Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Tragedi Di Sambas

Karena soal sepele, tegur menegur, merembet jadi perkelahian masal. dianggap bukan sengketa antar suku melainkan perkara kriminal belaka. tewas 20 orang dan 50 rumah terbakar, ribuan mengungsi. (dh)

8 Desember 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH SD di kampung Montrado, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, pertengahan November lalu mendadak tutup. Gurunya mengungsi ke Singkawang, 30 km dari Montrado. Ia dirundung rasa takut. Pak guru adalah seorang di antara ribuan pengungsi yang memenuhi Singkawang. Mereka berasal dari Kampung Montrado, Sendoren, Margamulia, Sendati, Banawa Bhakti, Conde, Samalantan, Ira, Sindu, Pasuk Kayu, semuanya di Kabupaten Sambas. Ada apa? Sejak 8 sampai 12 November perkelahian massal menjalar dari kampung ke kampung. Masing-masing kelompok bersenjatakan berbagai macam senjata tajam. Tak kurang 20 orang tewas, 2 luka berat, 5 luka ringan. Di antara yang tewas terdapat seorang anak kecil dan 3 wanita. Dan kalau tercatat 50 rumah yang terbakar, bisa dibayangkan bagaimana gambaran 'kancah pertempuran' itu. Asal-mulanya cuma sepele. Kamis siang 8 November itu, Asikin bin Asmadin, 45 tahun, sedang merumput buat makanan sapi di pinggir sawah Kampung Sendoren di Kecamatan Samalantan. Tak berapa lama, lewat Sidik, 40 tahun, menegur: "Hati-hati pak ambil rumputnya, nanti kena padi." Teguran seperti itu di telinga Asikin dianggap penghinaan. Pulang ke rumah, Asikin langsung mengambil parang lalu bertandang ke rumah Sidik. Mereka terlibat pertengkaran mulut, hingga perkelahian tak terhindarkan. Akibatnya, Sidik tewaslah. Kabar terbunuhnya Sidik meluas dari kampung ke kampung. Maka sekelompok pembela Sidik pun mengumpulkan kawan-kawannya. Dan tiga hari kemudian, siang hari, mereka menyerbu Kampung Sansapi, 4 km dari Sendoren. Hasilnya: seorang dari kelompok Asikin tewas. Terlambat Di hari yang sama, di Kampung Banawa Bhakti juga pecah perkelahian dan menewaskan seorang dari kelompok Sidik. Sejak itu, di beberapa kampung dalam Kecamatan Samalantan berkecamuk perkelahian massal. Di Pasuk Kayu kelompok Asikin tewas 3 orang dan di Kampung Conde ganti kelompok Sidik tewas 1 orang. Di Kampung Kincir kemudian 1 orang tewas dan Samalantan menyusul 10 orang kelompok Asikin tewas. Menyusul 2 orang kelompok Sidik tewas di Kampung Margamulya dan di Kampung Kincir gantian 1 orang dari kelompok Asikin tewas. Setelah perkelahian berlangsung 4 hari barulah Brigjen M. Sanif, Pangdam XII/Tanjungpura selaku Laksusda Kal-Bar, terbang dengan heli ke tempat-tempat kejadian. Ia menyampaikan nasihat kepada masyarakat. Dan kepada para petugas keamanan diperintahkannya untuk "jangan sampai ada sebutir peluru pun yang dimuntahkan dalam mengamankan perkelahian massal ini." Keadaan bisa dikuasai sepenuhnya, 13 November, setelah dikerahkan Batalyon 641 "Beruang Hitam", Brimob Polri Resort Sambas, Kodim 1202 dan Hansip-Wanra. Yaitu setelah 20 korban jiwa dan 50 buah rumah terbakar dalam peristiwa panas tersebut. Brigjen Sanif buru-buru menegaskan bahwa peristiwa itu bukanlah Perkelahian antar suku melainkan hanya kasus kriminal biasa. "Peristiwa ini harus diselesaikan menurut saluran hukum. Hukum harus dapat ditegakkan di sini," kata Sanif lagi. Gubernur Kal-Bar, sebelum bertolak ke Prancis, memerlukan menengok pula ke tempat kejadian. Begitu pula Kajati Kal-Bar, Masydulhak Simatupang. Segenap anggota Muspida, berikut para anggota DPRD berkumpul di Samalantan. Hari itu para petani tampak sudah kembali ke sawah atau ladang, sementara hubungan Samalantan-Singkawang (30 km) mulai pulih. Kendaraan umum sudah mulai padat penumpang. Itu tak berarti kewaspadaan boleh kendor. Untuk menghindarkan balas dendam, kelompok Asikin diungsikan ke Singkawang. Dan ketika Menteri Muda Urusan Koperasi Bustanil Arifin kebetulan ke Sambas, 16 November lalu, ia sempat menyampaikan bantuan beras dan sejumlah uang kepada para pengungsi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus