Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Jawa Tengah yang juga kader PDI Perjuangan Ganjar Pranowo menjadi pemuncak dalam berbagai indikator survei yang dilakukan oleh Politika Research & Consulting dan Parameter Politik Indonesia terhadap 11 Calon Presiden (Capres) potensial Pemilu 2024. Sebaliknya, rekan sesama partai yaitu Ketua DPR Puan Maharani berada di posisi buncit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ganjar paling tinggi dengan angka 7,51," kata Adi Prayitno, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, dalam paparan hasil survei di Jakarta, Ahad, 6 Maret 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam survei ini, kedua lembaga menggunakan rentang 6 sampai 7 untuk kategori cukup baik. Adapun indikator yang digunakan mulai dari visioner, kepemimpinan politik, intelektualitas, keterampilan politik, komunikasi politik, stabilitas emosi, gaya kepemimpinan, nasionalisme dan religiusitas, penampilan, integritas moral, dan kapabilitas.
Ganjar mendominasi ke-11 indikator tersebut dan mengumpulkan angka 7,51 tersebut. Adi pun menilai banyak faktor yang membuat nama Ganjar jadi figur dengan penilaian tertinggi, salah satunya model komunikasi dan personifikasi dinilai langsung ke masyarakat. "Tidak kaku dan cukup gampang dipahami pesan politik yang disampaikan Ganjar," kata dia.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Politika Research & Consulting Rio Prayogo menyebut survei ini bertujuan untuk mencari tahu opini elit terhadap 11 figur capres, untuk menambah perspektif dari opini massa yang sudah dilakukan berbagai lembaga survei sebelumnya.
Ternyata, kata Rio, opini massa dan elit terhadap 11 figur capres ini tak jauh berbeda. Tak hanya Ganjar yang jadi pemuncak, tapi juga nama-nama lainnya. Ia pun menilai Ganjar jadi peraih poin tertinggi, salah satunya karena memang bisa menangkap isu kebangsaan dan pandai memainkan media sosial. "Itu yang hari ini diminati masyarakat Indonesia," kata dia.
Adapun urutan figur capres dengan perolehan tertinggi dalam rekapitulasi 11 indikator dalam survei ini yaitu sebagai berikut:
1. Ganjar Pranowo: 7,51 Persen
2. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan: 7,32
3. Menteri Pariwisata Sandiaga Uno: 7,2
4. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil: 7,14
5. Menteri BUMN Erick Thohir: 6,88
6. Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto: 6,05
7. Panglima TNI Andika Perkasa: 6,69
8. Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar: 6,54
9. Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto: 6,41
10. Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono: 6,31
11. Ketua DPR Puan Maharani: 5,8
Dari 11 indikator, nama Puan Maharani kerap mayoritas berada di posisi buncit. Dalam rekapitulasi dia akhirnya berada di posisi paling bawah. Rio menilai harus diakui bahwa para narasumber yang diwawancari dalam survei ini mungkin belum terlalu mendapatkan eksposur tentang pandangan Puan terhadap berbagai isu kebangsaan.
"Sulit, karena jarang bicara juga dengan media, sehingga Key Opinion Leader (KOL) di survei ini tak bisa memberikan penilaian yang cukup," kata dia.
Sementara, Adi menilai posisi Puan ini tak lepas dari eksposur politik yang terlampau kaku dan hanya memberikan komentar dalam konteks sebagai Ketua DPR. Puan dinilai tidak out of the box tidak seperti figur lain. Semisal Sandiaga yang main basket, Ganjar yang bersepeda, hingga Anies yang makan bubur bersama Ridwan Kamil. "(Figur lain) sering personality politiknya tidak melalu dikaitkan dengan posisinya," kata Adi.
Adapun Survei ini dilakukan pada Februari 2022. Politika Research & Consulting dan Parameter Politik Indonesia menyebut metode survei ini dilakukan berbeda dengan survei lainnya, karena hanya mewawancarai 207 figur atau Key Opinion Leader (KOL) di daerah.
Pengukuran dalam survei KOL ini menggunakan Skala Likerts. Dengan Skala Likert, sikap, pendapat, dan persepsi para tokoh yang bersifat kualitatif dapat diolah menjadi data kuantitatif. Metode ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi para tokoh tentang isu-isu keamanan dan ketertiban yang penilaiannya berjenjang, yaitu: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10.
Dibanding survei opini publik, kata Rio, kelebihan survei KOL terletak pada bobot pendapat atau penilaian narasumber karena ketokohannya. Oleh karena itu, survei ini tidak dimaksudkan untuk mendapatkan besarnya persentase narasumber atas suatu pilihan jawaban, tetapi melihat kualitas jawaban narasumber.
Sebanyak 207 figur narasumber ini berasal daei berbagai kalangan profesi di 34 provinsi. Rinciannya yaitu 33 perguruan tinggi, 35 media massa, 35 dunia usaha, 35 ormas keagamaan, 34 institusi budaya, dan 35 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). "Mereka juga adalah orang paham betul situasi politik sosial hingga roadmap Pilpres," kata Adi