PANDANGAN mata mereka gelap. Tapi tanpa canggung empat anak tuna
netra itu merangkai sesuatu dari botol bekas, kardus bekas,
bekas kertas pembungkus dan barang bekas yang lain.
Mereka murid kelas V dan Vl Sekolah Luar Biasa Bagian A (tuna
netra) di Lebakbulus, Pasar Minggu. "Mau bikin apa ini?" tanya
seorang pengunjung. "Tank amphibi," sahut salah seorang dengan
yakin.
Akhir pekan lalu anak-anak itu mengikuti Lomba Cipta Kreativitas
(yang baru pertama kali ini diselenggarakan) di halaman Pusat
Pertokoan Duta Merlin, Jakarta. Lomba yang diadakan hari Sabtu
dan Minggu itu diikuti sekitar 80 klompok keluarga dan 100
kelompok anak-anak.
Ada seorang ibu dan dua putrinya membuat pohon raksasa yang
disusun dari kardus bekas. Tampak pula di sudut suami-istri
Antono asal Semarang. "Saya ikut ini kebetulan saja," tutur
Antono, 35 tahun, di sela-sela kesibukan membakar kaca-kaca
botol bekas dengan semburan api kompot gas. Wiraswasta
kecil-kecilan itu semula tiba di Jakarta mengantar pesanan
lampu hias. Kebetulan terbaca olehnya di kawasan Harmon spanduk
tentang lomba ini. Ia pun mendaftarkan diri dan dibuatnya
lampu hias, yang memang menjadi mata pencahariannya.
Lomba ini diselenggarakan oleh Yayasan Pengembangan Kreativitas
(berdir tahun 1980) dan PT Duta Merlin. Menurut Sukyatno
Nugroho, konsultan pemasaran Duta Merlin, lomba ini selain
untuk merangsang kreativitas keluarga dan anak-anak Indonesia,
juga menawarkan alternatif mengatasi masalah sampah. Maka itu
dipilih barang bekas sebaga medianya. Dan memang kemudian
kegiatan ini menjadi arena promosi untuk perusahaan pembuat
barang yang bekas nya dijadikan bahan lomba ini.
PESERTA ternyata datang dari berbagai lingkungan. Ada pegawai
negeri, ada dokter, insinyur, mahasiswa, pelajar, anak-anak tuna
netra, dan yatim-piatu dari panti asuhan. Taktam pak wajah
murung.
"Perlombaan seperti ini penting bagi anak-anak asuhan saya,"
tutur Ibu Sifu, pengasuh Panti Asuhan Yatim-Piatu Darul Aitam
di kawasan Tanah Abang. "Dengan begitu anak-anak itu terdorong
aktif, berkreasi." Ia membawa 8 anak yang terbagi dalam dua
kelompok."
Juga Pak Anang Suparman, guru kesenian Panti Asuhan Tuna Rungu
San Rama, Cilandak, melihat manfaat lomba ini. "Bisa memancing
anak-anak berir jinasi," katanya. Ia pun mengawasi anak
asuhannya.
Salahseorang juri lomba ini ada Ny. Rieka Hartono Suatan yang
wajahnya sering tampak dalam acara untu keluarga, tiap Minggu
siang, di layar televisi. Wanita ini memang pernah belajar
ketrampilan membuat aneka macam barang di Jepang. Ia kini
dikenal mengajar membuat kerajinan dari barang bekas bahkan dari
serutan kayu, kulit kuaci kulit kacang, daun pisang. Kini sekit
10 ribu siswanya, tersebar di seluru Indonesia. Ia memang suka
keliling ke mana-mana. "Yang penting dalam-mengerjakan
barang-barang itu hati kita senang," katanya kepada TEMPO:
"Kalau sduah begitu, biasanya kreativitas muncul dengan
sendirinya."
Menurut Dr. S.C. Utami Munanda Ketua Yayasan Pengembangan
Kreativi tas yang juga menjadi Ketua Dewan lomba ini
pengembangan kreativitas ingat perlu dikembangkan di sekolah
"Selama ini yang dirangsang di sekolah ialah penataran atau
pemikiran kritis, tutur ahli psikologi ini. "Padahal berpikir
kreatif, tidak hanya memberikan jawab terhadap satu soal, tapi
lebih menawarkan berbagai alternatif- cara memecahkan satu soal,
juga penting."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini