Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Untuk Dagang Dan Gizi

Dinas peternakan Sul-Teng berminat lagi menggalakkan populasi ternak. Daerah yang pernah dikenal pengekspor ternak itu, akan mendapat bantuan biaya dan bibit dari bappenas.

12 Maret 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SULAWESI Tengah pernah punya potensi peternakan. Dulu begitu melimpah ternak terutama sapi sampai sempat diantar-pulaukan ke Kalimantan bahkan ada pula diekspor langsung ke Hongkong. Tapi sekarang bukan saja dagang ternak hidup itu sudah ItJmpuh, malah persediaan ternak untuk kepentingan lokal amat minim. Menurut catatan Dinas Peternakan Sulteng populasi ternak sapi sekarang hanya ada 172. 232 ekor, kerbau 19.411, kuda 9.826 kambing 72.186, domba 8.00, babi 38.726, ayam 669.189 dan itik 38.804. Minimnya populasi ternak ini konon karena tak pernah ada pembinaan. Kecuali habis disedot untuk ternak potong, antar-pulau dan ekspor di masa lalu itu. Oleh sebab itu Dinas Peternakan Sulteng belum lama ini mulai ada niat lagi untuk menggalakkan populasi ternak. Di samping dengan mendatangkan antaranya 500 ekor sapi bibit Bali juga tenaga trampil pun ditambah dengan 3 insinyur peternakan dan 2 dokter hewan. Malah peternakan di Sidera 15 km dari Palu yang sejak lama mubazir kini mulai ditatar untuk diaktifkan kembali. Di sana pula malah disiapkan pendidikan aneka usaha taui (mixed farming) untuk mendidik anak putus sekolah dari kalangan peternak desa. Juga dibarengi dengan menanam 50 hektar rumput gajah dan 50 hektar jagung canter (sorghum) untuk kepentingan makanan ternak kelak. Areal peternakan Sidera yang sebelumnya hanya 100 hektar itu malah akan diperluas menjadi 2.000 hektar. Semua usaha menggalakkan peternakan ini masih mendapat dukungan dari APBD propinsi sebesar Rp 75 juta. "Kami harap pusat bisa mendrop biaya APBN cukup besar nanti", ujar drh M.A. Sucipto Kepala Inspektorat Dinas Peternakan Sulteng. Malah segala rencana besar untuk pengembangan peternakan di Sulteng sudah ada di tangan pusat sekarang. Team Bappenas yang pernah datang menengok prospeknya menjanjikan akan menurunkan biaya dan sekaligus ternak bibit. Di samping itu petugas peternakan tak boleh tinggal nongkrong lagi di belakang meja seperti sudah-sudah. Kepada mereka diinstruksikan menyebar masuk ke desa untuk berkomunikasi dengan peternak rakyat. Tujuannya di samping berusaha mempertinggi populasi ternak juga memperbaiki kwalitas ternak yang rata-rata masih kurang baik. Malah sekarang kawin suntik dengan air mani beku jenis unggul luar negeri seperti heereford, brahman dan belmond red juga sudah diperkenalkan kepada rakyat. Dan setelah melihat hasilnya sekarang peternak rakyat itu ramairamai meminta sapinya diberi benin unggul luar negeri. Menurut pengamatan selama ini penduduk Sulteng sendiri baru rata-rata mengkonsumer protein hewan kurang dari 2 gram/kapita/hari. Prosentasi ini masih rendah dari keadaan Indonesia 35 tahun lampau yakni 2,4 gram kapita/hari. "Ini menyebabkan banyak penduduk Sulteng kekurangan gizi", ucap drh Sucipto.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus