Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ERICK TOHIR sudah mengetahui akan menjadi menteri di kabinet Joko Widodo-Ma’ruf Amin pada akhir September lalu. Ia menceritakan tawaran langsung dari Jokowi itu kepada sahabatnya, Sandiaga Salahuddin Uno. “Gagal nih, Bro. Harus masuk kabinet, Bapak Presiden maunya seperti itu,” ujar Sandiaga menceritakan ulang pembicaraan Erick dengan dia kepada Tempo, Jumat, 25 Oktober lalu. Berkali-kali menolak ajakan masuk kabinet, Erick beralasan lebih senang jika menjadi Ketua Komite Ekonomi Industri Nasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mendengar kabar itu, Sandiaga memberikan selamat kepada Erick. Menurut Sandiaga, Erick pantas menjadi menteri di pemerintahan Jokowi karena jasanya sebagai Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf. Saat memimpin tim kampanye, Erick berhadapan dengan Sandiaga, yang maju sebagai calon wakil Prabowo Subianto. Erick dan Sandiaga bersahabat sejak mereka duduk di sekolah dasar dan sama-sama menempuh pendidikan tinggi di Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sandiaga kemudian menanyakan posisi yang akan diisi Erick. Bos Mahaka Group itu menjawab belum mengetahui kursi yang akan didudukinya. Dua petinggi partai pendukung pemerintah mengatakan Erick bersedia membantu Jokowi sebagai Menteri Pertahanan atau Menteri Badan Usaha Milik Negara. Ditanyai ihwal ini, Erick menjawab irit. “Tahunya jadi Menhan. Bingung nanti,” ujarnya, Kamis, 10 Oktober lalu.
Masalahnya, dua posisi tersebut diincar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. PDIP ingin mempertahankan Ryamizard Ryacudu sebagai Menteri Pertahanan. Di kursi Menteri BUMN, partai banteng menyodorkan Wahyu Sakti Trenggono, pengusaha di bidang komunikasi dengan bendera PT Tower Bersama Infrastructure dan PT Teknologi Riset Global Investama. Pada pemilihan presiden 2019, Trenggono menjadi Bendahara Umum Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf. PDIP menolak Menteri BUMN sebelumnya, Rini Soemarno, dipilih lagi.
Tiga petinggi PDIP menyebutkan Trenggono masuk bursa berkat kedekatannya dengan Hasto Kristiyanto, Sekretaris Jenderal PDIP. Trenggono dan Hasto sama-sama tergabung di Rumah Transisi Jokowi-Jusuf Kalla pada 2014, setelah pasangan itu memenangi pemilihan presiden. Hasto menolak menjawab soal partainya yang disebut menyorongkan Trenggono. “Semua itu hak prerogatif Presiden,” ujarnya. Ketika nama Erick masuk bursa Menteri BUMN, PDIP pun sempat menolaknya. “Namanya memang ada, tapi bukan untuk posisi itu,” kata politikus PDIP, Masinton Pasaribu, Jumat, 18 Oktober lalu.
Meski ditampik PDIP, Erick tetap dipilih Presiden Jokowi sebagai Menteri BUMN. Pada Senin, 21 Oktober lalu, Erick dipanggil ke Istana. Menurut dia, dalam pertemuan selama 40 menit itu, Presiden memintanya meningkatkan kinerja perusahaan pelat merah supaya untung sekaligus menjadi agen pembangunan. “Ini yang harus dicarikan titik temunya,” ujar Erick setelah serah-terima jabatan dengan Rini Soemarno, Rabu, 23 Oktober lalu.
Menyadari bahwa posisi Menteri BUMN merupakan kursi panas, Erick mendatangi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh. “Saya minta dukungan,” kata Erick. Kepada Erick, Megawati memberikan pesan bahwa ia harus menyehatkan BUMN yang merugi dan tidak melulu berfokus pada perusahaan yang menangguk untung. “Itu pesan mereka. Tidak ada pembicaraan mengenai taruh orang di sana-sini,” ujarnya.
Hasto Kristiyanto mengatakan partainya akan memonitor performa Erick. Menurut Hasto, Kementerian BUMN harus sejalan dengan visi politik dan ekonomi PDIP yang dihasilkan dalam Kongres V di Bali. Ihwal pertemuan Erick dengan Megawati, Hasto enggan menanggapinya. “Saya buru-buru kejar pesawat,” ujarnya, Kamis, 24 Oktober lalu.
Bendahara Umum Partai NasDem Ahmad Ali mengatakan pertemuan Surya Paloh dan Erick Thohir lebih merupakan pertemuan senior dan junior. Menurut Ali, Erick adalah junior Surya dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia. “Pak Surya membesarkan hati Erick bahwa dia punya kapasitas dan kemampuan. Erick juga tidak boleh ada keraguan,” ujarnya.
Menurut Sekretaris Jenderal Partai Perindo Ahmad Rofiq, Erick merupakan titik kompromi dari nama-nama yang disodorkan partai politik kepada Presiden Jokowi. Erick, kata Rofiq, diterima semua partai pendukung Jokowi, termasuk Perindo, karena tak membatasi komunikasi dan tidak pelit mengulurkan bantuan. Ia mencontohkan, saat memimpin Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Erick membantu sejumlah politikus dalam pemilihan anggota legislatif. “Dia juga sosok yang mendengar,” ujar Rofiq.
Sebelum Erick dipastikan terpilih, nama Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin salah satu yang mencuat sebagai calon Menteri BUMN. Belakangan, Budi dan Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo ditunjuk Jokowi untuk mendampingi Erick sebagai wakil menteri. Erick mengatakan sebenarnya membutuhkan lima wakil menteri karena Kementerian BUMN membawahkan 142 perusahaan dengan total aset sekitar Rp 8.207 triliun.
Salah satu nama yang sempat disebut-sebut adalah Wahyu Sakti Trenggono. Di detik-detik terakhir, Trenggono digeser sebagai Wakil Menteri Pertahanan. Dua politikus PDIP mengatakan penempatan Trenggono di Kementerian Pertahanan merupakan jalan tengah. “Juga untuk mengimbangi Gerindra,” ujar salah seorang narasumber. Setelah menjadi Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto diizinkan Presiden merangkap jabatan sebagai Ketua Umum Gerindra.
Trenggono tak mempersoalkan dirinya tak memimpin Kementerian BUMN. Menurut Trenggono, ia dan Erick memiliki kesamaan, yakni orang yang lama berkecimpung di korporasi. “Sama saja. Pak Erick juga dibantu dua jagoan finance,” ucapnya, merujuk pada Budi dan Kartika. Budi adalah Direktur Utama Bank Mandiri sebelum digantikan Kartika.
Adapun Erick mengatakan menjadi Menteri BUMN merupakan tugas yang berat. “Saat pertama dipanggil Presiden, saya banyak nunduk.”
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo