Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari lima jam masyarakat sipil menggelar aksi Indonesia Gelap di kawasan Patung Kuda, Jakarta pada Jumat, 21 Februari 2025. Puluhan orator silih berganti menyampaikan aspirasi dan tuntutan terhadap pemerintahan Prabowo Subianto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, tidak satupun pejabat di Kabinet Merah Putih datang menemui massa aksi itu. Pemerintah hanya menyerahkan massa aksi itu kepada aparat polisi yang berjaga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menjelang petang, masyarakat sipil memilih membubarkan diri secara tertib dari aksi Indonesia Gelap kali ini. Mobil komando perlahan mundur meninggalkan lokasi sembari memutar lagu-lagu perjuangan.
Mayoritas massa aksi dari elemen masyarakat sipil mengikuti. Kawasan Patung Kuda yang semula dipadati ratusan orang, perlahan lokasi aksi itu menjadi lega.
Tak berselang lama dari situ, situasi kembali memanas. Sebagian massa aksi yang tak puas dengan sikap pemerintah merespons aspirasi, mulai mendesak polisi.
Sebagian massa aksi itu melempar petasan dan membakar pembatas jalan. Pembakaran benda itu membuat api membumbung tinggi selama hampir satu jam.
Polisi dari kejauhan hanya mengimbau agar massa aksi membubarkan diri dan tidak merusak fasilitas publik. Namun, imbauan itu tidak digubris sebagian massa aksi.
Tidak ada bentrokan fisik antara polisi dan massa aksi. Polisi tetap berjaga dari balik barrier beton yang membatasinya dengan massa aksi. Jaraknya kurang lebih 3 kilometer.
Upaya mendesak polisi itu dilakukan sebagian massa aksi selama satu jam lebih. Barulah pada pukul 20.30, aksi lanjutan itu mulai padam.
Petugas kebersihan juga langsung bekerja membersihkan sampah berserakan di kawasan Patung Kuda. Polisi juga mulai membuka jalan sehingga pengendara bisa melintasi Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.
Humas Koalisi Masyarakat Sipil Tegar Afriansyah menduga aksi lanjutan dari sebagian massa itu disebabkan karena ketidakpuasan. Mereka, katanya, berusaha menekan pemerintah agar mendengar aspirasinya itu. "Mungkin aksi damai tidak pernah didengar, akhirnya rakyat mengambil tindakan sendiri," kata dia kepada Tempo, Jumat.
Dalam aksi Indonesia Gelap lanjutan ini, tidak ada pejabat pemerintah yang datang menemui massa aksi. Berbeda saat aksi sebelumnya, ketika Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi turun langsung menemui sekaligus menandatangani sejumlah tuntutan mahasiswa.
Pilihan Editor: 48 Kepala Daerah Belum Hadiri Retret di Akmil Magelang