Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Timbul, Tenggelam, Timbul Lagi

Dikenal sebagai reserse yang andal, Gregorius Mere kini naik pangkat.

26 September 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JENDERAL bintang satu itu sepertinya ditakdirkan untuk akrab dengan media massa. Setelah tenggelam cukup lama, pekan lalu Gorries Mere kembali muncul di koran-koran. Kapolri Jenderal Sutanto menunjuknya sebagai Wakil Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri (Bareskrim), menggantikan Inspektur Jenderal Polisi John Lalo.

Selain naik jabatan, pria kelahiran Flores 17 November 1954 itu juga akan mendapat tambahan satu bintang di pundaknya. Sayang, ketika Tempo menghubunginya pekan lalu, Gorries menolak berkomentar tentang jabatan barunya itu. ”Jangan ditulislah soal ini,” katanya.

Sebagai polisi, Gorries mendapat bekal pendidikan yang cukup. Lulus dari Akademi Kepolisian tahun 1976, dia menyelesaikan pendidikan di PTIK pada 1986 dan lulus Sekolah Staf Pimpinan Polri pada 1992. Dia juga pernah menimba ilmu pada Combat Intelligence and Counter-Disaster Course, di Royal Military College of Science, Inggris.

Peristiwa penting dalam kariernya baru datang pada 1992, saat ia menjabat Kepala Satuan Reserse Umum Polda Metro Jaya. Gorries berhasil menangkap Harnoko Dewantoro alias Oki, tersangka pembunuhan berantai yang bersembunyi di Los Angeles, Amerika Serikat.

Nama Gorries jadi terkenal. Tapi kariernya tak langsung melejit. Pulang dari AS, dia berpindah-pindah tugas: ke Madura, Timor Timur, Nusa Tenggara Timur, kembali ke Jakarta menjadi Kepala Polisi Resor Jakarta Timur, hingga berlabuh di Direktur IV Narkoba Bareskrim Polri dengan pangkat brigadir jenderal.

Pada saat masih menjabat Sekretaris Direktorat Reserse Polda Metro pada 1996, Gorries mendapat tugas yang kembali melambungkan namanya: memburu tersangka pengedar ekstasi Zarima Mirafsur. Kisah pengejaran Zarima itu sempat menjadi headline berbagai media massa nasional untuk beberapa lama. Sang ratu ekstasi akhirnya dibekuknya di dalam sebuah apartemen di Houston, Texas, AS.

Nama Gorries kembali menghilang hingga bom meledak di Bali pada 12 Oktober 2002. Da’i Bachtiar, ketika itu Kapolri, menugasinya membantu Kapolda Bali Irjen Polisi I Made Mangku Pastika mengusut para pelaku aksi teror itu. Padahal saat itu Gorries adalah Direktur IV Narkoba di Bareskrim Polri—tempat ia bersinggungan kerja dengan Sutanto, yang saat itu mengurusi Badan Narkotika Nasional.

Jaringan pelaku bom Bali akhirnya dapat diungkap. Gorries ambil bagian dalam memburu para tersangka. Gorries bahkan memimpin sendiri penangkapan Amrozi, sebulan setelah ledakan yang menelan korban jiwa 202 orang, 88 di antaranya warga Australia, itu.

Pada 2003, Da’i membentuk Detasemen 88 Anti-Teror Polri, yang segera meng-ambil alih tugas penyelidikan bom Bali dan aksi terorisme lainnya. Anehnya, Gorries hanya menjadi salah satu penyidik dalam detasemen pimpinan Brigjen Pranowo itu. Belakangan, ketika polisi terus jadi sorotan akibat belum berhasil menangkap Dr Azahari dan Noordin M. Top, tersangka utama sejumlah pengeboman, Da’i kembali menugasi Gorries memimpin sebuah satuan tugas khusus. Tapi hingga kini Noordin dan Azahari belum tertangkap.

Gorries bukan tak beraksi. Dia sempat membawa Ali Imron ngopi di Starbuck Cafe, Plaza eX, Jakarta. Ada kabar, Noordin dan Azahari berada di kawasan Bundaran HI hari itu dan Ali dibawa untuk mengenali keduanya. Ta-pi, maksud baik itu berbuah duri: aksi Gorries itu dipergoki wartawan. Berita pun tersebar. Gorries dianggap melanggar aturan, dan Da’i mengembalikan Gor-ries ke tugas utamanya sebagai Direktur IV Narkoba Bareskrim.

Tapi bukan Gorries kalau berdiam di belakang meja. Ia pernah pula diki-rim ke Los Angeles untuk mengejar tersangka pembobol BNI, Adrian Waworu-ntu. Dia juga yang bertugas melacak keber-adaan tersangka kasus BNI lainnya, Ma-ria Lumowa. April lalu, sebagai Direktur IV Narkotika Bareskrim Polri, Gorries memimpin sendiri penggerebek-an ke pabrik ekstasi besar di Jasinga, Bogor.

Kini, di bawah pimpinan Kapolri Sutanto, bintang Gorries bersinar lagi. Ka-ta mantan Kapolri Chaeruddin Ismail, ”Dia memang berotak encer.”

Philipus Parera

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus