Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP belum mengumumkan nama bakal calon Gubernur yang akan diplot berlaga di pemilihan kepala daerah atau pilkada, khususnya di wilayah strategis, November mendatang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, mengatakan partai banteng akan mengumumkan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur di pilkada saat momentum waktunya telah dianggap tepat. "Sekarang prioritaskan lebih dulu untuk tingkat Kabupaten/Kota," kata Hasto melalui keterangan tertulis yang diperoleh Tempo, Ahad, 4 Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dihubungi terpisah, Juru bicara PDIP, Chico Hakim, mengatakan PDIP memiliki sejumlah nama potensial yang bakal diplot di pilkada, misalnya di Jakarta.
Sejumlah nama tersebut, antara lain Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok; Menteri Sosial, Tri Rismaharini; Ketua DPRD Jakarta, Prasetyo Edi Marsudi; bekas Panglima TNI, Andika Perkasa; dan legislator PDIP, Charles Honoris. "Namun, semuanya masih dikerucutkan agar jadi satu nama," ujar Chico.
Hasto menjelaskan, sambil menunggu finalisasi nama-nama tersebut, PDIP akan menyiapkan pelbagai infrastruktur pendukung yang ada. Salah satunya dengan menggelar Rapat Koordinasi Nasional untuk Badan Saksi Pemilu Nasional (BSPN PDIP) dalam waktu dekat.
PDIP, menurut Hasto, juga akan melakukan pelatihan bagi tim kampanye pada gelombang 4 di Agustus ini. Tujuannya agar proses pergerakan kemenangan dapat menyatu bersama semangat gotong royong rakyat.
"Itu yang dipersiapkan sambil menunggu finalisasi calon Gubernur dan Wakilnya," kata Hasto.
Peneliti Populi Center, Usep Saepul Ahyar, mengatakan PDIP bersikap cukup selektif di pilkada 2024. Menurut dia, sikap selektif PDIP terjadi setelah memutuskan pisah jalan dengan koalisi partai pendukung Presiden Jokowi.
"PDIP menyadari tidak bisa bergerak terlalu cepat karena lawannya saat ini jauh lebih banyak," kata Usep.
Kendati begitu, untuk konteks pilkada Jakarta, menurut Usep, PDIP masih memiliki peluang besar apabila memutuskan mengusung Ahok di palagan bekas Ibu Kota ini. "Jika bangun koalisi dengan PKS-NasDem, peluang PDIP menang tentu jauh lebih besar, karena suara Ahok dan Anies adalah yang terbesar dari kandidat lain sejauh ini," ucap dia.