan kami dengan Jepang, tadinya kami bermaksud mencapai ancar-ancar 4000 ton sebulan. Apalagi ada batas waktu ekspor kayu hitam gelondongan s/d 31 Januari 1979 saja. Sementara seluruh kontrak kami, jumlahnya 72 ribu ton." Namun akibat insiden pertama saja, Trenggono menaksir hanya 30 ribu ton yang dapat diisi pada waktunya Belum lagi denda demorage lantaran dua minggu sama sekali tak mengekspor. Kini, dengan penghentian helicopter logging itu secara total, hutan kayu hitam di Sul-Teng mungkin bakal sepi lagi -- untuk sementara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus