Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Sipenmaru sudah aman ?

Wawancara tentang sistim pencetakan soal-soal tes. juga soal-soal tes masuk universitas yang dicetak di solo bocor. para pelakunya sudah tertangkap. (pdk)

16 Juni 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BOCORNYA jawaban soal tes penerimaan mahasiswa baru, meski cepat diatasi, mengundang pertanyaan: seberapa jauh sebenarnya sistem pengamanan pengadaan soal-soal tes itu. Apalagi, perubahan sistem Proyek Perintis menjadi Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru - yakni tes sekaligus dilaksanakan untuk 33 universitas dan 10 IKIP Negeri - menjadikan pengamanan soal-soal lebih rawan. Berikut wawancara TEMPO dengan Sidharto Pramoetadi, ketua Penerimaan Mahasiswa Baru Pusat tahun 1984-1985 ini. Bagaimana sebenarnya sistem pencetakan soal-soal tes penerimaan mahasiswa baru tahun ini? Kami sadar, tes penerimaan mahasiswa baru, yang kini serentak dilaksanakan di 43 perguruan tinggi negeri, harus lebih ketat. Kami menyediakan enam paket soal untuk tiap bidang studi dengan bobot kesukaran yang sama. Gunanya, agar materi soal tidak sama seluruhnya, untuk menghindarkan kebocoran yang menyeluruh. Sedangkan untuk mencetaknya, kami serahkan ke 18 percetakan universitas, antara lain percetakan UI, ITB, Undip, UGM, dan Unair. Untuk keamanan, masing-masing tak kami beritahu mencetak soal untuk perguruan tinggi yang mana. Misalnya, yang dicetak di Unair, Surabaya, yang bocor itu adalah soal-soal tes bukan untuk Surabaya sendiri baik tes di Unair maupun tes di IKIP Surabaya. Bocoran jawaban soal-soal itu, yang telanjur dijualbelikan di Solo, sebenarnya tes untuk Malang, Yogyakarta, Bandung, dan Bogor. Itu pun yang bocor tidak semua bidang studi. Tapi hanya Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Lalu kemungkinan bocor dalam pengirimannya? Kami kira sulit. Untuk Jawa misalnya, kami sediakan empat bis, yang masing-masing punya dua pengawal - satu dari kepolisian, satu dari Departemen P & K. Dan mereka semua, sampai dengan sopirnya, kami usahakan yang belum saling mengenal dengan baik. Jadi, kemungkinan kebocoran lewat pengiriman, kami kira kecil. Untuk perguruan tinggi luar Jawa, kami kirimkan lewat Garuda. Dan peti berban besi itu harus selalu di samping pengawal. Memang biaya pengiriman lewat udara ini mahal. Contohnya, pengiriman ke Universitas Sumatera Utara menelan hampir Rp 9 juta. Jadi, titik rawannya sebenarnya di mana? Setelah saya telusuri, bagian paling lemah adalah di percetakannya. Dalam pengiriman memang ada kemungkinan peti soal dibongkar di tngah jalan. Tapi ini gampang dilacak. Sudah saya minta, begitu peti sampai di tujuan, panitia setempat harus memperhatikan apakah petinya rusak atau tidak. Memang, beberapa kali ada telepon yang menyatakan, peti belum sampai. Setelah saya cek, misalnya keterlambatan di Yogya tahun ini, karena bisnya nyasar ke Boyolali. Juga yang untuk Bandung, ternyata ban bis meletus di Cirebon. Jadi, menurut saya, sistem sekarang sudah aman. Kami pun sudah siap mencetak soal baru bila bocor, karena sudah ada bank soal sejak 1977. Itu pun tak harus mencetak seluruh soal, cukup sebagian, di tempat kebocoran saja. Seperti di Unair itu, kami cuma mencetak 150.000 set, dengan biaya sekitar Rp 160 juta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus