Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU Yahya Cholil Staquf dan Ketua Umum Pengurus Pusat atau PP Muhammadiyah Haedar Nashir bertemu pada Kamis 25 Mei 2023. Pertemuan tersebut dalam rangka melakukan silaturahmi di antara dua organisasi Islam terbesar di Indonesia itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Lembaga Informasi, Komunikasi, dan Publikasi PBNU Ishaq Zubaedi Raqib menyebut hasil pertemuan itu diagendakan antara PBNU dan Muhammadiyah akan mengeluarkan pernyataan bersama perkembangan Islam di Tanah Air belakangan ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti menjelaskan pertemuan itu merupakan silaturahmi kedua organisasi. Ia menyebut Muhammadiyah dan NU akan membicarakan sejumlah topik. "Silaturahmi, kenalan majelis muktamar dan ngobrol-ngobrol ringan silaturahmi kebangsaan," ujarnya.
Berikut profil Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyampaikan selamat menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan 1444 H. Foto: PBNU
Profil Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf
KH Yahya Cholil Staquf telah ditetapkan sebagai Ketua Umum PBNU masa khidmat 2021-2026. Penetapan tersebut berdasarkan sidang pleno V yang berlangsung di Universitas Lampung, Jumat, 12 Desember 2021 lalu. Pada periode sebelumnya, Gus Yahya, julukannya, diamanahi sebagai Katib Aam PBNU masa khidmat 2015-2020.
Sosok kelahiran 15 Februari 1966 di Rembang ini diketahui sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah. Gus Yahya merupakan putra dari tokoh besar NU KH Muhammad Cholil Bisri. Kakeknya, KH Bisri Mustofa, merupakan penyusun Kitab Tafsir Al Ibris.
Selain itu, Gus Yahya merupakan saudara dari Menteri Agama RI sekaligus Ketua Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor KH Yaqut Cholil Qoumas. Dia juga memiliki hubungan darah dengan Mustasyar PBNU KH A Mustofa Bisri, yang merupakan pamannya.
Latar belakang pendidikan Gus Yahya adalah santri karena lahir dan besar di lingkungan pesantren. Masa mudanya mondok ke Madrasah Al Munawwir Krapyak, Kota Yogyakarta, asuhan KH Ali Maksum. Selepas di pesantren, Gus Yahya kemudian melanjutkan pendidikannya ke Universitas Gadjah Mada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).
Gus Yahya juga tercatat memberikan kiprah di pemerintahan. Pada masa kepemimpinannya KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sebagai Presiden RI tahun 1999-2001, dia dipercaya sebagai juru bicara. Sedangkan di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, ia dipercaya menjadi salah satu Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Dia dilantik di Istana Negara, Jakarta pada 31 Mei 2018 lalu.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir berpidato saat menghadiri Sarasehan Kebangsaan Pra Tanwir Muhammadiyah di UMM Dome, Malang, Jawa Timur, Kamis 7 Februari 2019. ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Profil Ketua Umum PP Haedar Nashir
Haedar Nashir yang terpilih kembali menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah pada 20 November 2022 lalu. Periode sebelumnya sosok kelahiran Bandung pada 28 Februari 1958 ini juga telah menjabat pada 2015-2020. Ia bergabung dengan Muhammadiyah sejak 1983.
Kala itu, Haedar ditunjuk sebagai Ketua I Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Pada era 1985-1990, kariernya meroket. Dia menduduki jabatan Deputi Kader PP Pemuda Muhammadiyah hingga menjabat sebagai Ketua Badan Pendidikan Kader (BPK) dan Pembinaan Angkatan Muda Muhammadiyah.
Adapun riwayat pendidikan Haedar yaitu di Pondok Pesantren Cintawana, Tasikmalaya, Madrasah Ibtidaiyah Ciparay di Bandung, SMP Muhammadiyah III di Bandung, SMA Negeri 10 Bandung, dan STPMD APMD Yogyakarta (lulusan terbaik).
Dia juga mengemban pendidikan Pascasarjana S2-Sosiologi UGM (Cumlaude), dan Pascasarjana S3 Sosiologi UGM (Cumlaude). Dia mengambil Gelar Profesor, Bidang Ilmu Sosiologi, Unit Kerja di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Selain aktif di Muhammadiyah, Haedar merupakan seorang Dosen Program Doktor Politik Islam pada program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dilansir ip.umy.ac.id. Tak hanya itu, suami dari Ketua Organisasi Perempuan Muhammadiyah Aisyiyah, Dra Siti Noodjannah M.Si, M.M juga dikenal sebagai penulis karya tulis ilmiah, baik buku maupun artikel yang sangat produktif.
Adapun, beberapa judul buku karya Haedar Nashir, antara lain Proses Integrasi dan Konflik dalam Hubungan Antar Pemeluk Agama (1993), Budaya Politik dan Kekuasaan (1997), Muhammadiyah Gerakan Pembaruan (2010), Memahami Ideologi Muhammadiyah (2014), Tragedi Neo-Holocaust (2017), dan Indonesia dan Keindonesiaan: Perspektif Sosiologis (2019).
Pilihan Editor: Larang Identitas NU Dipakai Modal Politik Pemilu Gus Yahya Mereka Harus Punya Kredibilitasnya Sendiri
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.