Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Yang Baru Di BP3k

Soeroso (pernah menjabat rektor ugm 1968-1973) di angkat menjadi ketua bp3k (badan penelitian dan pengembangan pendidikan dan kebudayaan) menggantikan prof.dr. setijadi.

10 Mei 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BADAN Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (BP3K) mendapat orang baru. Dr. Soeroso, 45 tahun, Senin minggu lalu dilantik Menteri P&K menggantikan Prof. Dr. Setijadi, 51 tahun. BP3K, yang semula bernama BPP (Badan Pengembangan Pendidikan) dibentuk 1969 berdasar gagasan Menteri P&K Mashoeri SH. "Menjelang Repelita I, Pak Mashoeri ingin ada satu unit perencana dan penelitian," kata Setijadi selesai menyerahkan jabatannya. Menurutnya pula, badan itu telah membantu banyak. Program yang dianggapnya berhasil ialah pemerataan pendidikan: SMP Terbuka, SD Kecil dan kelompok-kelompok belajar, misalnya. "Tapi harus saya akui, soal peningkatan kualitas kita belum mencapainya." Misalnya, pemakaian modul saja ternyata "masih memerlukan banyak bimbingan guru. " Sementara itu Soeroso, yang ketika ditemui di Universitas Gajah Mada mengaku "bukan pendidik" tapi "seorang ilmiawan," belum berani menuturkan langkah yang akan diambilnya. "Yang jelas saya ini selalu optimistis dengan dunia pendidikan Indonesia," katanya. Tentang hasil Komisi Pembaharuan Pendidikan ia pun tak bersedia memberi tanggapan. "Masalahnya tidak sederhana," katanya mengelak. Bapak 3 anak ini tahun lalu memperoleh gelar doktornya dari Universitas Oxford, dengan disertasi berjudul: Gajah Mada University and Political Change with Particular Reference to the 1964, 1973. Dan begitu pulang ke Indonesia diangkat jadi anggota staf ahli Menteri P&K. Tapi,"pangkalan utama saya ini di UGM," katanya. Karena itu ia tak melepaskan jabatan dosennya. Ia mengajar Ilmu Politik dan Hubungan Internasional pada Fakultas Sosial-Politik. Beberapa kertas kerja pernah ditulisnya: soal transisi pendidikan dari sistem kolonial ke sistem nasional, tentang masalah pokok perguruan tinggi di Indonesia, tentang pendidikan menengah di Indonesia. "Tapi itu saya tulis untuk konsumsi orang luar negeri," katanya. Soeroso menjabat Rektor UGM dalam usia muda: 33 tahun. Menurut beberapa alumnus, di masa jabatannya (1968-1973) UGM benar-benar menjadi universitas dan bukan "multiversitas". Paling tidak dalam arti gedung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus