Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Surat guruh dan amplop tertutup

Guruh menyampaikan surat ke seluruh pengurus pdi, menyatakan siap sebagai calon presiden. pdi menerima suara dari bawah untuk menentukan calon presiden/calon wapres. guruh dianggap masih hijau.

16 Januari 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

''SAYA siap menerima pencalonan sebagai presiden Republik Indonesia mendampingi Bapak Soerjadi serta calon-calon lainnya.'' Begitulah antara lain isi surat Guruh Sukarno Putra yang dikirimnya kepada pimpinan fraksi PDI di MPR, pengurus daerah dan cabang PDI seluruh Indonesia 27 Desember lalu. Dengan begitu, apakah ia akan terpilih dalam rapat pimpinan PDI pekan ini, tampaknya masih tanda tanya. Sebab, memilih calon presiden dan wakil presiden bagi PDI agaknya berbeda dengan partai atau kekuatan sosial politik lainnya yang sudah lebih dulu mengumumkan calonnya. Partai Banteng itu mengharuskan pengurus daerah tingkat provinsi minta usulan calon dari cabang- cabangnya di tingkat kabupaten. Jumlah calon paling banyak lima orang, masing-masing untuk calon presiden dan wakil presiden. Dan cabang misalnya, menurut Hadi Suryonegoro, Ketua PDI cabang Bojonegoro, tak perlu mendapat masukan dari kecamatan. Sebab mereka telah memberi mandat ke cabang. Kemudian tiap cabang menyampaikan usulannya ke DPD dalam amplop tertutup. Amplop usulan cabang itu kemudian dibahas dalam rapat pimpinan daerah tingkat provinsi. Dari berbagai nama yang diusulkan cabang, DPD PDI memutuskan lima calon presiden dan lima calon wakil presiden untuk usulan ke pusat. Syaratnya, setiap calon harus mendapat dukungan sedikitnya sepertiga suara peserta rapat pimpinan daerah. Kurang dari itu, calon tak dibawa ke rapat pimpinan partai di pusat. Dari berbagai usulan daerah itulah maka rapat pimpinan PDI di Kopo, Bogor, pekan ini diwarnai dengan calon presiden dan wakil presiden yang beraneka ragam. Nama-nama Soeharto, Soerjadi, Guruh, Ali Sadikin, Sudharmono, Try Sutrisno, Rudini, dan lain- lain bermunculan. PDI Kal-Sel, misalnya, datang ke Kopo dengan usulan calon presiden Soerjadi, Guruh, dan Rudini, plus calon wakil presiden Try Sutrisno. Usulan itu, menurut Ketua PDI Kal- Sel Afwandi Mashoed, diputuskan dalam rapat pimpinan daerah di Hotel Andalas, Banjarmasin, 8-9 Januari lalu. Di Kopo semua usulan daerah akan dibahas dan dianalisa apakan mereka layak memimpin bangsa. Dan bagaimana dengan calon seperti Guruh? Ketua Umum PDI Soerjadi menganggap putra Bung Karno itu masih baru di jajaran politik. ''Dan jabatan presiden itu bukan main-main,'' katanya sebelum bertolak ke Kopo. Soemario, tokoh gaek PDI berusia 70 tahun dari Jawa Tengah, juga sependapat dengan Soerjadi. ''Mas Guruh itu demokratis dan tidak ngoyoworo. Tapi kami ini idealis, juga realis,'' katanya. Menurut Slamet Mulyadi, Ketua PDI Jawa Barat, Guruh cuma menyatakan kesiapannya untuk mendampingi Soerjadi. ''Bukan menyatakan diri sebagai calon presiden,'' katanya. Karena itu, menghadapi rapim, pihaknya akan memilih calon presiden demi kepentingan bangsa, bukan cuma untuk PDI. ''Saya yakin, meski PDI mencalonkan kembali Pak Harto,'' katanya, ''bukanlah berarti tak sesuai dengan isu perubahan yang didengungkan dalam kampanye. PDI tak akan kehilangan massa.'' Agus Basri, Zed Abidien, Heddy Lugito, Sri Pudyastuti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus