Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Tiada Bibit Unggul

Banyak para transmigran di tajau pecah, dati ii tanah laut beralih kepekerjaan lain, menjadi kuli atau buruh. mereka tidak bersawah, berkebun dan beternak, karena tidak ada yang cocok.

10 Juli 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BISA dipastikan para transmigran di Tajau Pecah, Dati II Tanah Laut itu, bukan orang-orang rewel. Tapi memang keadaanlah yang menyebabkan 1000 keluarga transmigran di sana tak segan-segan buka mulut. "Setelah tiga bulan kami di sini, krisis dapur sudah terasa,pak", ujar Mugi Karyono dari Jateng melapor kepada Gubernur Subardio, tatkala pejabat ini pertengahan bulan kemarin bertandang ke Tajau Pecah. ''Janjinya kami akan diberi bibit unggul. Tahu-tahu yang kami terima cuma cocok buat digoreng", ucap Muryadi asal Jatim ikut nimbrung. Tampaknya Muryadi belum kehilangan gaya Jawanya, yakni suka mengemukakan sesuatu dengan menyindir. Karena Muryadi bermaksud mengemukakan, "bibit yang kami terima itu tak baik". Bibit kacang misalnya, tak tumbuh subur. Atau jagung, tumbuh sih tumbuh, tapi tak berbuah. "Lantas yang baik, apa?" tanya Subardjo mafhum. Dan bertuturlah mereka. Bahwa yang baik ialah menanam singkong, bersawah atau beternak. Tapi semua itu tak bisa dilakukan. Sebab bibit singkong yang cocok, harganya mahal. Bahkan sulit dicari. Bersawah tak gampang pula, sebab diperlukan sapi. Dan beternak? Buat beli hewannya, tak ada duit. Maka jangan heran jika menurut Karyono, "banyak teman kami yang mencari pekerjaan di luar Tajau Pecah. Jadi kuli atau memburuh". Hingga berminggu-minggu mereka tak kembali ke Tajau Pecah. Jangan Ditinggalkan Berarti mereka di sana bermigrasi model lain. Tentu saja membikin Subardjo kaget. Tapi yang sementara ini bisa ia perbuat, agaknya cuma menghibur mereka dengan kata-kata bujukan. "Boleh saja bekerja di luar, tapi Tajau Pecah jangan ditinggalkan", ujar Subardjo yang tentunya diaminkan drs. Sudirdja. Kepala Direktorat Transmigrasi Kalsel. Bukan cuma itu. Bahkan sejak mempersiapkan keperluan para penduduk baru itu, cara kerja Sudirdja sempat menimbulkan gunjingan ada pat gulipat. Bahwa pembuatan 1000 rumah transmigrasi tadi tanpa tender. Meski kemudian Gubernur Subardjo membenarkan Sudirdja bahwa memang tanpa tender sebab ada pengecualian. Toh keluhan ketidak-beresan justru mendengung lang- sung ke kuping Gubernur Subardjo. Tapi ya begitulah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus