Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Tak cuma dansa-dansi

Bupati gorontalo martin liputo dipecat oleh rudini. kabarnya ia terlibat skandal dengan ratu gorontalo, juga pembelian sebidang tanah. martin menyanggah. gorontalo berkembang berkat dipimpin olehnya.

25 Maret 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA urusan penting, tentunya, sampai Gubernur Sulawesi Utara C.J. Rantung khusus terbang ke Palu, ibu kota Sulawesi Tengah, untuk mencegat Menteri Dalam Negeri. Selasa malam pekan lalu, setelah bertatap muka dengan pejabat dan tokoh masyarakat di Gubernuran Siranindi, Rudini meninggalkan tuan rumah, Gubernur Abdul Azis Lamadjido, dan tampak berbicara serius dengan Rantung. Dalam kunjungan kerja Menteri Rudini ke Sulawesi itu, mulai tersingkap informasi: "ada seorang bupati dipecat". Memang benar, Kamis pekan lalu, Rudini secara gamblang menjelaskan pada TEMPO bahwa yang dipecat adalah Martin Liputo, S.H., Bupati Gorontalo. "Pagi ini SK-nya saya tanda tangani untuk dilaksanakan oleh Gubernur Sulawesi Utara. Dia kita kembalikan kepada ABRI. Begitu saja, daripada ribut-ribut," kata Rudini. Sehari setelah itu, SK pemberhentian untuk Martin Liputo diserahkan oleh Rantung di Manado. Alasan utama pencopotan Martin Liputo menyangkut aspek kepemimpinan. "Pokoknya, kepemimpinannya tidak baiklah, begitu. Merugikan rakyat. Jadi ya saya copot," tutur Rudini. Martin Liputo juga dianggap tak bisa jadi teladan yang baik untuk rakyat yang dipimpinnya. Kolonel Martin Liputo, S.H., yang menjabat Bupati Gorontalo sejak delapan tahun lalu, memang belakangan kerap menjadi sorotan. Bupati berusia 55 tahun itu, misalnya, dikabarkan membeli sebidang tanah yang cukup luas di Bogomeme, kawasan Paguyanaman. Tapi, menurut sumber TEMPO, tanah yang katanya akan dijadikan lahan percontohan bagi petani itu dibeli atas nama salah seorang anak Haji Martin itu. Gosip lain adalah soal wanita. Menjelang berakhirnya masa jabatan pertama sebagai bupati -- pada Maret 1986 -- ayah lima anak ini santer disebut-sebut terlibat skandal asmara dengan Nou (ratu) Gorontalo. Agaknya, isu skandal ini termasuk yang memberatkan langkah Martin. Apa jawab Martin? "Saya terkejut menerima SK pemberhentian itu. Tapi, sebagai prajurit Saptamargais, saya menerima dan taat pada atasan," ujar Martin Liputo kepada Phill M. Sulu dari TEMPO. Ia kurang sependapat kalau kepemimpinannya dinilai gagal. "Buktinya, Kabupaten Gorontalo masuk nominasi untuk Parasamya Purnakarya Nugraha," kata alumnus UGM Yogya itu. Satu per satu tuduhan ditangkis Martin. Ia mengatakan, isu skandal asmara dengan Nou Gorontalo itu ditiupkan oleh kelompok lawannya sejak 1985 sampai menjelang berakhirnya masa jabatan pertamanya. "Saya hadapi dengan tenang. Saya ingin dikonfrontir," katanya. Begitu pula soal tanah di Bogomeme. "Tanyakan saja pada BPKP," katanya singkat. Martin Liputo, yang sebelumnya akrab dengan Gubernur C.J. Rantung, juga menyangkal menghina agama lain. "Sebagai pembina umat beragama, saya hanya menjalankan ketentuan menurut GBHN," katanya. Sebenarnya, Martin Liputo punya jasa tak sedikit di Gorontalo. Ia berhasil mengembangkan lokasi wisata Pulau Sarende. Pada 1986, bekas Kepala Direktorat PAU Mabes TNI AU ini mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi di Limboto. Di bidang olahraga, bekas perwira pasukan khusus TNI AU ini juga membangun lapangan golf dan sebuah stadion sepak bola, lengkap dengan arena pacuan kuda di Syosonegoro, Limboto. Bahkan ia pernah menjabat Ketua Komda PSSI Sulawesi Utara. Keberhasilan Martin juga diakui oleh Dirjen PUOD Departemen Dalam Negeri Atar Sibero. "Buktinya, kan sekarang dia sudah pada masa jabatan yang kedua," katanya pada I Nengah Wedja dari TEMPO di bandara Ngurah Rai, Bali. "Kalau dulu hebat, belum tentu berikutnya juga sama. Maka, harus hati-hati terus ...," ujar Atar Sibero lagi. Ini warning bagi semua bupati, agar mawas diri dan tak cuma bisa dansa-dansi?Toriq Hadad (Surabaya) dan Tri Budianto Soekarno (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum