Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Yamani Bilang

Konperensi opec di bali dibuka presiden soeharto. dibicarakan tentang kestabilan harga dari negara anggota opec. Untuk itu tidak ada perubahan harga. pemindahan markas opec belum diputuskan. (nas)

5 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SHEIKH Zaki Yamani, Menteri Perminyakan Arab Saudi yang ganteng itu, kembali tampil sebagai bintang konperensi OPEC di Bali. Mengenakan stelan jas putih dengan dasi lebar, rambut dan jenggot tersisir rapih, dia sempat beraksi sebelum Presiden Soeharto memasuki ruangan Mawar di Pertamina Cottage. Dia senyum terus di balik wajahya yang putih dan jernih. Dia memeluk dan mencium kedua pipi Abdul Aziz Al-Tani dari Qatar dan Sayed Al Otaiba, ketua delegasi Uni Emirat Arah yang masih muda dan berwajah kekanak-kanakan. Dia sempat melempar senyum kepada beberapa wartawan asing yang biasa mengkover sidang OPEC di Wina, di tengah penjagaan sekuriti yng teramat ketat itu. Beberapa saat setelah Presiden mengakhiri pidatonya, Yamani bangkit dari duduknya dan bergegas ke ruang Ayodhya tempat berlangsungnya konperensi. Kepada pers yang mengejarnya, Yamani terdengar berkata: "Harga harus beku sampai akhir tahun, tak boleh naik sampai akhir tahun". Pendirian untuk tak mengkutak-kutik harga minyak memang sudah menjadi pendirian Arab Saudi sejak konperensi OPEC di Wina yang dikacau oleh teroris Carlos dkk. Dan keinginan keras Sheikh Yamani ternyata berhasil dipertahankan di Bali. Setelah tawar menawar dan tarik urat selama dua hari dua malam akhirnya sidang ke-13, anggota OPEC itu memutuskan untuk tak memutuskan sesuatu: Harga minyak tetap dibekukan untuk sementara. Bagi pers yang selama berlangsungnya konperensi seakan "disandera" dalam sebuah gedung yang terpisah lebih 300 meter dari Pertamina Cottage yang mentereng itu, keputusan pembekuan harga minyak itu di luar dugaan. Hingga jam 10 malam 28 Mei lalu, ketika terbetik berita suatu draft komunike sedang disusun, ada info bahwa harga akan naik sedikit. Satu jam kemudian, ketika pers akhirnya dibolehkan masuk kompleks Pertamina yang angker petugas itu, tak ayal lagi mereka menyerbu masuk ruang Ayodhya yang terang benderang tapi sepi delegasi itu. Beberapa menit kemudian muncullah orang yang ditunggu-tunggu: Menteri Pertambangan Dr Mohammad Sadli, ketua delegasi Indonesia yang secara aklamasi diangkat sebagai Presiden Konperensi. Dia tampak letih tapi mencoba untuk terus senyum, didampingi oleh Kolonel Mohamad Buchari ketua delegasi Nigeria yang diangkat sebagai Presiden Pengganti dan pejabat penerangan OPEC Zaheri. Formula Aljazair Hanya selembar kommunike terdiri dari 5 pasal diedarkan. Dari deretan kalimat-kalimat tak terbaca apa yang selama ini ditunggu dunia: bahwa harga minyak akan naik atau turun. Yang agaknya sedikit memberi indikasi adalah kalimat yang berbunyi 'Konperensi mempertimbangkan laporan dari Dewan Komisi Ekonomi (ECB) dan menginstruksikan Komisi meneruskan-tugasnya mengenai hal-hal yang sudah ditunjuk dan melaporkannya pada pertemuan mendatang di Doha, Qatar 15 Desember 1976. Selama konperensi pers yang kurang dari setengah jam, di tengah sorotan lampu kamera yang menyilaukan, Presiden Konperensi Dr Sadli tampak tenang dan singkat menjawab rentetan pertanyaan. Sering juga Sadli mengelak dengan menjawab: "Saya tak ada wewenang untuk menjawabnya", atau "Anda tentu punya sumber yang lebih baik tentang itu". Tapi dari jawaban Sadli yang menyatakan "tak ada perubahan harga untuk sementara", ia mengakui bahwa"yang dihasilkan konperensi adalah suatu status quo". Yang menjadi perdebatan sengit adalah tentang rumusan Aljaair. Yakni agar harga minyak tak lagi dinaikkan secara menyeluruh berdasarkan patokan jenis "Arabian Light" yang kini $ 11,51 per barrel itu. Tapi dibedakan berdasarkan harga diferensial price differentials). Ini berlaku baik bagi jenis minyak yang berat (heavy oil) maupun bagi jenis yang ringan. Berdasarkan suatu dalil yang bila diuraikan agak rumit dibaca formula Aljazair itu kira-kira begini maunya: Bahwa harga minyak bisa ditentukan lebih tinggi atau lebih rendah dari patokan harga diferensial. Dan itu tergantung dari beberapa unsur, seperti berat jenis, kadar belerang dan naphtalin, jarak angkutan, harga lelang (spot sales), faktor biaya (cost of money) dan lain lagi. Dengan kata lain, jenis minyak yang bersangkutan akan menentukan sejauh mana harga itu boleh bergerak 5% di atas atau di bawah harga diferencial . Formula itu bermaksud agar anggota OPEC mempunyai pegangan dalam menentukan harga minyaknya. Hingga memperkecil kemungkinan untuk timbulnya harga yang tidak seragam seperti yang terjadi dengan kasus Irak Bagi beberapa anggota OPEC yang punya kesulitan menjual hasil dari minyak beratnya seperti Irak, Venezuela, Aljazair dan juga Indonesia, formula itu agaknya dirasa penting untuk dipraktekkan sekarang. Sebab dengan adanya penurunan harga berdasarkan patokan diferensial itu, maka jenis minyak berat yang lebih banyak menghasilkan bahan bakar seperti solar, aspal, minyak pelumas untuk industri -- akan lebih mudah untuk dijual. Sedang bagi jenis minyak ringan (yang lebih banyak menghasilkan bensin dan minyak tanah dalam proses penyulingan) sampai sekarang tak mengalami kesulitan penjualan.Tapi mengapa Sheikh Yamani berkeras agar harga toh dibekukan sampai akhir tahun? Menteri Sadli merasa keberatan untuk menjawab pertanyaan ini. Kita memang banyak mendiskusikan diferensial harga itu", katanya. "Dan OPEC akan terus membicarakan usul Aljazair itu". Selepas konperensi pers, Dr Valentin Hernandez Acosta yang tiba-tiba muncul dikerumuni wartawan sedikit membuka tabir. Ketua delegasi Venezuela yang biasanya riang dan optimis itu tampak muram malam itu. "Sesungguhnya kita sudah menerima usul Aljazair", katanya sembari jalan. "Tak ada konflik antara Saudi dengan Iran". Mempercepat langkahnya di antara beberapa petugas yang mencoba "mengamankannya" dari kerumunan pers, setengah menggumam tokoh minyak itu terdengar berkata: "Yang penting bukan soal harga, tapi soal harga diferensial. Dan Saudi memblokirnya". Iran yang biasanya tampil sebagai pendebat tangguh Saudi, kali ini kabarnya tak ingin bicara banyak. Yamshid Amouzegar yang juga dikenal sebagai "primadona" di sidang-sidang OPEC, kali ini rupanya membiarkan peranan itu diteruskan Yamani. Selama di Bali kabarnya Menteri Dalam Negeri Iran itu lebih suka bernada rendah. Sikap begitu agaknya bisa dilihat ketika Amouzegar sama sekali mengelak dan tak menjawab pertanyaan pers ketika dia bergegas menuju ruangan sidang setelah selesainya acara pembukaan. Bagi Arab Saudi sendiri usul Aljazair yang mulai disodorkan sejak sidang rahasia di Jenewa itu sampai di Bali masih dianggap perlu lebih disempurnakan lagi. Alasan lain barangkali, karena pendiriannya yang begitu keras agar harga minyak tak dirubah-rubah sampai akhir tahun ini -- yang menurut Yamani adalah untuk memberi nafas bagi negara-negara industri yang baru mulai sembuh dari suasana resesi. Sekalipun jika harga dinaikkan tak meliwati tingkat 5%, menurut Menteri Sadli tak akan membawa pengaruh yang besar pada negeri-negeri industri. Tapi bagaimana pun Yamani tetap bersikeras. Dan ia didukung kawan akrabnya Al-Otaibi dari Emirat Arab (Abu Dhabi). Kuwait yang mulanya bersikap pro kenaikan harga kemudian berubah sikapnya menjadi netral. Begitu juga Aljazair, sang pengusul. Diwakili oleh Menteri Belaid Abdessalam, Aljazair akhirnya juga mundur. Tapi yang agaknya paling sakit adalah Irak. Adalah Irak yang pernah dituding menurunkan harga minyaknya secara sefihak, hingga mengacaukan pasaran dari negeri-negeri minyak di Teluk Arab (Gulf). Kalau saja Yamani mau mundur selangkah, Irak yang punya kesulitan menjual jenis minyaknya yang berat itu mungkin bisa menurunkan harganya sedikit di bawah patokan diferensial itu, tanpa perlu dituduh bertindak curang. Apakah Irak akan kembali bermain sendiri sambil menunggu keputusan pertemuan di Qatar nanti, entahlah. Tapi menurut Menteri Sadli, OPEC bermaksud mengkoordinir masalah harga minyak, terutama bagi para anggotanya di seputar teluk Arab. Sementara itu sebuah pasal juga menyatakan solidaritas OPEC terhadap perjuangan kelompok 77 dalam sidang UNCTAD di Nairobi yang nyaris macet itu. Ini cukup menggembirakan mengingat dalam sidang-sidang OPEC tingkat Menteri biasanya mereka hanya berputar membicarakan masalah-masalah minyak. Anggota OPEC yang langsung punya kepentinan dalam masalah komoditi lainnya kecuali minyak hanyalah Indonesia, Nigeria dan Venezuela. Dimasukkannya pasal untuk solider terhadap kawan-kawan di Nairobi tentunya tak terlepas dari seruan Presiden Soeharto. Dalam pidatonya Presiden mengingatkan akan pentingnya masalah kestabilan dan keadilan harga komoditi untuk pembangunan negeri-negeri berkembang. Yang agaknya juga menarik adalah pasal pindah tidaknya markas OPEC dari Wina. Sejak terjadinya pembajakan yang dipimpin teroris Carlos dkk, OPEC mulai membicarakan dipindahnya markas mereka. Sekalipun pemerintah Austria menjanjikan akan mengatur pengamanan yang lebih baik. Namun sekalipun di bulan April lalu mereka sempat kumpul di Jenewa, sidang di Bali belum memutuskan tentang kepindahan itu. Spekulasi beberapa wartawan yang biasa mengkover sidang OPIC di wina beranggapan yang paling keras ingin pindah dari Wina adalah Yamani. Selain alasan keamanan, kabarnya Yamani juga merasa lebih kerasan di Jenewa. Di kota turis itu memang banyak tinggal raja uang dari Arab menempati villa mewah. Zaki Yamani kabarnya juga punya sebuah. Dan dua anak Yamani kini sekolah di Jenewa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus