Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Sosok Hokky Situngkir, Ilmuwan, Staf Ahli BSSN, dan Kini Jadi Dirjen Aptika Kemenkominfo

Sosok Hokky Situngkir yang dilantik jadi Dirjen Aptika Kemenkominfo kemarin dikenal sebagai Bapak Kompleksitas Indonesia.

20 Juli 2024 | 07.35 WIB

Hokky Situngkir adalah Bapak Kompleksitas Indonesia setelah dia berhasil menemukan dan memecahkan rahasia batik, sebuah lagu daerah, Candi Borobudur dan juga pergerakan saham dengan memakai teori Kompleksitas. Tempo/Jacky Rachmansyah
material-symbols:fullscreenPerbesar
Hokky Situngkir adalah Bapak Kompleksitas Indonesia setelah dia berhasil menemukan dan memecahkan rahasia batik, sebuah lagu daerah, Candi Borobudur dan juga pergerakan saham dengan memakai teori Kompleksitas. Tempo/Jacky Rachmansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Hokky Situngkir resmi menjabat sebagai Direktur Jenderal Aplikasi Informatika atau Dirjen Aptika Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) sejak Jumat, 19 Juli 2024. Ilmuwan di bidang teori kompleksitas itu menggantikan Samuel Abrijani yang mengundurkan diri, usai terjadinya serangan siber terhadap Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 di Surabaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Data alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) mencatat, Hokky telah menyelesaikan pendidikan sarjananya di Teknik Elektro pada 2001. Ia aktif meneliti di berbagai bidang. Misalnya, masyarakat buatan dan simulasi sosial, memetik dan kajian budaya, analisis sistem dinamik, jaringan syaraf dan pemodelan statistik, serta analisis keuangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Majalah Tempo yang terbit 19 Agustus 2012 mencatat, pria asal Sumatera Utara itu berhasil menguak rahasia batik, lagu daerah, pergerakan saham, hingga Candi Borobudur dengan memadukan berbagai disiplin ilmu. Pencarian itu bermula sejak tahun 2000, di mana ia menggunakan referensi tentang konflik horizontal di berbagai negara. 

Sejak zaman mahasiswa, ia sudah gundah dengan konflik horizontal yang bermunculan di berbagai daerah. Melihat antarkelompok masyarakat saling mengejek dan bertikai. "Ada yang keliru dari segala macam teori sosial berikut ideologi yang dikupas setiap hari dalam diskusi," ucap Hokky dikutip dari Majalah Tempo.

Pria kelahiran 1978 itu kemudian mendirikan Bandung Fe Institute. Ia terinspirasi dari nama Santa Fe Institute, sebuah lembaga riset independen di Santa Fe, New Mexico, Amerika Serikat yang mengenalkan dia pada teori kompleksitas. Hokky yakin teori itu menawarkan perubahan fundamental dalam cara pandang melihat realitas sosial. Salah satunya meneliti artefak-artefak arkeologi dan kebudayaan.

Berkat ketekunannya, ia pernah mendapatkan penghargaan oleh Business Innovation Center bersama Kementerian Riset dan Teknologi. Tahun 2011, ia memperoleh Bakrie Award sebagai ilmuwan muda berprestasi bersama lima tokoh lainnya. Profesor Yohanes Surya bahkan memberinya gelar sebagai Bapak Kompleksitas Indonesia.

Dilansir melalui laman resmi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Hokky menjabat sebagai Stah Ahli. Ia pernah menjadi pembicara dalam Indonesia Cybersecurity Conference 2022 dengan tema Building Cyber Resiliency for The Boarder-Less Organisastion. Serta ikut menghadiri pertemuan bersama President and CEO US-ASEAN Business Council Ted Osius dalam kegiatan United States - Asean Business Council (US-ABC).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus