SEBELUM gelombang dahsyat atau tsunami, menghempas di Pantai P.
Lomblen (Lembata), Flores Timur pekan lalu, peristiwa serupa
terjadi dua tahun lalu (19 Agustus 1977) menyapu bersih pantai
P. Sumba, P. Sumbawa, P. Lombok dan P. Bali.
Pada peristiwa terdahulu tsunami disebabkan gempa pada kerak
bumi di dasar laut. Pusatnya terletak pada rekahan yang
merupakan pertemuan lempengan Euro-Asia dan lempengan Samudera
Indonesia, 250 Km sebelah selatan Kepulauan Nusa Tenggara Barat.
Gempa ini tercatat di semua stasion PMG (Pusat Meteorologi dan
Geofisila) tersebar di Nusantara, bahkan pada seismograf di
seluruh dunia.
Apakah kali ini terjadi rentetan peristiwa yang serupa? Agaknya
tidak. Pertama stasion PMG yang tersebar di Indunesia tidak ada
yang mencatat adanya gempa bumi yang berarti di wilayah itu.
Kedua, memperhatikan lokasi Pulau Lomblen di peta, terlihat
bahwa pulau itu terletak pada tepi utara sebuah laut dalam (Laut
Sawu), yang di sebelah selatan dibatasi oleh P. Timor, P. Roti,
P. Sawu dan P. Sumba. Kalaupun terjadi gempa laut yang berpusat
di sebelah selatan kawasan ini, agaknya mustahil pulau-pulau itu
terhindar dari amukan tsunami itu, tapi justru gelombang besar
itu mengenai pulau terpencil di sebelah utara Laut Sawu. Bahkan
juga P. Flores bagian timur dan P. Pantar tidak terkena (lihat
peta).
Maka timbul dugaan bahwa pusat pergolakan terletak di dalam Laut
Sawu itu sendiri. Sebab jika diperhatikan lokasi desa yang
terkena, arah gelombang agaknya datang dari tenggara menuju
barat laut, menghancurkan pantai P. Lomblen di kiri kanan
Tanjung Atadel. Dengan demikian dapat diperkirakan pusat
pergolakan akan terletak pada garis yang membentang antara
Tanjung Atadel di P. Lomblen dan Occusio di pantai utara P.
Timor. Jarak antara kedua titik itu sekitar 100 Km.
Gelombang tsunami menyebar dari suatu pusat pergolakan berbentuk
lingkaran yang makin meluas. Tidak ada berita terjadinya
malapetaka akibat isunami di pantai utara P. Timor. Tinggal
kemungkinan bahwa pusat pergolakan itu terletak sangat dekat
dengan pantai P. Lomblen. Kira-kira 10 sampai 20 Km dari pantai
-- yang menyisakan jarak ke pantai Timor sejauh 80 Km.
Membandingkan ini dengan peristiwa 2 tahun lalu, ketika pusat
pergolakan terletak 250 Km lepas pantai terdekat, dengan efek
cukup dahsyat, dapat diduga bahwa pusat pergolakan kali ini
tidak sebesar itu. Namun efeknya hampir sama bagi P. Lomblen.
Tentunya karena pusat itu terletak amat dekat dengan pantai.
Gunung Hobal
Terbentuknya tsunami tunduk pada beberapa syarat. Selain pusat
pergolakan berada di bawah air laut, juga bentuk dasar laut dan
pantai turut menentukan. Agaknya pantai P. Lomblen sama
"ideal"nya seperti pantai Kepulauan Nusa Tenggara larat yang
terkena tsunami 2 tahun lalu.
Namun sekalipun lokasi pusat pergolakan sudah dapat diduga,
kenyataan bahwa tidak tercatat adanya gempa di wilayah itu,
tetap menimbulkan pertanyaan. Adakah penyebab tsunami yang
lain?
Tahun 1900, di teluk Meksiko, pernah terjadi suatu angin topan
yang berlangsung selama 18 jam. Angin itu sempat menimbulkan
gelombang tsunami yang akhirnya menghancurkan Kota Galvestone di
Texas, AS, mengakibatkan ribuan korban jiwa dan kerugian harta
yang tidak terkira. Namun juga tidak ada berita terjadinya angin
semacam itu di lepas P. Lomblen.
Tersebut adanya tanah longsor yang dalam jumlah ratusan ribu
meter kubik runtuh ke laut. Beberapa pejabat setempat
cenderung menunjuk peristiwa tanah longsor ini sebagai penyebab
tsunami itu. Namun harap diingat, itu terjadi Nopember tahun
lalu. Dan agaknya pergolakan yang datang dari arah pulau itu
sendiri niscaya akan mengarahkan gelombang menjauh dari lantai.
Setidak-tidaknya sukar dibayangkan dapat menimbulkan tsunami.
Kemungkinan lain yang dapat menimbulkan tsunami adalah kegiatan
vulkanis. Ternyata bahwa pada 1975, kurang lebih 20 Km lepas
pantai Tanjung Atadel, tiba-tiba sebuah gunung api muncul dari
dasar laut. Gunung ini sempat diberi nama Gunung Hobal. Beberapa
waktu yang lalu gunung ini menghilang lagi di bawah permukaan
laut. Dengan kejadian ini, tidakkah suatu sentakan bahu gunung
ini -- tidak cukup untuk tercatat pada seismograf PMG atau
dianggap hentakan dengan kekuatan rutine -- secara fisik cukup
menyebarkan enerji. Sehingga mungkinkah enerji ini telah
menimbulkan gelombang dahsyat dengan kecepatan ratusan Km/jam,
melalui pantai melanda P. Lomblen lalu terbentuk menjadi tsunami
yang dengan ketinggian sampai 10 M menyapu bersih pantai pulau
itu?
Para ahli belum mengambil kesimpulan. Yang jelas kegiatan
vulkanis maupun tektonis tidak asing bagi wilayah itu, karena
terletak pada pertemuan berbagai lempengan kerak bumi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini