Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah penelitian terbaru dari Queensland University of Technology atau QUT, Australia menunjukkan perempuan dengan disabilitas kognitif dan intelektual rentan mengalami pelecehan dan kekerasan seksual melalui teknologi. Riset tersebut mengungkap beberapa kasus yang menggunakan teknologi, seperti perekam suara, gambar, ponsel, media sosial, hingga GPS yang terpasang pada alat pengampu atau tempat tinggal tanpa diketahui pemiliknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Peneliti dari Queensland University of Technology, Profesor Bridget Harris mengatakan para peneliti menemukan alat penyadap suara pada kursi roda, kamera tersembunyi di sebuah rumah perawatan, hingga perekaman gambar tubuh oleh care giver atau pendamping. "Semua peralatan ini digunakan untuk memata-matai dan pada akhirnya mengendalikan perempuan disabilitas," ujar Harris seperti yang dikutip dari ABC News, Rabu 1 September 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para peneliti mendapatkan informasi tersebut langsung dari perempuan penyandang disabilitas intelektual dan pendamping mereka. Beberapa modus lain yang dilakukan oleh pelaku kekerasan adalah mengontrol lampu di rumah dari jarak jauh, mengancam akan mengungkapkan informasi pribadi, sampai merusak alat bantu dengar.
Ilustrasi merekam orang mandi lewat ponsel. Sumber: asiaone.com/The Strait Times.
Gillian O'Brien dari Asosiasi Pencegahan Kekerasan Seksual di Brisbane, WWILD mengatakan, modus pelecehan dan kekerasan seksual yang dilakukan terhadap perempuan dengan disabilitas adalah pelecehan seksual dan kekerasan berbasis gambar. Kekerasan ini banyak dilakukan oleh pasangan, mantan pasangan, dan orang asing pengguna media komunikasi online.
"Terdapat banyak tekanan dari pasangan, mantan pasangan, orang asing, serta predator perempuan melalui platform media sosial," kata Gillian O'Brien. "Para penjahat ini kemudian memaksa mereka untuk mengirim gambar atau video intim diri sendiri."
Lantaran banyaknya kasus pelecehan dan kekerasan seksual yang dialami oleh perempuan difabel, Queensland University of Technology menggandeng WWILD untuk menerbitkan panduan bagi perempuan disabililitas mengenai tindakan apa saja yang termasuk kekerasan dan pelecehan seksual. Panduan ini bertujuan melindungi perempuan dan memberi alarm pengingat bagi mereka untuk melapor bila mengalami indikasi pelecehan dan kekerasan.
Baca juga:
Perempuan Difabel Mental Korban Kekerasan di Panti Sosial Kesulitan Mengadu