Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lima ratusan orang berkumpul di masjid terpencil di Dusun Sempu, Desa Gading Kulon, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, lepas tengah hari Ahad pekan lalu. Mereka bersila, takzim menyimak ceramah dari dua pembicara, M. Fachry dan Syafuddin Umar. Di layar, ditayangkan rekaman gambar bergerak dan foto. "Di Irak dan Suriah telah berdiri kekhalifahan Islam," kata Fachry.
Dusun Sempu terletak 25 kilometer ke arah barat laut dari pusat Kota Malang. Masjid tempat ceramah itu terletak di dekat kuburan dusun. Di sisi lainnya menghampar ladang tebu. Bunyi genset untuk pemasok tenaga listrik menderu. Sesekali takbir bergemuruh di dalam masjid yang bau catnya masih menyengat itu.
Di depan hadirin, dipajang poster besar bertulisan "Sosialisasi dan Deklarasi Ansharul Khilafah". Setelah berceramah, ustad mengajak hadirin berdiri. Lalu mereka menyatakan setia kepada pemimpin Negara Islam Irak dan Suriah (The Islamic State of Iraq and Syria atau ISIS), Abu Bakr al-Baghdadi.
Mereka menyebut Al-Baghdadi sebagai Amir Daulah Khilafah Islamiyyah. Serempak, mereka melafalkan kalimat baiat dalam bahasa Arab dan Indonesia. Takbir kembali terdengar seusai pembacaan baiat. Sebelum pulang, jemaah mendapat oleh-oleh majalah Al Mustaqbal dan stiker bergambar bendera ISIS. "Kami menyelenggarakan deklarasi ini secara spontan," kata juru bicara Ansharul Khilafah, M. Romly.
Ia menyatakan mereka yang hadir dalam pembaiatan itu berasal dari berbagai latar belakang organisasi kemasyarakatan berbasis Islam. Menurut dia, di antara mereka ada yang berasal dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Jamaah Anshorut Tauhid. Romly meyakini Daulah Khilafah akan membangun peradaban Islam. Pembaiatan itu, kata dia, merupakan dukungan moral dan doa untuk para mujahidin. "Kami tak mampu menyumbang dana, wong untuk hidup saja susah," ujar Romly.
Semula mereka akan menggelar pembaiatan di Masjid Ibnu Sina di Jalan Veteran, Malang. Namun takmir masjid menolak. Selanjutnya, mereka mengumumkan bahwa lokasi baiat pindah ke Masjid Nurul Hidayat di Jalan Tlogomas, Malang. Lagi-lagi pengurus masjid di situ menolak. Romly pun sempat dimintai keterangan polisi di kantor Kepolisian Resor Lowokwaru setelah deklarasi.
Sumpah setia kepada ISIS juga dibacakan di Sukoharjo, Jawa Tengah, pada 15 Juli lalu. Sekitar 1.500 orang berkumpul di Masjid Baitul Makmur, Solo Baru. Mereka menghadiri deklarasi mendukung Daulah Khilafah Islamiyyah. Ada tiga pembicara yang hadir. Seorang di antaranya sesepuh Forum Pendukung Daulah Islamiyyah, Afif Abdul Majid. Dua lainnya adalah Abu Fida dari Jawa Timur dan Amir Mahmud, yang mereka sebut sebagai "pakar politik Islam".
Di hadapan jemaah, Afif memaparkan ihwal ISIS. Orang kepercayaan pendiri Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, Abu Bakar Ba'asyir, itu menerangkan sejarah hingga struktur organisasi pemerintahan Islam Al-Baghdadi. Pemaparan menggunakan gambar yang diproyeksikan ke layar oleh tiga pembicara selama dua jam, sejak pukul 15.00.
Acara itu diakhiri dengan baiat mendukung perjuangan ISIS, yang dipimpin Afif. Separuh dari yang hadir menjalani pembaiatan. Mereka berasal dari berbagai tandzim atau kelompok. Kepada Tempo, Afif menyatakan baiat itu bukan untuk membentuk kelompok baru dalam struktur ISIS. Buat Afif, baiat di Solo merupakan syiar tentang pentingnya negara Islam. Jemaah yang telah dibaiat juga wajib menyebarkan ISIS kepada khalayak ramai.
Menurut Afif, banyak warga Indonesia yang telah bergabung dengan ISIS di Suriah dan berbaiat langsung kepada Al-Baghdadi. Kebanyakan mereka warga Indonesia yang kuliah di Timur Tengah. Mereka berdatangan ke Suriah dalam kelompok. "Jumlahnya banyak, tapi yang saya kenal sepuluh orang," kata Afif. Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri menyatakan sekitar 50 warga negara Indonesia bertempur untuk ISIS di Timur Tengah.
Baiat di Malang dan Solo adalah rentetan dari unjuk rasa sekitar 300 orang untuk mendukung ISIS di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, pada 16 Maret lalu. Mereka membagikan brosur yang mencantumkan Abu Bakar Ba'asyir, Abdullah Sunata, dan Rois Abu Syaukat telah mendukung ISIS. Tiga orang itu mendekam di penjara Nusakambangan karena kasus terorisme.
Beredar juga di dunia maya, pendiri Jamaah Anshorut Tauhid, Abu Bakar Ba'asyir, menyatakan dukungan kepada ISIS. Dalam secarik kertas yang dipindai, tulisan tangan yang diteken oleh Ba'asyir itu menyebar secara berantai melalui perangkat seluler. Tulisan itu menyebutkan Ba'asyir telah berbaiat kepada Khilafah Islamiyyah yang dipimpin Al-Baghdadi. Namun pengacara Achmad Michdan dari Tim Pembela Muslim, yang mendampingi Ba'asyir dalam perkara terorisme, menampik ihwal dukungan itu. "Surat itu bukan dari Ustad Ba'asyir," kata Michdan.
Noor Huda Ismail, Direktur Yayasan Prasasti Perdamaian, yang bergerak dalam kajian terorisme dan deradikalisasi, menyatakan, sebelum terbit dukungan Ba'asyir, Aman Abdurrahman sudah menerjemahkan publikasi ISIS dari bahasa Arab ke Indonesia. Terjemahan itu juga menyebar di Internet sejak awal tahun ini. Seperti Ba'asyir, Aman mendekam di Nusakambangan karena terlibat terorisme.
Sebelum ISIS mendeklarasikan kekhalifahan, kata dia, kekuatan kelompok jihad Islam di Indonesia telah terbelah. Semula ISIS menjadi bagian dari Al-Qaidah Irak. Lalu ISIS keluar dari kelompok yang dimasukkan ke daftar teroris internasional itu. Dukungan Ba'asyir ke ISIS kian meminggirkan kelompok jihad di Indonesia, yang berlatar belakang lulusan Afganistan dan masih setia kepada Al-Qaidah.
Keterlibatan kelompok jihad asal Indonesia dalam konflik Suriah, menurut Noor Huda, berpotensi meningkatkan ancaman terorisme di Asia Tenggara. Mereka yang direkrut ISIS akan kembali ke Indonesia dengan membawa keterampilan berperang. "Mereka akan jadi jaringan teroris global di Indonesia," ujarnya.
Sunudyantoro, Eko Widianto (malang), Ahmad Rafiq (solo), Sohirin (semarang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo