Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Pamulang (Unpam) menyatakan ingin 'menyingkirkan' semua penghalang utama setiap warga untuk bisa melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Mulai dari penghalang berupa keterbatasan finansial sampai fisik.
"Untuk keterbatasan fisik, kami punya program afirmasi untuk rekan-rekan penyandang disabilitas," kata Rektor Unpam, E. Nurzaman, saat ditemui di ruangannya di Kampus Unpam 2 di Jalan Raya Puspiptek, Pamulang, Tangerang Selatan, pada Selasa petang, 22 Oktober 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nurzaman menyebutkan adanya fasilitas beasiswa penuh dari yayasan--selain yang bisa didapat pula dari pemerintah--untuk tuna-netra, rungu, dan daksa. "Kami berikan kesempatan free of charge bagi mereka," kata Nurzaman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat ini, dia menambahkan, ada sebanyak 82 mahasiswa difabel yang aktif berkuliah di Unpam--yang dari akronimnya itu kerap dipelesetkan menjadi Universitas Paling Murah. Sebelumnya, sebanyak 14 mahasiswa tunanetra dan rungu juga telah diwisuda. Lulusan pertama adalah seorang sarjana komputer dan sekaligus sarjana komputer pertama yang buta total.
"Sekarang yang bersangkutan sudah bekerja mengajar di sebuah SLB di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan kabarnya juga menjadi instruktur komputer sesama disabilitas," kata Nurzaman.
Disebutkannya pula, dua lulusan tunanetra saat ini bekerja menjadi dosen di Unpam dan seorang lagi menjadi pegawai perpustakaan. Dianggap sebagai model pendidikan yang sekaligus lapangan kerja yang memberi ruang untuk penyandang disabilitas, Unpam diundang ke sebuah pertemuan internasional tentang disabilitas di Hanoi, Vietnam, pada Desember nanti.
Ruang yang dibuka lebar untuk para penyandang disabilitas itu disebut Nurzaman sebagai salah satu sebab kenapa Unpam bisa begitu banyak memiliki jumlah mahasiswa. Seperti diketahui, saat ini jumlah mahasiswanya sebanyak 102 ribu di empat lokasi kampus di Tangerang Selatan dan Serang, Banten.
"Karena kami 'singkirkan' semua penghalang utamanya," kata pensiunan ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang pernah menjadi pelaksana tugas harian Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan antara 2017 dan 2018 lalu ini.
Bayu Mentari berkontribusi dalam tulisan ini.